Bijaklah dalam memilih bacaan.
Maaf ya baru up lagi, aku gak tau lagi harus ngetik apa, terlebih aku gak pake outline.
Happy reading, darl!
☆☆☆☆
Satu bulan sudah Lara tinggal di apartemen milik Agas, dan selama itu juga ia membiasakan diri beradaptasi dengan Agas yang keluar masuk unit tersebut. Pagi, siang, sore bahkan tengah malam sekalipun.
Seperti sekarang, pukul dua subuh waktunya orang-orang beristirahat— termasuk Lara. Tapi ditengah kelelapan tidurnya ia merasakan seseorang menusuk-nusuk pipinya.
Lenguhan pelan keluar dari mulut Lara, ia mendengus sebal lalu membuka mata, "Kenapa sih?!" kesal Lara. Pasalnya pemuda itu suka sekali mengganggu waktu tidurnya.
"Gua bawain richeese satu ekor, lo mau ikut makan gak?"
Lara menghela nafas malas namun tak urung tetap beranjak, "Ayo deh."
"Cuci muka sama sikat gigi dulu, lo bau jigong."
"BANGSAT!"
Plak!
Tangan mungilnya mendarat tepat sasaran dipipi Agas hingga meninggalkan bekas kemerahan, tak menghiraukan Agas yang meringis kesakitan ia pun bergegas mencuci wajahnya.
"Sakit gila." ketus Agas mengelus pipinya.
Tak lama Lara keluar dengan wajah segar, ia berjalan ke dapur diikuti Agas dan langsung membuka kantung belanjaan milik Agas. Ia menelan ludah menatap banyak jenis makanan disana, namun sesaat kemudian tatapan tajam ia layangkan.
"Lo mau bikin gua gemuk?!"
Agas menggeleng, "Engga lah, kalo pun gemuk bagus, biar lebih enak diliat, gak kayak triplek berjalan."
"Anjing!" umpat Lara.
Tangan Lara mulai memilin paha ayam dan memakannya langsung, sedangkan Agas hanya melihat seraya mengunyah telur gulung, tak ingin meminta pasalnya dari raut Lara sepertinya wanita itu tak ingin berbagi.
"Enak banget, lo harus sering-sering kasih gua makan enak!"
"Katanya takut gendut."
"Ngomong aja lo gak bisa beliin, lagian kalo gemuk kan bisa diet." seru Lara menggebu-gebu, "Dasar cowok mokondo!"
Astaga, ingin rasanya Agas menendang wanita itu hingga ke Samudra Hindia. Helaan nafas terdengar dari mulutnya, tangannya beralih menopang kedua pipi lalu berucap. "Mokondo dari segi mana dah? Perasaan lo mau ini itu gua turutin mulu."
"Oh salah—" Lara menjeda ucapannya, "Cowok brengsek."
Baru saja ingin membalas ucapan Lara, namun dering handphone ditangannya berbunyi. Lantas ia segera mengangkatnya dan menghidupkan speaker.
"Agas tolong gua akhh!"
"Lo dimana, Na?!" seru Agas beranjak dari kursi.
"Gua di shh—perempatan gang melati, cepet tolong, gua takut."
Tut!
Agas melirik Lara sejenak, "Gua ke Ilona dulu."
Lara berdehem pelan melirik Agas yang kian menjauh, ia tertawa sarkas, "Kayak gaada orang lain aja sampe minta tolong ke cowok orang."
☠️ T O X I C ☠️
Lara menjemur bajunya seraya menyanyikan lagu Nadin Amizah yang berjudul rayuan perempuan gila, ia melenggak-lenggokan tubuhnya kesana kemari tak menghiraukan bising dibawah sana akibat bunyi kendaraan.
"Teh!"
Tak!
Sendal mendarat tepat dikepala Lara, ia menoleh lalu mengerjab menatap tetangga samping apartemennya tengah mendengus kesal.
"Teh, itu bajunya jatuh kebawah!"
Lara menelan ludah kasar, ia menunduk menatap baju nya yang sudah jatuh dibawah sana. Ia menggaruk tengkuknya lalu berujar, "Maaf ya gak nyadar."
"Sendal aku balikin dong."
Lara meraih sendal tersebut lalu berjalan keluar unit, setelah mengembalikan sendal tersebut ia bergegas mengambil bajunya. Untung saja sepi, jadi rasa malunya sedikit berkurang.
Palembang, 21 Juli 2024.
Salam manis, Liza.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionLara lelah menghadapi sikap tempramen Agas, namun tak bisa melepaskannya. Pemuda itu tak pernah membiarkannya pergi bahkan sejengkal pun. Makian, tamparan bahkan ancaman sudah terlalu sering ia dengar. Memilih mengakhiri semuanya karna terlalu lelah...