Bijaklah dalam memilih bacaan.
Aku up tiga bab hari ini, soalnya gabut hehe:33 Jangan bosen ya, kasih vote biar aku makin cepet up.
Happy reading, darl!
☆☆☆☆
Agas memasuki kamar unit apartemen dengan langkah pelan, ia tersenyum miris melihat kondisi Lara yang bisa dikatakan jauh dari kata baik-baik saja.
Tangannya bergerak membelai pipi wanita itu, "Maaf."
"Minta maaf mulu kayak lebaran aja." sahut Lara membuka matanya.
Agas menarik tangannya menjauh lalu berdiri, "Lo gak tidur?"
Lara mengangguk, "Gak." jawabnya, "Lo udah baca chat yang gua kirim kan?"
"Udah." sahut Agas, "Lo bisa tinggal disini mulai sekarang, gak usah cari tempat tinggal lain."
"Gua gak mau ngerepotin lo."
"Gak gak kerepotan." jawabnya, "Lagian apart ini gak ada yang huni."
Lara mengangguk, "Oke."
"Sekolah lo gimana?" tanya Agas mendudukkan tubuhnya pada ujung kasur.
"Ada dua pilihan, gua mundurin diri atau nikah muda." jawabnya, "Gua milih mundurin diri."
"Pointnya sama-sama dikeluarin dari sekolah, kan?"
"Iya." jawab Lara.
"Lo mau pindah sekolah? Gua yang biayain." ujar Agas.
Lara menggeleng, "Engga, gua mau kerja aja."
Agas menghela nafas panjang, "Gua mau nikahin lo, La."
"Lo gila?!" sentak Lara, "Lo baru aja lulus!"
"Gua serius, La, gua janji bakal berubah." ujarnya pelan.
"Lo beneran mau ngancurin hidup gua, Gas? Belum puas?" tanya Lara.
"Gua cuma mau tanggung jawab sama apa yang udah gua perbuat."
Lara menghela nafas berat, "Gak gitu caranya, dengan lo nikahin gua itu sama aja lo kembali ngehancurin hidup gua."
"Oke, maaf. Mulai sekarang gua yang bakal biayain idup lo." ujar Agas. "Lo mau ga, La, kasih gua kesempatan kedua?"
"Orang kayak lo gak bakal berubah, Gas."
"Gua janji bakal berubah, La, gua cinta sama lo." lirih Agas. "Gak apa, gak usah dijawab sekarang, gua tunggu jawaban lo sampe lo siap." lanjutnya.
"Emang lo kasih pertanyaan sampe gua harus jawab?" celetuk Lara.
Agas mengangguk, "Lo mau kan kasih gua kesempatan kedua?"
Lara tampak berpikir membuat Agas menghela nafas berat, "Gak usah jawab sekarang."
"Gua mau liat perubahan lo dulu." ucap Lara. "Lo jadi kuliah?"
Agas mengangguk, "Kayak yang pernah gua ceritain, gua mau ambil kedokteran."
Lara hanya ber-oh ria, "Tolong cariin gua kerjaan ya, Gas, gua gak bisa diem doang tinggal di apart lo." ucap Lara.
"Diem aja gak apa, gua udah bilang mulai sekarang hidup lo gua yang biayain." Agas memberanikan diri mengusap kepala Lara, ia kira Lara akan menepisnya namun ternyata salah.
"Tetap aja gua bosen kalo gak ada kerjaan."
"Lo gak boleh kerja diluar, La. Gua gak ngijinin." ucap Agas.
"Lo pikir lo siapa bisa atur-atur gua?"
"Lo cewek gua."
Lara memutar bola matanya malas, lalu beranjak, "Gua mau coba jualan cookies aja, ayo temenin gua belanja."
Agas tersenyum tipis melihat Lara yang mulai menerimanya, ia lantas beranjak, "Ayo." Ia merengkuh pinggang ramping Lara lalu membawa wanita itu keluar dari unit apartemennya.
Lara melirik tangan Agas yang menempel sempurna di pinggangnya, ia mengatur degup jantungnya kemudian menepis tangan Agas.
"Gak sopan!"
Agas tersentak, ia menunduk pelan, "Sorry, La."
Lara mengerjab melihat respon Agas. Tanpa sadar senyumnya terukir, dalam hati ia berkata semoga Agas benar-benar berubah.
Palembang, 10 Juli 2024.
Salam manis, Liza.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionLara lelah menghadapi sikap tempramen Agas, namun tak bisa melepaskannya. Pemuda itu tak pernah membiarkannya pergi bahkan sejengkal pun. Makian, tamparan bahkan ancaman sudah terlalu sering ia dengar. Memilih mengakhiri semuanya karna terlalu lelah...