0.21 - Toxic relationship

4.3K 105 2
                                    

Bijaklah dalam memilih bacaan.

Aku bisa aja nyelesain cerita ini dalam sebulan, tapi agak males kalo banyak pembaca gelap T__T

Makanya, tolong vote.

Happy reading, darl!

☆☆☆☆

Rumah minimalis modern tampak sejuk dengan berbagai macam jenis tumbuhan yang hidup subur.

Agas menautkan jarinya ke jari Lara dan berjalan masuk menuju teras, tangannya terangkat memencet bel tak lama seorang pembantu keluar dengan celemek ditubuhnya.

"Den Agas, ya?" tanya pembantu tersebut mengingat-ingat. Pasalnya Agas jarang sekali berkunjung kesini, jadi ia sedikit lupa.

"Iya, bi. Ayah ada?"

"Ada, den. Mereka lagi kumpul diruang keluarga, masuk aja." Bik Gina mempersilahkan masuk.

Agas mengangguk, ia melirik Lara yang tampak cemas lalu menopang pipi wanita itu, "Gak usah takut, ayah gua gak gigit." tangannya bergerak merapihkan anak rambut Lara dan mulai berjalan masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum," ucap Agas saat tiba diruang keluarga.

Sontak tiga orang tersebut menoleh, Agas menyalimi ayah dan juga ibu sambungnya kemudian memilih duduk. Sedangkan Lara melakukan hal yang sama.

"Aku Lara tante." ujarnya.

"Saya Alin." jawab Alin dengan senyum tipis, "Kamu pacarnya Agas, ya?"

Lara mengangguk kaku, "Iya, tante."

"Pinter Agas milihnya, kamu cantik banget MasyaAllah."

"Halo cantik!" sapa seorang pemuda seraya menaruh anak kecil ditangannya kembali tidur di sofa. "Gua Bara."

"Gua Lara." jawab Lara. Tak lama Agas menarik tubuhnya untuk duduk disampingnya.

"Buset posesif amat bang." celetuk Bara.

Agam tertawa pelan, "Tumben kamu kesini."

"Pengen liat anak papa aja makanya kesini."

"Ngapain lo mau liat gua? Naksir?" ucap Bara tiba-tiba seraya bersedekap dada.

Agas memutar bola mata malas, "Najis." sungguh ia baru empat kali bertemu dengan Bara, namun pemuda itu bertingkah layaknya sudah kenal bertahun-tahun.

Alin menggendong tubuh mungil anaknya lalu menyerahkannya kepada Agas, "Ini adik kamu, namanya Radipta."

Agas menggeleng, "Aduh takut adek nya ke gesrek tan, suruh Lara aja, dia suka anak kecil." ucap Agas.

Lara mengerjab, "Kok gua?" bisiknya.

"Lara sini sayang."

Lara menghela nafas lalu mendekat, ia memposisikan tubuh bayi tersebut ditangannya dengan aman lalu tersenyum tipis. "Gantengnya."

"Iya dong, kakak nya aja ganteng." jawab Bara.

Agam tertawa pelan, "Kalian udah lama pacaran?"

"Mau satu tahun, yah."

"Tante ini adeknya, aku takut jatuh." Lara kembali menyerahkan Dipta kepada Alin dengan senyum tipis setelah itu kembali duduk disamping Agas.

Agas tampak mengeluarkan kartu atm lalu menyerahkannya kepada Lara, "Jajan sana, katanya didepan banyak jualan enak." lalu berganti melirik Bara, "Bar, temenin cewek gua."

Bara melompat dari sofa dengan semangat, "Siap, bang, aman!"

"Kata lo jangan ganjen, terus kenapa biarin gua sama dia berduaan?" bisik Lara.

"Udah jajan aja, gak usah banyak tanya."

Lara mendengus lalu beranjak menghampiri Bara, pemuda itu sangat tampan namun Agas tetaplah pemenangnya.

Agas mengeluarkan ponselnya saat kedua manusia tersebut sudah berjalan menjauh, lalu mengetikkan pesan disana.

Agas: Gua mau bahas hal penting sama ayah tentang Lara, lo lama-lamain aja belanjanya. Lo berani ganjenin cewek gua, gua cekek!

Tak menunggu lama Agas sudah mendapatkan balasan dari Bara, pemuda itu memang sedari tadi terus memegang ponselnya.

Bara: Iye bang aman, asal top up in ml gua.

Agas: Miskin!

Agas mematikan ponselnya lalu melirik Agam dan Alin bergantian, ia menghela nafas kemudian berujar.

"Aku pengen cerita soal Lara."

Palembang, 12 Juli 2024.
Salam manis, Liza.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang