Bijaklah dalam memilih bacaan.
Tandai jika ada kesalahan dalam kepenulisan.
Happy reading, darl!
☆☆☆☆
Hidup lagi tentram-tentramnya Lara malah harus menghadapi Agas yang hampir tiap waktu tiba-tiba muncul dihadapannya. Entah darimana pemuda itu tau tentang keberadaannya, yang jelas dimana ada Lara disitu ada Agas.
Tahun ajaran baru telah dimulai sejak dua minggu lalu, Lara pun sudah menemukan banyak teman. Ia harap satu tahun kedepan bisa menjalankan masa sekolah menengah atas dengan baik.
Tak seperti hari-hari sebelumnya, jika sepulang sekolah Lara memilih hanya bersama teman-temannya berbeda dengan hari ini. Ada Alva yang tadi tak sengaja bertemu dengannya. Alhasil pemuda itu turut bergabung dimeja Lara.
"Kalian pacaran, ya?" tanya Amel, wanita dengan lipstik merah juga seragam ketat. Ketara sekali jika ia kakak kelas.
"Engga kok." jawab Lara melirik Alva.
"Cocok lho, kenapa engga pacaran aja?" kini Jerry yang bertanya.
"Belum." jawab Alva.
"Berati mau dong?" tanya Lia dengan mata berbinar-binar. Sepertinya mulai sekarang ia akan mendukung hubungan Alva dan Lara paling depan!
Alva tersenyum tipis membuat Lara salah tingkah, tak lama seorang pemuda datang menghampiri meja mereka. Lagi-lagi pemuda itu, Lara bahkan dibuat kesal.
"La, dia siapa sih? Kok kayaknya ngintilin lo mulu?" bisik Amel.
"Mantan gua." jawab Lara disamping telinga Amel.
"La, gua mau ngomong sama lo, please." pinta Agas hendak memegang tangan Lara, namun lebih dulu ditepis oleh Alva.
"Gak usah pegang-pegang!" sentak Alva tak terima.
"Wah kayaknya bakal ribut nih," celetuk Bima yang sedari tadi diam.
"Lo gak usah ikut campur, ini urusan gua sama Lara!" ujar Agas tak terima.
Lara melirik Alva, ketara sekali wajah emosi pemuda itu. Ia yang bingung harus apa memilih tak memperdulikan mereka, lalu kembali mengajak teman-temannya mengobrol seperti tak terjadi apapun.
"Lara cewek gua, wajar dong gua ikut campur!"
Agas tertawa sarkas, "Dari dulu lo bilang Lara cewek lo, padahal kalian gak ada hubungannya! Lo pikir gua goblok?"
"Emang."
"Buset," kekeh Bima tak sengaja mengudarakan tawanya.
Lara menghela nafas menatap pemuda itu satu persatu, "Gas, mending lo pergi deh, waktu itu udah gua bilang jangan pernah temui gua lagi. Lo gak budeg kan?"
"La, maafin gua, please, gua mau lo balik sama gua." Menyedihkan. Pikir teman-teman Lara.
"Gua udah maafin lo." jawab Lara, "Gua gak mau balikan, stop ganggu gua."
"La, lo berubah banget sejak sama dia." lirih Agas.
"Lo punya kontribusi apa dihidup gua sampe bilang gua berubah?" tanya Lara, "Lo gak penting."
Alva merangkul pundak Lara menatap Agas, "Ini terakhir kalinya lo nemuin cewek gua, kalo sampe gua liat lo deketin cewek gua lagi, habis lo!"
"Pergi-pergi, disini gak nerima gembel." celetuk Amel.
Bima, Jerry dan Lia terbahak mendengar penuturan Amel. Sungguh wanita itu memang ceplas-ceplos. Jika ia tak suka, sindiran pedas akan keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionLara lelah menghadapi sikap tempramen Agas, namun tak bisa melepaskannya. Pemuda itu tak pernah membiarkannya pergi bahkan sejengkal pun. Makian, tamparan bahkan ancaman sudah terlalu sering ia dengar. Memilih mengakhiri semuanya karna terlalu lelah...