Bijaklah dalam memilih bacaan.
Happy reading, darl!
☆☆☆☆
Lara menata belanjaan yang baru selesai ia beli setelah itu memisahkan beberapa jenis bahan untuk membuat cookies.
Agas menopang kedua pipinya melirik Lara yang sibuk mengaduk campuran tepung yang baru saja dicampurkan kedalam adonan mentega.
"La." panggilnya membuat Lara menoleh. "Mau cookies?"
"Nanti tunggu mateng."
"Mau sekarang." ucap Agas lalu beranjak menghampiri Lara, matanya menatap fokus kearah adonan yang tengah Lara uleni tersebut kemudian kembali berujar, "Mau sekarang deh."
Cup!
Lara membuka mulutnya dengan mata yang mengerjab pelan, "Apasih maksudnya?!"
"Ku kiss bukan cookies. Kalo cookies mah tunggu mateng aja." ucapnya lalu kembali duduk dikursi.
"Mesum lo!"
Agas tertawa pelan, matanya tak lepas dari kegiatan yang dilakukan oleh Lara. Wanita itu sekarang tampak memasukkan cookies ke dalam oven. Setelah semua adonan selesai ia turut mendudukkan tubuh dikursi depan Agas.
Tak lama karna Lara kembali berdiri untuk membersihkan piring kotor di wastafel, Agas menghela nafas lelah, ia kembali beranjak kemudian mengangkat tubuh Lara untuk duduk diatas kitchen set.
"Gua kangen." celetuk Agas.
"Gua mau turun." ucap Lara, ia hendak melompat turun namun Agas mengunci pergerakannya.
Agas menjatuhkan kepalanya pada bahu Lara kemudian mendekapnya erat, tangan Lara terulur mematikan keran air lalu mengelus pelan punggung pemuda itu.
"Benar ya, cowok kalo gak brengsek ya gay." celetuk Lara, "Lo brengsek."
"Iya, La, gua emang brengsek." racaunya.
"Gua pengen di cintai dengan tulus tanpa nafsu, Gas."
Agas mengangkat kepalanya menatap lekat manik mata Lara, "Nafsu sama cinta beda tipis, La." jawabnya, "Gak mungkin cinta doang tapi gak nafsu."
Pandangan Agas berubah jadi sayu dalam hitungan detik, pemuda itu meneguk ludahnya kasar lalu memberi ciuman tepat dibibir Lara.
"Shhh—" Lara mendorong tubuh Agas lalu melompat dari kitchen set, ia melangkahkan kakinya menuju oven dan menarik nampan cookies yang sudah mateng.
Agas tersenyum tipis seraya mengelap sudut bibirnya, ia kembali mendudukkan tubuhnya di kursi dan menatap Lara yang mulai menyusun cookies tersebut kedalam toples.
"Cobain, Gas!" seru Lara menyodorkan sebuah cookies ke mulut Agas. Pemuda itu membuka mulutnya dan segera memakan cookies tersebut.
"Enak banget asli!" seru Agas, "Manis nya pas, teksturnya juga udah pas. Mungkin topingnya bisa dikasih lebih banyak biar makin cantik penampilannya."
Lara menarik kedutan pada bibirnya, tanpa sadar tangannya bergerak menepuk pucuk kepala Agas membuat pemuda itu diam tak bergeming. Sesaat kemudian ia menarik tangannya dan membawa toples cookies tersebut kedalam kamar.
"Lara tunggu!" seru Agas berlari menghampiri Lara.
Lara menaruh toples tersebut diatas nakas kemudian merebahkan tubuhnya diatas kasur, ia melirik Agas lalu berucap, "Pulang lo."
"Nanti, La, gua masih kangen."
Lara berdecak, "Padahal hampir seharian lo sama gua."
"Tetap aja kangen." kekehnya lalu turut merebahkan tubuh diatas kasur. "Jadi kapan mau mulai jualan?"
"Yang jelas mau bikin cookies yang bentukannya lucu-lucu dulu buat promosi, baru jual kalo dirasa rasanya udah pas."
Lara melirik jam dinding yang kini menunjukkan pukul empat sore, ia memiringkan tubuhnya lalu menghela nafas. "Gua tidur bentar deh." ucapnya seraya menarik guling.
Agas mengangguk, "Kalo udah magrib gua bangunin."
"Iya." ucap Lara mengakhiri pembicaraan.
Agas mengelus surai rambut Lara dengan senyum tipis, sesekali menoel hidung mancung tersebut dan memotretnya. Sungguh, Lara sangat cantik.
Palembang, 11 Juli 2024.
Salam manis, Liza.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionLara lelah menghadapi sikap tempramen Agas, namun tak bisa melepaskannya. Pemuda itu tak pernah membiarkannya pergi bahkan sejengkal pun. Makian, tamparan bahkan ancaman sudah terlalu sering ia dengar. Memilih mengakhiri semuanya karna terlalu lelah...