0.11 - Toxic relationship

6.3K 174 11
                                    

Bijaklah dalam memilih bacaan.

Happy reading, darl!

☆☆☆☆

Agas menepati janjinya.

Pemuda itu benar-benar membelikannya satu set gamis lengkap dengan hijab pasmina berwarna hitam. Dan lebih parahnya pemuda itu mendesaknya untuk mengganti pakaian didalam mobil.

"Cepetan ganti keburu sampe!" decak Agas.

"Stop dulu aku mau pindah ke kursi belakang." jawab Lara.

"Ganti tinggal ganti anjing, ribet lo!"

Tak ingin menambah perdebatan, Lara memilih langsung memasang gamis tersebut tanpa melepas dress-nya. Agas yang melihat itu berdecak tak suka, ingin memarahi Lara namun ia urungkan karna sudah tiba di pemakaman.

"Cepet turun, jangan lelet!"

"Iya sabar." jawab Lara. Sungguh ia lelah menghadapi sikap tempramen Agas.

Kakinya melangkah mengikuti Agas. Pemuda itu berhenti didepan kuburan yang bertuliskan Raisa Andriana—sosok perempuan yang telah melahirkannya.

Agas mulai mengelus nisan tersebut dengan mata yang fokus menatap rentetan nama yang tertulis diatasnya. Sedangkan Lara memilih menopang dagunya menatap sosok rapuh Agas.

Cukup lama Lara memperhatikan Agas, sampai tak sadar bahwa pemuda itu sudah berdiri menatapnya aneh.

"Balik!"

"Udah kak?" Lara tersadar dari lamunannya.

"Lo berharap gua nginep disiini?!"

Lara mendengus lalu menatap kuburan didepannya, "Bunda Isa kak Agas galak, aku gak suka!" adunya, "Kalo dia jahatin aku lagi jemput aja!"

Lara menoleh menatap Agas yang kini menatapnya tajam, pemuda itu menarik pergelangan tangannya menjauh dari area kuburan lalu kembali masuk ke dalam mobil.

"Gak usah sok akrab sama bunda gua!"

"Bunda aku juga, kan kamu sendiri yang bilang."

"Panggil aja bunda jangan tante, lo cewek gua berati anaknya juga." ucapan Agas kala masih teringat jelas di memori Lara.

"Lepas baju lo, abis ini kita jalan." Agas mengalihkan pembicaraan.

"Pake baju ini gapapa."

"Lepas!"

"Oke." lagi-lagi Lara mengalah. Ia melepas gamisnya lalu kembali melipatnya.

Tangannya bergerak meraih lipcream kemudian kembali mengaplikasikan mekaup tersebut pada bibir tebalnya. Terlalu fokus hingga tak sadar bahwa tangan kekar Agas sudah menyelusup masuk kedalam dress-nya.

Tubuhnya tersentak saat Agas mengangkat dress selututnya, tatapan pemuda itu menajam. Lalu menambah kecepatan mobilnya, membawanya kesebuah perkarangan rumah yang cukup sepi.

"Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Lara setelah sekian lama terdiam.

"Kerumah gua."

"Jangan, aku mau pulang." lirih Lara.

"Turun, udah sampe."

Lara menggeleng, "Kak—awshh sakit." Tangan Lara memerah saat pemuda itu menarik tangannya paksa.

Tangisnya pecah namun Agas memilih menulikan telinganya dan langsung membawa Lara menuju kamar yang didominasi warna hitam tersebut. Dalam hati ia berdoa semoga Raven belum pulang dari kantornya.

Dengan tak berperasaan Agas menyobek dress tersebut, tak hanya itu tanktop putihnya pun sudah sobek dalam sekali tarikan.

"Kak—aku mohon jangan." ucap Lara dengan suara bergetar.

Agas berjalan menjauh, ia mengunci pintu kamarnya lalu menutup balkon. Tangis Lara semakin pecah melihat hal tersebut. Namun tak lama Agas berjalan menuju lemari, membawa sebuah kaos pendek juga kotak P3K.

Tangannya terulur meraih tissue lalu melemparnya ke wajah Lara, "Lap air mata lo sendiri, gak usah manja!"

"Kak, aku mau pul—shh sakithh." lirih Lara.

"Udah tau lembek sok-sok an nyiksa diri!" sentak Agas.

Sewaktu dimobil tadi, Agas hendak mengelus paha Lara seperti hal yang selalu ia lakukan sebelumnya. Namun betapa terkejutnya ia saat melihat banyak bekat sayatan disana. Dan lebih mengejutkan lagi, perut Lara dipenuhi memar kebiruan yang entah disebabkan oleh benda apa.

"Siapa yang lakuin?" tanya Agas dengan suara pelan. Hanya memastikan, namun Agas tahu itu pasti ulah wanita itu sendiri.

"Bukan siapa-siapa."

"Dimana lagi lo lukain tubuh?"

Mata Agas memicing melirik tangan Lara, ia bahkan baru tersadar bahwa dipergelangan tangan Lara terdapat bekas tangannya. Agas mengangkat telapak tangannya lalu kembali meraih tissue membersihkan pergelangan tangan Lara.

Banyak bekas sayatan yang ditutupi oleh foundation. Bahkan tissue yang Agas gunakan tadi sudah dipenuhi bekas foundation.

"Kalo aku sayat tubuhku pasti kamu gak bakal sentuh lagi." ucap Lara lirih.

Kepala Agas terangkat menatap wajah Lara, dadanya terasa sakit melihat wanita yang ia cintai rusak karnanya. Tapi sifat bajingannya lebih mendominasi membuat ia berlaku semena-mena terhadap wanita itu.

"Lo pake apa sampe perut lo memar gitu?"

"Ikat pinggang," jawabnya jujur.

"Sampe kulit lo melepuh?"

Lara tak berani menjawab, pemuda itu menjauh seraya membawa kotak P3K tersebut. Ia kembali ke kasur dengan membawa celana pendek miliknya.

"Pake." ucap Agas, ia memunguti baju Lara yang berserakan lalu membuangnya ke kotak sampah. Lara cukup speechless dengan sikap Agas, bahkan ia melupakan baju ditangannya.

"Pake cepet, lo mau gua mainin lagi??!"

Palembang, 7 Juli 2024.
Salam manis, Liza.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang