0.07 - Toxic relationship

8.2K 211 8
                                    

Bijaklah dalam memilih bacaan.

Happy reading, darl!

☆☆☆☆

Akhir pekan kali ini Lara memilih untuk berdiam diri dirumah. Adisa masih berada di Malang mengurus kedai bakso miliknya sejak satu bulan lalu. Sedangkan sang papa sudah bahagia dengan keluarga barunya. Itu lah alasan mengapa waktu Lara sakit tak ada orang tua yang merawatnya.

Tok, tok, tok!

Kepala Lara menoleh kearah balkon yang masih tertutup rapat. Ia beranjak lalu membuka pintu balkon, matanya membulat lalu bergegas kembali menutupnya. Namun tenaga pemuda didepannya lebih kuat membuatnya kewalahan.

"Kenapa kamu kesini? Belum puas nyakitin aku? Masih mau lagi?" sarkas Lara kala sudah menyerah menghalangi pintu balkon tersebut, ia memilih membukanya dan membiarkan pemuda itu masuk.

"Lo nyogok siapa buat hapus video sama photo yang gua sebarin?" Agas berkata dengan suara tegas membuat bulu kuduk Lara berdiri.

"Terserah aku dong mau ngogok siapa, bukan urusan kamu!" jawabnya lantang. Memang beberapa bulan terakhir sikap lemah lembut Lara sudah menghilang. Terlebih sejak insiden percobaan bunuh dirinya. Rasa takutnya kepada Agas seketika menghilang, ia tak mau di injak-injak lagi oleh pemuda itu.

Agas mendaratkan punggungnya pada kasur milik Lara lalu menjawab, "Gausah seneng dulu, gua masih simpen semua."

"Aku gak peduli lagi." jawabnya, "Yang jelas aku mau put—akhh!"

"Berani banget lo bilang putus?!" Tangan kekar Agas mencengkram erat bahu Lara.

"Buat apa kamu pertahanin hubungan toxic ini? Kamu yang seneng, aku engga!" jawab Lara menggebu-gebu.

Agas melepas cengkramannya lalu berujar, "Kata lo cinta sama gua?"

Lara menggigit bibir bawahnya, "A—aku emang cinta sama kamu, tapi aku gak bisa lanjutin hubungan kita! Aku capek, kak!"

"Siapa yang nyuruh lo capek?" desis Agas, "Kalo lo beneran cinta gua, harusnya lo pertahanin! Pernyataan cinta lo cuma omong kosong!"

Lara meraup wajahnya kasar, "Lebih baik aku nyerah sekarang biar sakitnya sekalian."

"Gua gak bakal sebarin skandal lo lagi asal lo nurut."

Lara mendongak. Ia mencintai Agas, sangat. "Selama ini kurang nurut apa aku sama kamu?"

"Lo tetep pergi ke mall sama temen lo padahal gua gak nyuruh!"

"Itu emang salah ku karna gak nurut—" Lara menjeda ucapannya, "Mulai sekarang aku bakal nurut."

"Oke, ini baru cewek gua."

Lara menghela nafas, "Aku mohon jangan sebarin lagi, setidaknya kalau kamu beneran engga cinta, jangan ngebiarin orang-orang ngeliat tubuhku—" Lara mengangkat wajahnya agar air matanya tidak mengalir, "Sakit banget tau gak di jadiin bahan nafsu sama orang-orang. Lebih baik aku dengerin kata-kata kasar dari kamu daripada omongan yang nyudutin aku."

Agas terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali merebahkan tubuhnya pada kasur Lara, "Oke." Tiga huruf balasan untuk kalimat panjang yang Lara ucapan.

"Tidur sama gua sini."

Lara menggeleng, "Aku gak mau." jawabnya cepat, "Setauku rumah kamu lebih gede dari rumahku, masa tidur disini?" Lara melirik jam dinding, "Lagian tidur pagi-pagi gak baik."

"Cerewet!" decak Agas. "Bikinin gua sarapan, jangan lo kasih racun. Cepetan!"

"Aku kasih sianida biar kamu mati." jawab Lara lalu melenggang pergi dari kamar. Sedangkan Agas menarik sudut bibirnya gemas melihat tingkah kekasihnya.

Sesaat kemudian ia mendatarkan wajahnya lalu berujar, "Apaan sih, cewek bangsat!"

☠️ T O X I C ☠️

Masalah keluarga Agas dan Lara sama. Ayah Agas dan papa Lara sama-sama sudah menikah lagi. Hanya saja yang membedakan ialah—

Papa Lara sudah lepas tanggung jawab dan tak pernah berhubungan dengan Lara ataupun Adisa lagi, sedangkan Agas—ayah nya masih setia mengirimkan uang bulanan padanya. Bahkan keluarga baru ayah nya menerima baik dan menawarkan dirinya untuk tinggal bersama. Namun Agas memilih untuk tetap tinggal dirumah mendiang bundanya.

Setahu orang-orang ia cemara. Padahal aslinya sudah bercerai sejak Lara kelas empat sekolah dasar. Itu karna Lara tak pernah bercerita, sekali nya bercerita ia akan melebih-lebihkan ceritanya. Membuat peran mama dan papa baik dihadapan teman-temannya.

Hanya Raven yang tahu betapa seringnya Lara menangis, dan itu semua digantikan oleh Agas. Bahkan Naura dan Asha yang merupakan sahabatnya sejak smp pun tak mengetahui masalah keluarganya.

"Beneran engga lo kasih racun kan?"

Palembang, 30 Juni 2024.
Salam manis, Liza

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang