Bijaklah dalam memilih bacaan.
Happy reading, darl!
☆☆☆☆
Sérénité Kafé.
Disinilah Lara berada sekarang, tak sendiri melainkan bersama seorang pemuda yang beberapa hari lalu menyatakan perasaan kepadanya.
Hidangan dessert menjadi makanan penutup untuk malam ini, tak peduli dengan kandungan gula yang kemungkinan besar akan membuat berat badan naik, yang jelas sekarang Lara sudah menghabiskan dua hidangan makanan manis tersebut.
Merasa kenyang, Lara segera menidurkan kepalanya dimeja. Samudra hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Lara lalu mengelus rambut halus wanita itu.
"Udah jam berapa kak?" tanya Lara.
"Baru jam delapan malem, La. Kenapa?"
Lara menggeleng, "Engga kok."
"La, lo udah ada jawaban?"
Mendengar pertanyaan itu, lantas Lara mengangkat kepala menatap Samudra. Sejujurnya ia bimbang harus bagaimana. Ia trauma dengan orang dimasalalu juga takut dengan orang baru.
"Gua bingung kak."
"Gua bisa bahagiain lo, La." ujar Samudra pelan. "Atau lo mau gua temenin sampe lo dapat kebahagiaan walaupun bukan bersumber dari gua?"
Lara menghela nafas, "Kak, lo gak perlu repot-repot."
"Bukan masalah besar, La."
"Masih banyak cewek lain, kak. Udah gua bilang lo pantes dapetin yang lebih baik dari gua." jawab Lara, "Dan tentunya setara sama lo."
"Gua tau banyak cewek diluar sana yang lebih baik dan lebih cantik dari lo, tapi gua mau lo, La." lirih Samudra.
Lara mengelus pucuk kepala Samudra, "Gua gak mau nyakitin lo kak."
Samudra mendongak menatap Lara, "Jadi intinya lo nolak gua?"
"Iya kak, maaf. Lo cari kebahagiaan lo sendiri ya? Gua gak nyalahin perasaan lo karna udah berlabuh ke gua, tapi suka sama gua kesalahan besar." ujarnya pelan.
"Suka sama lo bukan kesalahan, La. Stop kebanyakan insecure tentang diri lo, lo memang pantas dicintai." Tak mendengar respon dari Lara lagi, Samudra memilih kembali berucap, "Gak ada yang perlu gua tunggu disini lagi, gua mau ke Bali."
"Kenapa mau ke Bali?" tanya Lara.
"Katanya kalo gak bisa lupain orangnya, tinggalin aja kotanya." jawab Samudra, "Gua mau coba lupain lo, La, maaf perjuangan gua berhenti sampe disini."
"Makasih banyak ya kak tentang hal baik yang pernah lo lakuin sama gua, sekarang lo berhak bahagia tanpa nungguin gua yang gak jelas ini."
Samudra mengangguk, "Boleh peluk lo buat pertama dan terakhir kalinya?"
Lara tersenyum tipis seraya mengangguk, "Boleh kak."
Samudra lantas mendekap erat tubuh Lara, mencium aroma wangi yang berasal dari tubuh wanita itu. Sungguh memabukkan, rasanya ia tak ingin melepaskannya. Tak ingin membuang kesempatan, Samudra segera menempelkan bibirnya tepat dikening Lara. Hanya sejenak, karna setelah itu Samudra menjauh merenggangkan pelukan.
"I love you, La." gumam Samudra.
"But i don't love myself." jawab Lara pelan seraya menunduk.
☠️ T O X I C ☠️
Hari sial memang tak ada di kalender, lihatlah Lara sekarang, ia terpaksa harus kembali tinggal di apartemen Agas untuk malam ini.
"Habis jalan sama siapa?" tanya Agas seraya mendudukkan tubuhnya dikasur, sedangkan Lara berada di sofa.
"Bukan urusan lo juga." acuh Lara.
"Galak banget," sindir Agas, "Pasti sama Samudra."
Lara menatap Agas malas, "Lo pasti ngikutin gua kan?"
"Cuma gak sengaja ketemu." Agas meralat.
Lara tak merespon ia memainkan ponselnya membuka roomchat bersama Alva, pemuda itu banyak mengirim pesan sebelum akhirnya panggilan masuk membuat ponselnya berdering.
"Lo dimana, Ra?"
"Di apart Agas, Al."
"Lo kenapa disana? Gak dipaksa dia kan? Lo mau gua jemput?" tanya Alva beruntun.
"Tadi ban mobil dari taksi yang ku pesen pecah, terus malah ketemu Agas, karna udah malem jadi aku ikut dia."
"Send lokasi gua jemput sekarang."
"Gak usah Alva, udah malam." jawab Lara, pasalnya sekarang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Gua gak suka lo sama dia, gua otw sekarang."
Lara menghela nafas, "Aku kirim lokasinya sekarang."
Tut, sambungan telepon terputus. Agas melirik Lara dengan tatapan yang tak seperti biasanya, "Lo beneran udah resmi pacaran sama dia?"
"Kenapa? Lo cemburu?"
"Gua mau nikahin lo dalam waktu dekat, La. Jadi stop main-main sama cowok lain."
Lara tertawa sarkas, "Main sama cowok lain? Yang bener aja, stupid."
"La, gua serius, gua bakalan berubah."
"Kata-kata itu udah lo ucapin lebih tiga kali dan lo masih tetap sama, jadi sekarang engga berlaku lagi." ujar Lara, "Buat lo yang katanya pengen nikahin gua, jangan ngehayal ya, gua gak mau disiksa seumur hidup."
"Gua janji beneran berubah." ucap Agas.
"Gua gak setolol dulu, Gas!"
"Nanti gua dateng kerumah lo buat minta restu." ujar Agas.
Lara kembali mengudarakan tawanya, "Lo lupa gua gak ada rumah?"
Palembang, 09 Agustus 2024.
-Salam manis, Liza.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionLara lelah menghadapi sikap tempramen Agas, namun tak bisa melepaskannya. Pemuda itu tak pernah membiarkannya pergi bahkan sejengkal pun. Makian, tamparan bahkan ancaman sudah terlalu sering ia dengar. Memilih mengakhiri semuanya karna terlalu lelah...