Bijaklah dalam memilih bacaan.
Aku up lagi padahal belum satu jam aku publish part sebelumnya, ending dari cerita ini udah selesai, tinggal ku publish aja. Masih dua part lagi, setelah ini beneran ending:>
⚠️JIKA ADA KESALAHAN MOHON DIPERBAIKI, SEMUA SAYA RISET DARI GOOGLE⚠️
Happy reading, darl!
☆☆☆☆
Ini hari pertama Lara menjalani terapi, sedari tadi Alva terus-menerus menyemangatinya seakan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Terapi yang ia jalani terdiri dari 8 fase, dimana fase-fase ini terbagi jadi beberapa sesi. Setiap sesi berlangsung selama 60-90 menit.
Di fase pertama dan kedua, Lara diarahkan untuk mengingat hal-hal yang membuatnya trauma sembari fokus dengan gerakan mata.
Hal ini bukan bertujuan untuk memaksa pasien mengingat kembali kenangan menyakitan tersebut, melainkan belajar bagaimana cara mengatasi dan menangani tekanan emosional.
Diminggu-minggu selanjutnya Lara melakukan hal yang sama, fase ketiga hingga keenam ia mulai menjalani terapi dengan rutin. Lalu pada saat fase terakhir Lara berupaya mengkaji beberapa proses yang telah dilakukan dan akan terjadi kedepannya.
Terapi berjalan lancar, ingatan tentang masa lalu sudah tak pernah lagi Lara pikirkan. Satu bulan lamanya Lara menjalani terapi, ia mulai merasa lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Ungkapan syukur Lara panjatkan karna Agas tak pernah lagi muncul dihadapannya, ia benar-benar sudah mati rasa terhadap pemuda itu.
☠️ T O X I C ☠️
Kedai dengan berbagai macam hidangan makanan manis ramai pengunjung, padahal ini baru hari pertama opening. Namun antusias anak muda bahkan para orangtua tak bisa ditutupi. Hampir semua orang merasa puas dengan rasa juga harga yang sangat ramah dikantong pelajar.
Lara telah lulus sekolah dengan nilai tinggi juga berhasil mendirikan tokoh kue seperti angan-angannya satu tahun silam.
Ia berterimakasih banyak terutama kepada Andra yang telah membantu biaya pembangunan, Gina yang dengan sabar mengajari membuat berbagai jenis kue kering, dessert hingga kue khas dari berbagai kota, dan terakhir kepada Alva yang selalu memberi semangat, dukungan serta setia berada disampingnya.
"Kak Ara, dessert nya enak banget!" seru Dean, "Aku harus ajak Abel kesini, dia pecinta dessert soalnya."
Lara tersenyum manis, "Ajak dong, kakak gak pernah ketemu sama Abel."
Tak menyangka Dean bisa sampai satu tahun menjalin hubungan bersama Abel, bahkan Lara dibuat iri olehnya. Tak sekali dua adiknya itu meminta temeni membeli bunga, hadiah kecil dan lainnya untuk bocah perempuan yang kini sudah menduduki kelas empat sd itu.
"Dari kemarin mommy dengar kamu ngomong Abel Abel mulu, siapa sih?" tanya Gina penasaran.
"Gak boleh kepo!" seru Dean.
Gina memutar bola mata malas, "Sudah lah momny mau cek ke belakang dulu." ujar Gina.
"Dean sama daddy dulu, ya? Kak Ara mau ke bang Alva." ucap Lara.
Dean mengacungkan jempolnya, "Siap kak!"
Lara menghampiri Alva yang tengah mengobrol santai bersama teman-temannya, ia tersenyum tipis lalu mendudukkan tubuh disamping Alva.
"Udah official belum sih kalian ini?" celetuk Raldo.
"Iya, kita nunggu ditraktir nih." jawab Febri.
Alva tersenyum tipis, "Belum."
"Anak orang lo gantungin kayak jemuran," ketus Tian, "Sini dah La sama gua aja."
Alva mendelik, "Gak boleh."
"Noh diambil orang lain lo marah, tapi gak di tembak-tembak." kesal Febri.
Raldo menatap Lara, "La, Alva pernah nyatain perasaannya gak sih sama lo?"
Lara menggeleng, "Engga pernah."
"Wah parah!" seru Raldo, "Dokter satu ini agaknya punya gengsi setinggi langit."
Alva tertawa pelan, "Tunggu kabar baiknya aja, ya."
"Jangan lama-lama, gua gak sabar pengen punya ponakan."
Alva memutar bola mata malas, "Nikah aja belum lo udah mau ponakan."
"Kan bisa nyicil dulu."
Plak!
"Mulut lo sembarangan!"
Lara terbahak melihat wajah Tian yang kini sudah dipenuhi cokelat akibat penuturan ngelanturnya, tangan Lara meraih tissue kemudian memberikan kepada Tian.
"Cemong, kayak anak kecil."
"Gua lagi gak ulang tahun, bangsat!" ketus Tian seraya membersihkan wajahnya.
Alva mengode teman-temannya untuk diam dengan kedipan mata, setelah itu ia menatap Lara, mengusap rambut halus tersebut lalu berujar.
"Nanti malem ikut gua yuk?" tawar Alva.
"Mau kemana, Al?" tanya Lara.
"Ngajak lo kulineran di Lengkong, kita gak pernah kesana kan?"
Lara mengangguk, memang selama ini Alva mentok-mentok mengajaknya pergi ke mall, jajan dipinggir jalan juga joging dipagi hari. Untuk kulineran tak pernah, bukan tidak mau, tapi karna hampir setiap malam Alva belajar untuk mempersiapkan S2-nya.
"Mau jam berapa?"
"Jam delapan gua jemput," jawab Alva, "Lo mau pake mobil apa motor."
"Mobil." jawab Lara cepat, "Nanti gua masuk angin."
"Suka nih gua cewek kayak gini, blak-blakan gak sok pemalu padahal aslinya malu-maluin." ucap Febri.
Alva mengedarkan pandangan, matanya tak sengaja bertabrakan dengan sosok pemuda yang selama ini telah menghilangkan bak ditelan bumi.
"Ra, ada mantan lo."
Lara menatap Alva, "Biarin aja, Al, gak penting."
Tak lama seorang pemuda dengan wanita disampingnya mendekat, Lara menoleh, tatapan mereka bertemu. Entah mengapa dada nya terasa begitu sesak, bukan karna Agas memiliki kekasih baru, tapi karna melihat penampilan Agas yang jauh dari kata baik-baik saja.
"Lara, selamat ya atas berdirinya tokoh kue lo."
Lara tersenyum tipis, "Makasih ya."
"Lara, gak nyangka banget lo sukses." ujar wanita disamping Agas, perut wanita itu terlihat sedikit buncit seperti sedang hamil. Tak ingin memikirkan hal itu, Lara membuang pandangannya.
"Makasih ya kak Ilona."
"Gua ngidam dessert, tapi bingung mau yang mana, kayaknya enak semua nih." ucap Ilona dengan senyum malu-malu.
Lara tertawa pelan, "Pesen aja semua kak, gua kasih diskon deh."
Mata Ilona berbinar, "Wah serius nih?"
Lara mengangguk, "Serius dong." ucap Lara, "Lo hamil udah berapa bulan kak?"
"Empat bulan, La. Nanti habis lahiran gua mau ngadain resepsi, kalian semua datang ya!" seru Ilona.
"Aman kak."
"Agas, aku mau bicara sama Lara dulu, boleh kan?" Ilona menatap Agas yang hanya diam mematung. "Agas." panggil Ilona untuk kedua kalinya.
"Iya, boleh kok. Gua tunggu di sana aja, ya." ujar Agas.
"Lho kenapa gak gabung sama kita aja?" ucap Febri.
Agas menggeleng, "Engga usah."
Lara berpamitan pada Alva lalu mengikuti Ilona menuju ketempat yang lebih sepi, tepat dekat parkiran ada sebuah pohon juga kursi dibawahnya. Sangat rindang dan nyaman terlebih angin sepoi-sepoi terasa menyapa kulit.
"Lara, makasih." ucap Ilona pelan.
Palembang, 11 Agustus 2024.
-Salam manis, Liza.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionLara lelah menghadapi sikap tempramen Agas, namun tak bisa melepaskannya. Pemuda itu tak pernah membiarkannya pergi bahkan sejengkal pun. Makian, tamparan bahkan ancaman sudah terlalu sering ia dengar. Memilih mengakhiri semuanya karna terlalu lelah...