0.03 - Toxic relationship

10.6K 300 9
                                    

Bijaklah dalam memilih bacaan.

Happy reading, darl!

☆☆☆☆

Sejak istirahat pertama Lara terus bersama dengan Agas, pemuda itu bahkan tak membiarkannya pergi satu langkah pun menjauh darinya.

"Gua bilang hisap ya hisap!" titah Agas yang entah sudah berapa kali.

Lara menggeleng ia terbatuk pelan saat kepulan asap rokok itu sengaja diarahkan ke wajahnya. "Sekali lagi gua bilang, api nya gua kenain ke bibir lo."

"Aku engga bisa ngerokok kak."

Rokok tersebut sudah Agas apitkan dibibir tebal Lara, "Hisap rokok doang gabisa, payah." ucapnya, "Hembusin." titahnya.

Agas menjauhkan tangannya memegang rokok bekas bibir Lara lalu melirik wanita yang hendak menghembuskan asap rokok itu.

Uhuk, uhuk!

"Ah elah gitu doang." kesal Agas. Ia melempar rokok tersebut lalu menginjak apinya. "Karna lo gak bisa bikin gua seneng, jadi lo harus—" Agas mendekatkan mulutnya pada telinga Lara lalu berucap pelan.

"Jangan gila kak, ini disekolah!" seru Lara seraya mendorong tubuh Agas.

Agas terkekeh pelan, ia mengeluarkan ponselnya membuka album yang ia kunci. Tangannya bergerak lincah men-scroll photo dan video tersebut dihadapan Lara lalu berucap, "Gua sebarin semua ini, mau?"

Tubuh Lara mematung, ia memejamkan matanya menahan air mata yang ingin menerobos keluar. "Lo pilih yang mana?"

"Aku mau putus."

"Kalo putus berati lo siap viral."

Plak!

Agas tertoleh kesamping saat tangan mungil tersebut menampar keras pipinya. Tangan Lara bergetar dengan nafas memburu, "JANGAN ANCEM AKU! SEMUA INI GARA-GARA KAMU!"

"Lah orang lo nya aja murahan."

"Demi apapun, aku beneran nyesel ketemu orang sebejat kamu!"

Agas menaruh ponselnya kembali pada saku celana lalu berdecih, "Gua gak peduli."

"Kalo sampe semuanya ke sebar, aku bakal bawa kasus ini ke jalur hukum!"

"Gua gak takut, palingan lo yang disudutin." ujarnya.

Lara mengusap air matanya, "Aku gak peduli kamu mau apa engga, yang jelas kita putus."

"Sekali lagi lo bilang putus, beneran gua sebarin."

Lara mendekat kearah pembatas rooftop lalu melirik Agas, "Aku bakal lompat dari sini!"

Agas mengangkat bahunya acuh, "Lompat aja, gua gak ped—"

Bruk!

Mata Agas membulat, ia berlari kebawah membelah lautan manusia yang sudah ramai dalam hitungan detik. Lara benar-benar melompat dari rooftop di lantai lima itu.

☠️ T O X I C ☠️

Beruntungnya Lara bisa diselamatkan. Bahkan isi ruangan VIP tersebut sudah dipenuhi oleh beberapa teman kelasnya yang turut membesuk.

"Gua liat kak Agas di rooftop juga." timpal Azam, sang ketua kelas.

"Gak mungkin kan kak Agas yang dorong Lara?" sahut Eca.

Azam dan satu pemuda lainnya menggeleng, "Gua engga sengaja nengok ke atas emang Lara yang jatuhin diri."

"Lara ada cerita gak ke kalian kalo dia lagi ada masalah sama kak Agas?" Vanya melirik Naura dan Asha bergantian.

Naura menggeleng, "Lara jarang cerita, Nya." Ia menghembuskan nafas gusar, "Tapi hubungannya sama kak Agas emang toxic banget, udah berapa kali kita suruh putus dia nya gak mau."

"Lho bukannya kak Agas bucin banget?" ujar Damian.

Asha menggeleng, "Itu dulu, sekarang dia berubah jadi toxic banget."

"Jadi sekarang kak Agas beneran di bawa ke kantor polisi? Dijadiin tersangka atau saksi mata?" tanya Eca.

"Saksi mata karna bukan kak Agas yang dorong."

"Apa mungkin karna masalah keluarga, ya?" tanya Azam. Pasalnya tidak ada orangtua Lara yang merawat teman kelasnya itu.

"Engga mungkin." jawab Asha, "Gua yakin ini ada hubungannya sama kak Agas."

Palembang, 30 Juni 2024.
-Salam manis, Liza.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang