Bijaklah dalam memilih bacaan.
Aku masih belum paham bagaimana cara membuat cerita yang feel-nya bisa dirasain pembaca, tapi aku sudah berusaha semaksimal mungkin.
NOTED; Perbedaan usia mereka 4 tahun.
-Alva Damaresh 17 Januari 1999 (25 Tahun)
-Indilara Kyna 19 September 2003 (21 Tahun)⚠️Prosesi pernikahan saya cari referensi melalui google dan YouTube. Jika ada salah mohon dimaafkan dan diralat, terimakasih🙏🏻⚠️
Happy reading, darl!
☆☆☆☆
Empat tahun berjalan dengan begitu cepat, tak terasa wisuda Alva hari ini dilaksanakan. Gedung sudah disulap sedemikian rupa agar wali mahasiswa betah dan tak suntuk berlama-lama didalam sana.
"Nama lengkap Alva Damaresh. Tempat tanggal lahir, Bandung, 17 Januari 1999, fakultas kedokteran, IPK 3.90. Moto hidup membahagiakan kedua orangtua dan sukses dunia akhirat, cita-cita langsung nikah setelah lulus S2."
Alva menaikki panggung setelah namanya dipanggil, ia memakai selempang juga toga dengan rasa bangga lalu kembali turun menghampiri kedua orangtuanya.
"Selamat sayang," ujar Amber memeluk putra semata wayangnya.
"Congrats, son!" seru Nando.
Alva tersenyum, "Makasih, pa, ma, ini semua berkat kalian."
"Bukan karna Lara? Kan katanya kalo lulus mau langsung nikahin Lara?"
Alva menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Iya, demi Lara juga. Dia engga kesini, ya?"
"Udah didepan." jawab Amber.
"Kita langsung keluar aja yuk? Lagian aku udah selesai." ucap Alva yang langsung disetujui oleh Amber juga Nando.
Sesampainya didepan gedung Alva langsung menemukan sosok Lara, wanita itu memakai dress dibawah lutut dengan sebuah bucket ditangannya.
"Alva!" seru Lara.
Alva berlari menghampiri Lara, ia memeluk tubuh wanita itu erat lalu merenggangkan pelukannya. "Gua lulus dengan nilai baik, Lara." adunya.
"Wah, selamat pak dokter!" seru Lara.
"Terimakasih, Ara." jawab Alva setelah mengecup pipi Lara.
Lara menyerahkan bucket tersebut lalu berujar, "Ini buat kamu, diterima ya."
"Cantiknya, ini bikin sendiri ya?"
Lara mengangguk semangat, "Iya, makanya kemarin-kemarin aku engga bales chat kamu, sibuk soalnya."
Alva mengacak rambut Lara gemas, "Ayo kita photo dulu."
Mereka melakukan photo bersama, mulai dari pose formal maupun non formal. Alva juga mengajak kedua orangtuanya bergabung untuk mengabadikan momen.
Alva meraih saku jas-nya lalu mengeluarkan sebuah benda kecil, ia membukanya seraya berucap. "Ra, jadi istri gua ya?"
Lara mengerjab menatap cincin tersebut, "Ini komitmen yang kamu maksud? Engga pacaran tau-tau ngajak nikah?"
Alva mengangguk, "Iya, Ra, lo mau kan?"
Lara menatap kedua orangtua Alva, hendak menjawab namun fokusnya teralih karna suara seorang yang paling ia kenal. Itu Dean—adiknya.
"Lho? Mommy sama daddy kesini juga?" tanya Lara.
Andra mengangguk, "Iya, masa putri daddy di lamar kita gak dateng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionLara lelah menghadapi sikap tempramen Agas, namun tak bisa melepaskannya. Pemuda itu tak pernah membiarkannya pergi bahkan sejengkal pun. Makian, tamparan bahkan ancaman sudah terlalu sering ia dengar. Memilih mengakhiri semuanya karna terlalu lelah...