Seperti biasa, sepulang sekolah Zuhra terlebih dahulu menyaksikan acara televisi diruang keluarga. Namun kali ini berbeda, tak ada omelan Yana tentang salam maupun perintah untuk mengganti seragam.
"BUNDAA!" Teriak Zuhra karena merasa tak ada orang dirumah, Yana_ wanita itu sedang berada didapur. Entah sedang membuat apa, yang pasti saat ini ia sedang sibuk.
"BUNDAAA!" Lagi, Zuhra kembali berteriak. Dan kali ini, balasan dengan teriakan terdengar.
"BUNDA DI DAPUR!" Balas Yana, dan saat itu juga Zuhra beranjak menuju dapur.
[ ini kenapa pada main teriak-teriakan sih??! ]
Zuhra, gadis itu menatap Yana yang sedang membuat kue. Jarang sekali Yana membuat kue, biasanya hanya saat ada acara besar saja. Lantas hari ini mengapa Yana rajin sekali membuat kue, jangan lupakan buah cherry yang Yana taruh diatas kue dengan sangat hati-hati.
Zuhra yang merasa tergiur dengan kue coklat itu langsung menyentuhnya untuk ia coba, namun naas, tangan Yana sudah terlebih dahulu memukulnya.
"Buat Umi Khaizuran!" Tegas Yana membuat Zuhra memutar bola mata malas, pasti itu teman Yana.
"Buat kamu udah bunda taruh di kulkas" sambung Yana, dan kali ini membuat Zuhra antusias untuk membuka kulkas.
Zuhra tersenyum senang sambil menikmati kue buatan Yana, masakan Yana memang tak ada tandingannya!
"Gimana sekolahnya?" Tanya Yana sambil memperhatikan sang anak, Zuhra menatap Yana heran, tumben Yana menanyakan itu.
"Gak gimana-gimana bun.." balas Zuhra dengan krim didagunya, Yana yang melihat itu segera menghapus krim tersebut menggunakan jari dan memasukannya ke mulut.
Jujur, Zuhra sedikit terkejut. Hal itu mengingatkannya dengan kenangan dulu, saat ia dan Yana membuat kue ulang tahun untuk sahabat laki-laki Zuhra yang saat ini entah dimana. Kenangan saat ia masih di taman kanak-kanak dulu, sudah lama memang.. tapi takkan pernah Zuhra lupakan. Kecuali lelaki itu, entah siapa yang pasti Zuhra merindukannya.
"Ada surat dari Ara" ucap Yana mengalihkan atensi Zuhra. Surat dari Ara selalu ia tunggu, dan itu sangat berarti baginya.
"Dimana bun?" Tanya Zuhra tak sabaran
"Di atas nakas, bentar dulu! Bunda mau ngomong!" Ucap Yana saat mendapati Zuhra yang ingin beranjak menuju nakas ruang keluarga.
Zuhra beranjak duduk, kali ini entah mengapa suasananya seakan mencekam baginya.
"Kamu udah punya jawaban?" Tanya Yana membuat Zuhra mengernyit bingung, jawaban atas apa?. Seakan mengerti dengan arti tatapan Zuhra, Yana berdecak.
"Kebiasaan deh kamu! Tentang masuk pesantren itu loh" ucap Yana
Zuhra tertegun, sejujurnya ia belum tau harus menjawab apa. Yana yang melihat perubahan ekspresi Zuhra mulai mendekati sang anak, ia akan sedikit menasihatinya.
"Bunda tau ini berat bagi kamu, bunda juga tau kalau gak lama lagi kamu udah lulus. Bunda cuman mau yang terbaik untuk kamu Ra, dan soal ini udah bunda obrolin lama sama ayah. Bunda juga berat pisah sama kamu, tapi ayah bilang ini bentuk kasih sayang kita. Ayah sama bunda cuman mau ngasih pendidikan lebih ke kamu, salah satunya soal agama" ucap Yana panjang lebar dengan suara lembutnya.
Zuhra terkejut, Rayhan yang menurutnya cuek tentang dirinya ternyata peduli terhadapnya. Rayhan dan Yana, orang tua yang menurut Zuhra tak peduli tapi ternyata..
"Ayah emang jarang ada dirumah, bahkan jarang punya waktu buat kita. Tapi sebenarnya, ayah selalu nanyain kamu sama bunda. Bahkan persoalan udah mandi atau belum" sambung Yana dengan kekehan diakhiri kalimatnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Alana HIATUS
Teen FictionNew version :) ** Terlepas dari kecelakaan maut dua tahun silam, pasukan In the Sky masih hidup dengan bayang-bayang pertanyaan siapa pelakunya? Kasusnya memang sudah ditutup, tapi meninggalkan berbagai penyesalan yang tak pernah usai. Zuhra, gadis...