[Bonus Chapter] Festival

7 0 0
                                    

Oktober.

Jalan-jalan dihiasi rangkaian bunga dan dedaunan. Spanduk-spanduk dinaikkan. Toko-toko memajang plang diskon khusus. Gaun-gaun baru memeriahkan etalase butik. Para tetangga saling melempar pertanyaan tentang persiapan menjelang hari H. Aku dan Arbei baru saja pulang berbelanja saat kami lihat ibu-ibu mengobrol dipisahkan oleh pagar. Yang satu mencondongkan tubuhnya di pagar, sementara satunya lagi sedang menjemur di halaman.

"Festival Oktober." Arbei berbisik padaku. Kami lalu melewati kedua ibu itu yang sedang mengeluh tentang pengeluaran keluarga mereka.

Arbei menahan cekikikan. Ia mengeratkan genggamannya di kantung belanja. Mukanya seperti kaget saat aku bertanya, "Mereka akan merayakan apa?"

Arbei benar. Beberapa hari kemudian, festival itu diadakan. Orang-orang tumpah ruah ke jalanan. Lampu-lampu berkelap-kelip. Pendarnya terpantul pada barisan kursi aluminium di sekeliling alun-alun. Musik mengisi udara. Alunan berbagai instrument saling memadu kasih. Gelak tawa, suara ricuh bersemangat lalu mengisi kekosongan tiap bait nada. Pasangan muda-mudi saling berdansa. Sisanya menari di antara kursi-kursi kosong dan pepohonan. Tangga batu yang mengapit alun-alun itu menjadi altar bagi para gadis yang menunggu kekasihnya di bawah sana. Alun-alun itu sendiri telah menjelma dari lapangan kosong berlantai batu yang selalu terbakar matahari siang menjadi lantai dansa bagi semua orang menghabiskan malam. Termasuk kami.

Arbei tampak cantik dengan gaun warna fuchsia-nya yang jatuh tepat di mata kaki. Gaun itu melekuk indah dan secara ajaib membuat matanya kelihatan seperti sepasang buah beri. July dan Abel sama menakjubkannya. Sebas kelihatan seperti akan menari dengan semua gadis sementara Sajda adalah tipe yang akan menonton dari bar sambil minum-minum.

Ash, adalah bangsawan yang tersesat di pesta rakyat jelata ini. Tuksedo putihnya dilapis jas hitam tanpa kancing. Rambutnya disemir separuh ke belakang. ia membungkuk padaku dan mengulurkan tangannya. Tatapan Ash tak berpaling. "Kau cantik malam ini."

Aku menerima uluran tangannya. Lengan balon sutra perak bergemerisik rendah saat tanganku terangkat. Arbei sudah menyanggul rambutku dalam kepangan bunga mawar super anggun, serta menyelipkan bandana sewarna gaun yang menyerupai tiara bunga. Arbei bilang, aku tampak seperti malaikat. Semoga dia benar.

Aku mendongak pada Ash untuk menatap wajahnya, lalu kami menuruni tangga. Ia membawaku ke lantai dansa. Tangan kami saling bertaut. Ash mengayunku berputar, lalu menangkap pinggangku. Hiruk-pikuk menjadi latar. Bintang-bintang menjadi saksi, kalau aku jatuh cinta padanya.

SemidevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang