Bijaklah dalam memilih bacaan.
Happy reading, darl!
☆☆☆☆
Hujan deras disertai angin kencang mulai membasahi tanah, suara petir pun terdengar lantang membuat seorang wanita yang tengah termenung diatas kasur tersentak kaget.
"Mama, aku takut." lirih Lara seraya menutup telinganya.
Lara berlari mencari sebuah obat kemudian meminumnya cepat, setelah itu ia kembali ke kasur dengan perasaan gelisah. Tangannya terangkat menatap cutter yang tadi tak sengaja ia ambil. Perlahan benda kecil itu terbuka dan mulai bergerak mengukir garis lurus hingga mengeluarkan cairan merah.
"Mama," isak tangis terdengar, dada nya terasa sesak juga nafas yang memburu.
"Kangen papa, aku mau papa." Lara menjambak rambutnya lalu meraih gunting, memotong rambutnya asal dan berlari cepat kearah kamar mandi.
Lara mengulurkan tangan menghidupkan shower kemudian menjatuhkan tubuh duduk dibawahnya. Matanya terpejam, suara gemercik air diiringi suara deras hujan beradu. Tangan kirinya terasa perih, namun ia lega karna sudah melampiaskan ini semua.
Tubuhnya menggigil dan sesaat kemudian pingsan tak sadarkan diri dibawah percikan air shower yang terus mengalir turun.
☠️ T O X I C ☠️
Brak!
"Bang, tolongin! Ini susah banget!" seru Agas, bahkan pemuda itu sudah menggigil akibat terlalu lama mencoba membuka pintu balkon tersebut, tetapi tetap tidak bisa terbuka.
"Gua udah bilang, lewat pintu depan aja, Agas!" jawab Raven mengusap wajahnya, "Ini kaca, bahaya kalo di dobrak!"
"Arghh!" Agas menjambak rambutnya lalu melompat dari balkon kamar Lara, tak menghiraukan rasa sakit akibat terinjak bekas pecahan kaca yang entah dari mana asalnya.
"AGAS, HATI-HATI!" seru Raven, pemuda itu perlahan turun melewati dahan pohon.
Sesampainya didepan pintu utama, Raven mendobraknya, dengan empat kali dobrakan akhirnya pintu tersebut terbuka. Agas berjalan tertatih-tatih menuju kamar Lara, ia mengedarkan pandangannya tak menemukan sosok wanita itu didalamnya.
"Bang, gak mungkin kan?" Agas berlari menuju ke kamar mandi lalu berteriak, "BANG!" Raven yang mendengar itu lantas mendekat, matanya membulat melihat sosok Lara yang sudah terbaring lemah.
Pemuda itu mematikan shower dan Agas segera mengangkat tubuh wanita itu. Agas membawanya kekasur tak memperdulikannya kasur tersebut basah karna ulahnya.
"Lo keluar, gua mau gantiin bajunya!"
"Tapi, Gas?"
"KELUAR!"
Raven menghela nafas lalu keluar membiarkan Agas tetap disana. Menunggu hampir dua puluh menitan akhirnya Agas keluar seraya menggendong tubuh Lara.
"Kerumah sakit sekarang, lo ambil payung didapur!" seru Agas.
Raven berlari menuju ke dapur lalu mengambil sebuah payung, dengan cepat Agas membawa wanita itu menuju kedalam mobilnya. Ia menyuruh Raven menutup kembali rumah tersebut lalu segera menjalankan mobilnya kerumah sakit.
Dalam hatinya ia berdoa, semoga Lara baik-baik saja.
Palembang, 8 Juli 2024.
Salam manis, Liza.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionLara lelah menghadapi sikap tempramen Agas, namun tak bisa melepaskannya. Pemuda itu tak pernah membiarkannya pergi bahkan sejengkal pun. Makian, tamparan bahkan ancaman sudah terlalu sering ia dengar. Memilih mengakhiri semuanya karna terlalu lelah...