Bijaklah dalam memilih bacaan.
Happy reading, darl!
☆☆☆☆
Agas menatap makanannya dengan intens, ia mengaduk-aduk nasi goreng tersebut lalu melirik Lara.
"Beneran engga lo kasih racun kan?"
"Makan tinggal makan, gausah banyak tanya!" ketus Lara.
Agas mulai menyuapkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya lalu makan dengan hidmat. Sedangkan Lara memilih mencuci piring semalam yang sudah menumpuk.
"Lo gak makan?" tanya Agas.
"Kalo makan entar ikut keracunan."
Uhuk, uhuk!
Lara menoleh melirik Agas yang mulai meneguk air putih digelasnya, ia tertawa pelan. "Becanda, engga aku kasih racun kok.'
Agas berdecak kemudian kembali melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Ia menghabiskannya tanpa menyisakan sebutir nasi pun.
"Gua balik."
Lara meraih piring dan cangkir bekas Agas lalu kembali ke wastafel, "Cuma numpang makan doang?"
"Lo berharap apa?"
"Gak." jawab Lara, "Aku kira tadinya sekalian mau lamar jadi satpam depan." sarkasnya.
Agas mendelik, "Bisa ngelawak lo?"
"Siapa yang ngelawak?"
"Udah lah, gua mau balik." Agas beranjak, "Diem aja dirumah."
"Lompat aja dari balkon kamar ku lagi, aku males bukain pintu depan." ucap Lara. Sebelum Agas menyela ia kembali berujar, "Naik bisa masa turun gak bisa."
"Oke." Agas berjalan menjauh meninggalkan Lara yang masih fokus mencuci piringnya.
Setelah selesai mencuci piring ia kembali ke kamar, menuju balkon menyulurkan tangan meraih buah mangga yang sudah memasuki area balkonnya. Ia tersenyum tipis lalu membawa mangga tersebut ke dalam kamar.
Inilah alasan Agas bisa menaikki balkonnya yang cukup tinggi. Ada pohon mangga yang dahannya menjulur langsung ke arah balkon kamar Lara.
☠️ T O X I C ☠️
Lara melangkahkan kakinya menelusuri koridor, tak ada lagi tatapan merendahkan yang orang-orang layangkan padanya membuatnya bersyukur akan hal itu. Ia juga sangat lega karna buk Tita selaku guru bk hanya memberinya nasehat dan tak di do dari sekolah.
"Lara!" seru Asha. "Kak Agas berantem dibelakang."
Naura menyenggol lengan Asha, "Udah biarin aja, bukan urusan Lara. Mereka udah putus juga."
"Tapi kan kak Agas berantem gegara belain Lara."
Plak!
Tabokan pelan Naura layangkan pada lengan Asha, "Lo ini gak bisa diem!"
Lara terdiam sejenak, ia merasa ucapannya kala itu terbukti. Tentang Agas yang membelanya seperti pemuda itu saat membela teman kelasnya.
Lara mengedarkan pandangannya, "Kita ke kelas aja yuk?"
Naura beralih menggandeng tangan Lara seraya tersenyum manis, "Ayo!" Asha berdecak mendengar interaksi kedua temannya yang tak memihak padanya namun tak urung tetap mengikuti langkah teman-temannya menuju ke kelas.
Bugh!
"BERHENTI NGOMONGIN HAL KOTOR SOAL LARA!" teriak Agas dengan nafas naik turun.
Pemuda didepannya tersenyum sinis seraya mengelap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah, "Gak usah munafik deh, Gas, lo pasti sering kan nyicip nya?"
Plak!
Dugh!
"Bacot lo anjing!"
"AGAS UDAH!"
Bugh!
"Gua denger lo sama temen lo bicarain Lara lagi, mulut lo gua robek!" ucap Agas lalu berjalan mendekat ke arah Ilona.
"Haish kamu ini, jadi gak ganteng lagi kan!" decak Ilona.
Agas tertawa pelan mengacak-acak rambut Ilona, "Tetep ganteng gua mah."
"Huh!" Ilona menepis tangan Agas lalu menatapnya tajam, "Ayo aku obatin ke UKS!"
Agas mengangguk lalu membuntuti Ilona, sesampainya di UKS Ilona langsung mengobati pemuda itu dengan telaten. Tak risih sama sekali dengan Agas yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kamu masih pacaran sama anak kelas sepuluh itu?" tanya Ilona disela-sela kegiatannya.
"Hm."
"Kenapa dia engga ngobatin kamu? Kamu udah belain dia lho."
"Mana gua tau." Agas mengangkat bahunya acuh.
"Menurutku anak kelas sepuluh itu gak cocok sama kamu." ucapnya. "Apalagi kamu tau kan dia baru-baru ini dapet skandal? Aku udah liat semua, ternyata dia liar banget ya."
Agas hanya diam mendengar semua lontaran kalimat dari mulut Ilona. Ilona tampak menjauhkan kapas dari wajahnya lalu membuangnya ke kotak sampah.
"Maaf kalo aku lancang, tapi aku mau nanya. Kamu tau siapa yang sebarin?"
"Gatau." jawab Agas cepat.
"Jujur aku kasian sama anak kelas sepuluh itu. Tapi dia salah sih, aku yakin mantannya yang sebarin. Kan banyak kasus gitu." celetuknya, "Gak mungkin kamu, kamu kan anak baik." kekeh Ilona.
"Aku benci sama anak kelas sepuluh itu, dia caper banget sampe lompat dari rooftop. Untung kamu engga disalahin."
Entahlah, Agas merasa tidak suka ada yang menjahatkan Lara. Hanya dirinya yang boleh membicarakan keburukan wanita itu.
Agas beranjak, "Udah kita ke kelas aja, gak baik disini berduaan." ucapnya mengalihkan pembicaraan.
Ilona turut beranjak, "Ayo!"
Agas melirik Ilona sejenak lalu melangkahkan kakinya keluar UKS. Gadis yang pernah menyatakan suka padanya itu tak gengsi padanya sekalipun ia tahu bahwa dirinya mempunyai kekasih.
Palembang, 30 Juni 2024.
Salam manis, Liza.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionLara lelah menghadapi sikap tempramen Agas, namun tak bisa melepaskannya. Pemuda itu tak pernah membiarkannya pergi bahkan sejengkal pun. Makian, tamparan bahkan ancaman sudah terlalu sering ia dengar. Memilih mengakhiri semuanya karna terlalu lelah...