0.25 - Toxic relationship

2.6K 76 17
                                    

Bijaklah dalam memilih bacaan.

Oke, aku mutusin buat lanjutin cerita ini dulu. Tandai kalo ada typo, ya.

Happy reading, darl!

☆☆☆☆

Adzan subuh baru saja berkumandang. Tidur pulas Lara terganggu akibat Agas. Ia mendengus kesal saat Agas dengan lancang merebahkan tubuh dikasur, Lara tau ini emang hak Agas, tapi untuk tidur satu kasur berdua ia marah. Bergegas ia beranjak lalu kembali tidur di sofa.

"Lo kenapa sih?" tanya Agas.

"Lo masih nanya gua kenapa? Lo ganggu waktu tidur gua!" sentak Lara.

Agas menghela nafas, baiklah ini memang salahnya. "Semalem Ilona kena jambret dan di lecehin."

"Terus?"

"Lo gak ada simpati sama dia? Respon lo cuma gitu?" tanya Agas menusuk.

Lara tertawa sarkas, "Serius lo nanya gitu? Terus gimana sama gua? Gua juga sering di lecehin, apa ada yang simpati sama gua? Engga kan?"

Sorot mata Agas menajam, "Tapi ini beda kondisi, Lara, Ilona di lecehin sama preman!"

"Gua juga, tapi sama bajingan." acuh Lara, "Dan gak cuma sekali."

Hendak melayangkan tamparan namun lebih dulu Lara menepisnya. Tatapan nyalang Lara pancarkan. Ia kira Agas akan berubah, namun ternyata masih sama. Memang benar, apa yang ia harapkan dari Agas?

"Gua mau istirahat, mending lo pergi." ujar Lara mengalihkan topik.

Brukh!

"Arghh-Agas lo gila?!"

Agas menatap remeh ke arah Lara, ia mengelus rambut pendek itu dengan sedikit jambakan. "Gua gak suka lo ngebangkang!" seru Agas. "Gua bakal bersikap baik kalo lo jadi anak baik!"

"Sinting," ucap Lara lalu mendorong tubuh Agas.

Ia menggosok leher jenjangnya hingga memerah lalu berujar, "Gua bukan pelacur lo bangsat!"

Agas berdehem pelan, ia kembali merebahkan tubuh di kasur lalu memejamkan matanya. Tak menghiraukan makian yang keluar dari mulut Lara.

Sedangkan Lara memilih pergi ke dapur untuk mengisi perutnya. Ia membuka ponsel membaca chat dari Naura yang sudah lama ia anggurkan.

Naura: Lara, gua dijodohin!

Naura: Nanti pas gua nikah dateng, ya.

Uhuk, uhuk!

Apa katanya? Nikah? Yang benar saja. Ia yang sudah sering diperlakukan tak baik saja tidak dinikahi. Lara menepis pikirannya, sudahlah buat apa menikah. Lagipula ia tak mau seumur hidup dengan orang kasar. Mungkin.

Usai mengisi perut, Lara bergegas mandi. Ia berniat hari ini akan kembali menemui Adisa untuk meluruskan semuanya. Berharap Adisa memaafkannya.

☠️ T O X I C ☠️

Senyum Lara mengembang kala memasuki perkarangan rumah yang sudah lama tak ia kunjungi. Ia mengetuk pintu rumah pelan hingga tak lama seorang wanita paruh baya membukanya.

"Cari siapa ya, non?"

Oh, mungkin Adisa sekarang sudah menyewa pembantu, ya? Mama-nya memang sibuk, tak ada waktu untuk membersihkan rumah.

"Cari mama, mama ada?" jawab Lara.

Kening wanita itu mengernyit heran, "Lho bukannya nyonya sama tuan engga punya anak segede ini?"

"Maksudnya?"

"Iya, tuan Arthur sama nyonya Vanya engga punya anak segede ini. Setau saya anaknya cuma satu, masih sd. Namanya nona Gisel."

"Ibu udah lama kerja disini?"

Wanita itu mengangguk, "Saya sudah kerja sama mereka sejak masih di Semarang, sudah empat tahun. Terus tuan pindah tempat kerja, jadi ikut dibawa kesini."

"Ibu tau pemilik rumah sebelumnya kemana?"

"Nah, kalo itu saya engga tau, non."

Lara menghela nafas berat, ternyata mama-nya memang sudah memutus hubungan keduanya. "Yasudah, saya pergi dulu ya, Bu. Maaf kalo ganggu."

"Iya, tidak apa non."

Lara berjalan menuju halte, untung saja tak ada ibu-ibu yang membicarakannya seperti beberapa minggu lalu. Jika tidak pikirannya akan tambah berkecambuk.

Ia sudah menebak bahwa Adisa pergi ke Malang, ke kota asalnya. Hendak menyusul, tapi tak ada biaya. Huh, ia bimbang.

Antara tetap tinggal bersama Agas yang temperamental atau luntang-lantung tak ada tujuan? Huh, sepertinya ia harus mencari kerja. Ia tak mau tinggal bersama Agas lebih lama. Untuk keinginannya membuka kedai kue sudah ia lupakan. Karna itu tak akan bisa.

Ia menggulir layar ponselnya mencari info lowongan kerja. Matanya mengerjab. Ketemu! Nominal gaji yang diberikan cukup besar, selain itu ada beberapa benefit. Seperti diberikan mess, dandan gratis dan makan tiga kali sehari.

Enrapture Club.

Bekerja di dunia malam tak ada masalahnya kan? Ia sudah muak dengan semuanya. Lagipula sekarang ia sudah tak perlu menjaga dirinya dengan baik. Sudah dirusak juga.

Yang rusak tetaplah rusak. Dan tak akan pernah bisa diperbaiki. Sampai kapanpun.

Palembang, 04 Agustus 2024.
Salam manis, Liza.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang