0.12 - Toxic relationship

4.2K 122 2
                                    

Bijaklah dalam memilih bacaan.

Happy reading, darl!

☆☆☆☆

Agas merebahkan tubuhnya dikasur lalu melirik Lara yang kini turut menyandarkan kepalanya pada pembatas kasur. Wanita itu tampak cemas hendak mengatakan sesuatu namun sepertinya sangat takut.

"Lo mau pulang?" tanya Agas.

Lara mengangguk pelan, "Aku takut disini, mau pulang."

"Tidur disini, nanti gua anter." ucap Agas.

Lara menggeleng, "Aku mau pulang kak."

Agas menghela nafas, "Gua gak bakal apa-apain lo. Tidur aja gak usah bacot."

Agas melirik Lara yang mulai merebahkan tubuhnya dikasur, wanita itu membelakanginya seraya memeluk erat guling yang memiliki wangi pemuda itu. Sungguh nyaman, bahkan Lara sudah tertidur nyenyak dalam hitungan menit. Biasanya ia akan tertidur setelah merancang skenario dan bolak-balik puluhan kali.

Deru nafas Lara sudah terdengar stabil, ia mengubah posisi Lara agar menghadapnya lalu menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantik tersebut.

"Cantik." ucapnya dengan senyum tipis, "Maaf, La."

Tangannya bergerak mengelus pipi Lara dengan mata yang fokus menatap wajah tenang itu, "Gua marah banget kalo lo lukain tubuh lo lagi."

Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Lara lalu mengecup singkat pipi chubby tersebut, "Gua sayang lo, La."

Agas menjauh kemudian menyelimuti tubuh Lara, ia keluar kamar tak lupa menutupnya kembali. Langkahnya berjalan menuju dapur dan mulai memasak mie instan. Perutnya terasa lapar karna sedari pagi belum makan. Ia jadi teringat, apalah Lara sudah makan? Ingin membangunkan wanita itu namun tak tega. Jadi ia memilih menunggunya sampai wanita itu terbangun sendiri.

"Woi, Gas!"

Agas menoleh menatap Raven yang kini menenteng kantong plastik ditangannya. Pemuda itu meraih beberapa piring lalu menyajikannya.

Terdapat berbagai jenis gorengan yang tersedia disana. Juga ada dua bungkus nasi goreng serta es coklat yang tersedia dari kantung plastik lainnya.

"Makan mie gak baik, nih makan aja nasi gorengnya!" seru Raven.

Agas menggeleng, "Engga deh, bang." Agas teringat sesuatu. "Simpen aja nanti cewek gua mau makan."

"Hah? Disini ada Lara?"

Agas mengangguk, "Lagi tidur."

"Lo apain lagi?!" Raven bertanya sedikit menyentak.

"Engga, bang, dia cuma tidur." jawab Agas. "Sebelum dia bangun lo balik, gua belum siap kalo dia tau seben—" Agas menjeda ucapannya, ia beranjak, "La, lo udah bangun?"

Raven menoleh mendapati sosok Lara yang masih berdiri mematung disana. Wanita itu tak bergeming, sesaat kemudian Agas mendekatinya.

"Makan dulu, La." ucap Agas, ia menyulurkan tangannya meraih pergelangan tangan Lara dengan pelan. Membawa wanita itu duduk di kursi dan membukakan sebungkus nasi goreng yang dibawakan oleh Raven beberapa saat lalu.

"Gua gak mau makan." ucap Lara. Wanita itu bahkan mengganti kosa katanya, ia beranjak lalu kembali berucap, "Gua pulang, terserah lo mau marah atau gak gua gak peduli."

"La, gua jela—brukh!"

Lara mendorong kursi hingga terjatuh, Raven beranjak menghampiri Lara. "Gua anter, La."

"Gak perlu. Gua gak butuh orang brengsek kayak kalian."

Raven dan Agas terdiam menatap kepergian Lara yang kian menjauh. Agas hendak mengejarnya namun lebih dulu Raven menggeleng.

"Dia butuh waktu, Gas. Jangan lo ganggu dulu."

Palembang, 7 Juli 2024.
Salam manis, Liza.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang