18 : Maaf untuk?

106 16 0
                                    

"HEH KARABELEKAN, LU NGAPAIN DUDUK DIEM KEK BONEKA MAMPANG KAGAK PUNYA TEGANGAN HIDUP?" Kesal Zuhra yang sedari tadi melihat Kara hanya diam saja, sedangkan yang lain mulai sibuk untuk kerja bakti.

"Tegangan hidup emang ada?" Tanya Kara

"Gak usah banyak cobat deh, nyapu yang bener! Kalau perlu hati dan pikiran lu disapu juga tuh biar bersih" balas Zuhra kesal, Kara pun mulai mengikuti perkataan Zuhra malas.

Namun, baru beberapa detik mereka tak mendengar dan merasakan keributan, Zuhra malah semakin kesal dengan Kara.

"Nyapu yang bener pinter!" Kesal Zuhra, karena Kara nyatanya hanya asal-asalan menyapu daun-daun kering yang berjatuhan.

"Ah banyak cincong lu, mending anterin gua ke WC yuk, lagi ada urusan benua ni" balas Kara enteng, yang langsung diangguki oleh Zuhra.

Sebenarnya Zuhra juga malas mengikuti kerja bakti, dirumah saja hampir tak pernah dia membereskan tempat tidur atau bahkan menyapu. Bersyukurnya Zuhra, karena disini ada jasa laundry. Jadi dia tak usah sibuk-sibuk untuk mencuci, semua berkat rayuannya kepada Yana.

Setelah ke kamar mandi, Zuhra dan Kara ingin kembali ke kamar untuk mengambil barang Kara, katanya penting. Layaknya teman lama yang sudah lama tak berjumpa mereka pun berbincang hangat untuk mengusir kesunyian.

"Liburan ngapain aja lu?" Tanya Kara

"Bakar rumah" balas Zuhra enteng, kenyataannya memang begitu bukan? Kara yang mendengar itupun sontak menggeleng tak percaya.

"Lu serius? Trus lu tinggal dimana sekarang? Rumah Ara? Emang rumah lu dimana si?" Kara langsung membombardir Zuhra dengan berbagai pertanyaan

"Satu-satu dulu!" Kesal Zuhra

"Hehe kan gua penasaran bgo! Soalnya di deket kompleks gua ada yang kebakaran juga, cuman gua males kesana" balas Kara

"Gua serius, yang kebakaran markas gua sama temen-temen, bascamp lah. Rumah gua di kompleks Cakrawala 1" ucap Zuhra membuat Kara menatapnya tak percaya

"Lah tetanggan dong kita, gua di kompleks Cakram nomor 2. Agak jauh sii" balas Kara yang hanya Zuhra balas dengan deheman

"Lu kok kayak gak seneng gitu si kalau harus nerima kita itu tetanggaan?" Kesal Kara, namun Zuhra hanya balas dengan menunjuk menggunakan dagu ke bawah, dimana ada seorang wanita yang sedang lewat disana.

"Masih kesel beut gua sama si Sari, mending balas dendam" ucap Kara setelah melihat arah yang dituju

"Tidak, aku sudah bertaubat, caranya gimana?" Tanya Zuhra malas mikir, toh selama ini bagus juga rancangan Kara

"Gimana kalau kita... siram pake air pel'an" ucap Kara memberikan usul sambil menunjuk ke sebuah ember

"Okey biar gua yang siram dari atas, ntar lu yang ngasih aba-aba" ucap Zuhra antusias dan langsung mengambil ember tersebut

"Omw, bentar" ucap Kara

"Okey udah otw tu, satu..." Kara mulai menghitung, membuat Zuhra menunjukkan sikap siap.

"Duaa..."

"Tig-- eh BENTAR RA!" Ucap Kara panik, namun terlambat

BYUR!

"Mampus" gumam Kara

Zuhra merasa senang bukan main! Karena terlalu bangga diapun melihat kebawah. Namun, suara orang yang sedang istighfar dan suara orang panik lah yang dia dengar.

Bola mata Zuhra membulat tatkala melihat korban yang Zuhra siram, itu bukan Sari! Zuhra salah sasaran!

Kara langsung berlari meninggalkan Zuhra. Sari mendongak menatap Zuhra dengan tatapan kesal, Sari pun langsung naik menuju tempat dimana Zuhra berada.

Untuk Alana HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang