0.30 - Toxic relationship

3.8K 98 33
                                    

Bijaklah dalam memilih bacaan.

⚠️ Kata-kata tidak wajib ditiru, skip jika risih!⚠️

Happy reading, darl!

☆☆☆☆

Sungguh sejujurnya Lara sangat tidak nyaman berada disatu ruangan yang sama dengan Agas. Selain karna muak, ia juga benci sekali pada pemuda itu.

Jika ditanya apakah ia masih mempunyai rasa, tentu iya. Lara mencintai Agas, namun untuk kembali menjadi sepasang kekasih ia enggan. Tidak mau mengulang kisah yang sama. Sekalipun Agas bersujud di kakinya untuk meminta kembali bersama, ia tetap tak akan mau. Rasa sakit dan trauma didalam tubuh masih membekas.

"Lo kenapa kabur dari apart gak bilang gua?" tanya Agas.

"Kalo bilang namanya bukan kabur," jawabnya malas.

"Lupa lo kita masih ada hubungan?"

Lara tertawa sarkas, "Bdw, kita udah putus dari lama." ucap Lara, "Soal biaya sewa apartemen lo, nanti gua transfer."

"Banyak duit banget kayaknya, sering di sewa cowok tadi ya lo?"

"Bukan urusan lo juga." acuh Lara.

"Bener kan kata gua, lo itu jalang." ucap Agas, "Muka polos padahal aslinya hyper."

Plak!

"Mulut lo di jaga anjing!" sentak Lara dengan nafas naik turun.

Agas mengusap pipinya, "Lah kan kenyataan, kok marah?"

"Mau gua jalang atau apa kek bukan urusan lo!" ucap Lara, "Dan jangan ganggu gua lagi, gua udah ada cowok!"

"Yang tadi cowok lo? Lo udah sering dikasih enak ya sama dia?"

"Iya, engga kayak lo yang ngasih sakit mulu!" jawab Lara menatap Agas sinis.

"Murah," ucap Agas. "Pantesan lo makin berisi."

"Gua kira lo beneran bakal berubah, Gas," lirih Lara. "Gua gak bakal mentolerir sikap lo lagi, gua beneran sakit hati, semoga lo juga ngerasain yang sama. Jangan hubungin gua lagi setelah malam ini, gua mohon."

"Sayangnya gak bisa, lo punya gua." ujar Agas, "Besok temenin gua ke nikahan Naura." ucap Agas mengalihkan pembicaraan.

Lara menggeleng, "Gua bisa datang sendiri."

"Setidaknya lo harus bersikap baik didepan temen-temen gua dan temen lo." ujar Agas.

"Gua gak perlu bersikap baik lagi, karna orang-orang udah tau kalo gua liar." acuh Lara.

"Sama gua, gua gak mau tau."

Lara menghela nafas, "Oke, untuk terakhir kalinya."

"Gak janji." jawab Agas.

"Gua mau tidur, kalo lo berani macem-macem, gua beneran engga bakal maafin lo seumur hidup."

Agas memutar bola mata malas, ia kesal pada Lara. Apalagi saat wanita itu dengan terang-terangan mengatakan tentang kekasihnya. Apakah secepat itu? Tidak, Lara tidak boleh bersama yang lain. Harus bersamanya. Lara tidak boleh menyerah dengan sifatnya.

☠️ T O X I C ☠️

Ballroom hotel sangat ramai dipenuhi tamu undangan, walaupun acara bersifat private tetap saja hampir mencapai empat ratus orang yang hadir. Tak bisa dibayangkan jika yang berdiri disana Lara, sudah dipastikan ia akan pingsan karna kelelahan.

Usai bersalaman dan photo bersama, Lara memilih pergi ke toilet untuk membuang air kecil. Ia menghela nafas lega karna Agas tak mengikutinya, karna sedari tadi pemuda itu terus-menerus mengekor kemana pun ia pergi.

"Lara, can i talk to you?" suara serak nan basah terdengar ditelinga. Lara yang baru saja keluar dari toilet lantas menoleh, menatap seseorang yang cukup asing baginya.

Ia kenal, itu Samudra. Teman Agas. Mereka tak kenal akrab, tapi mengetahui nama satu sama lain. Untuk interaksi pun hanya seadanya, jadi bisa dikatakan keduanya tidak terlalu akrab.

"Kak Samudra kan?" tanya Lara yang langsung diangguki oleh pemuda didepannya.

"Jadi, bisa kan kita bicara?" tanya Samudra untuk kedua kalinya.

"Bisa kok." jawab Lara, ia bingung kenapa tiba-tiba pemuda itu mengajaknya berbincang. "Tapi gua mau cepet balik."

"Lo ada urusan?"

Lara menggeleng, "Cuma mau pergi dari Agas aja, kak."

"Ayo gua anter balik, kita ngobrolnya dimobil aja."

Lara mengangguk, "Boleh kak, makasih, ya."

Samudra mengekori Lara hingga mereka tiba di basement parkiran hotel, usai membukakan pintu mobil untuk Lara, Samudra segera menjalankan mobil dengan kecepatan sedang.

"Lo mau ngomong apa kak?" tanya Lara melirik Samudra yang tengah menyetir.

"Nanti, jangan dimobil, gak enak ngomongnya." jawab Samudra, "Kita stop di taman depan, lo gak apa kan?"

"Gak apa kok kak."

Sepuluh menit akhirnya mereka tiba disebuah taman yang cukup ramai, Lara memilih untuk duduk lebih dulu sedangkan Samudra pergi kesebuah kedai es cream dan membeli dua cup es.

"Lo suka strawberry atau cokelat?"

Lara melirik Samudra heran, namun tak urung ia menjawab, "Strawberry, kak."

Samudra memberikan es varian strawberry kepada Lara lalu mendudukkan punggungnya disamping wanita itu. Gugup mulai menghampiri, lirikan dari Lara membuatnya semakin gemetar. Fokus teralihkan karna ponsel Lara bergetar, pertanda ada seseorang yang menelponnya.

"Lo dimana!?" tanya seorang dari sambungan telepon tak santai.

"Gua udah balik."

"Sama siapa?"

"Bukan urusan lo."

Sambungan telepon Lara matikan sepihak, ia kembali menatap Samudra seraya menikmati es cream-nya. "Jadi kak Samudra mau ngomong apa?"

Samudra menaruh cup es cream ditangannya lalu meraih pergelangan tangan Lara membuat Lara semakin kebingungan. "I have loved you since we were class in X."

Lara mengerjab tak paham, "Maksud lo kak?"

"Will you be my girlfriend?"

☆☆☆☆

Nah lho akhirnya Samudra confess juga:<

Jadi kalian tim siapa nih?

Agas Lara?

Alva Lara?

Atau bahkan

Samudra Lara?

Palembang, 06 Agt 2024.
-Salam manis, Liza.




TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang