13. Berhasil

16 5 0
                                    

July menggiringku ke perpustakaan yang terletak di lantai dua bangunan ini. Dari kaca jendela di bordes tangga, aku bisa melihat atap bangunan-bangunan lain markas ini. July mendorong pintu ruangan.

Siang dan malam memang memberikan kesan yang berbanding terbalik terhadap sesuatu. Beberapa malam yang lalu, saat Ash mengajakku ke sini, aku hanya melihat warna cokelat, abu-abu dan putih kusam pada interior perpustakaan. Siang ini, bantal-bantal berwarna ungu pucat di salah satu sudut ruangan menjadikan perpustakaan lebih penuh warna, begitu juga dengan mangkuk-mangkuk pulpen biru pastel dan satu rak single berwarna hijau saga. Isinya komik-komik.

July menjelaskan padaku denah perpustakaan ini. Pintu berada di tengah, berhadapan langsung dengan salah satu jendela dan nakas panjang dengan berbagai pajangan. Di sayap kiri, ada mezzanine dan hammock, spot paling nyaman untuk rebahan. Di sayap kanan adalah ruang belajar. Kalau kau mau membaca sambil mencatat sesuatu, di sana spot yang paling tepat. Lalu, area kecil di pojok ruangan adalah—

"Aku tahu, Ash sudah pernah mengajakku ke sini sebelumnya."

July berhenti menjelaskan. Telunjuk kirinya yang mengarah jauh ke area yang ia maksud perlahan turun. Arah pandangannya berputar kepadaku. "Kapan itu?"

"Malam terakhir aku di sini."

"Oh." Gadis itu tertegun. "Sedang apa, memangnya?"

"Dia menjelaskanku tentang Dasar Terkutuk dari buku di area pojok itu," jelasku sambil berusaha menunjuk area yang kumaksud. July March mengangguk-angguk kecil. Ia membeku selama dua detik, lalu ia mengerjap dan ekspresi baru muncul di wajahnya. "Aku mau tanya sesuatu, tapi kumohon jangan tersinggung."

Dahiku berkerut. July meneruskan, "Apa dia senang menggodamu?"

Wajahku menjauh dari July. Alisku yang menyatu kini naik. Mata gadis itu mengerling sesaat ke sekitar. "Begini, aku rasa, kau harus hati-hati dengan Ash. Dia punya banyak penggemar."

Lalu?

July March mendekatkan wajahnya. Sepertinya ini gosip besar. "Aku, Arbei dan Abel tahu benar kalau Ash suka menggoda perempuan. Dia suka begitu, tapi tidak pernah serius. Dia tidak pernah memacari siapapun, tapi siap siaga melelehkan hati banyak orang. Banyak gadis di luar tim kami yang terbawa perasaan, lalu mengadu dan minta tolong pada kami. Ash sama sekali tidak peduli. Jadi, tolong, jangan terbawa perasaan oleh Ash."

July semakin berbisik. Ia bahkan menggenggam penuh perhatian sebelah tanganku. "Will, kami tahu kondisimu bagaimana, aku hanya tidak ingin kamu sakit hati. Sebelum perasaanmu tumbuh, aku ingin memperingatkanmu. Bukannya aku cemburu dan ingin menyingkirkanmu, tidak, aku murni ingin memberitahumu soal ini. Lagipula, kita juga tidak tahu, kan, apa kau akan tetap bertemu kami setelah kontrak selesai?"

Oke. Ini mungkin agak absurd bagiku, tapi aku rasa perlu bagiku mendengarkan July. Lagipula, dia teman satu tim Ash.

July menaikkan alisnya padaku, isyarat apakah aku menerima sarannya atau tidak. Aku balas menggenggam tangan July. "Tenang saja, aku tidak akan semudah itu jatuh cinta."

Lawan bicaraku menarik tipis sudut-sudut bibirnya sambil menegakkan tubuh. "Syukurlah. Aku juga sudah menduga, kau bukan tipe yang mudah ditaklukan."

Leherku maju sedikit. "Tipeku sekelas Min Yoongi."

July tergelak. Aku tersenyum. "Kau tahu dia?"

Kunciran rambut July berayun naik turun. "Tentu saja. Aku dan Arbei salah satu yang menulis komentar 'yoongi marry me' di setiap live BTS."

Tawaku meledak, meski aku tak bisa menepis fakta bahwa aku sedang mengalihkan rasa tertusuk yang semu.

.
.
.
.
.

SemidevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang