9 : Misterius

104 14 0
                                    

Zuhra berlari dengan semangat yang membara menuju kamar santri. Jam sekolah telah usai, dan sekarang waktunya para santri untuk melaksanakan shalat dzuhur. Ara yang melihat tingkah aneh Zuhra pun langsung bertanya, tanda penasaran. Pasalnya sangat jarang Zuhra bersikap seperti ini, apalagi jika sudah waktunya shalat.

"Ra.. lu sehat kan?" Tanya Ara sambil meletakkan punggung tangannya di dahi Zuhra

"Sehat pake banged" balas Zuhra sambil beralih mengambil hoodie dan rok plisket miliknya

Ara merasa bahwa Zuhra telah betah di pesantren, dia pun bersyukur. Ara pikir Zuhra pasti sudah berubah.

"Yuk! Nanti telat, tau sendiri kan di pesantren serba ngantri" ucap Zuhra sambil menggandeng lengan Ara, sahabatnya.

Kanaya dan Kara pun mengikuti mereka dari belakang. Terkadang Kara mendelik penasaran dengan pembahasan Zuhra dan Ara, sedangkan Kanaya terkadang ikut menimbrung pembicaraan mereka.

**

Kini mereka berempat telah sampai masjid Pesantren Izzuddin, lebih tepatnya area wudhu untuk wanita. Benar dugaan Zuhra, disini telah dipenuhi oleh para santri. Bisik-bisik mulai terdengar.

"Eh, kalian tau gak? Gus Xavier udah pulang loh.." seru salah seorang santri dengan antusiasnya, mereka menggunakan bahasa inggris yang tentu Zuhra sendiri tau artinya.

"Beneran? Masya Allah calon imam!" Balas santri yang lainnya tak kalah antusias.

Zuhra merasa bahwa nama itu terlalu asing baginya, dia pun memutuskan untuk bertanya kepada Ara.

"Xavier siapa?" Bisik Zuhra to the point

"Ouh itu anaknya Kyai Izkandar yang punya pesantren ini" balas Ara membuat Zuhra ber'oh ria

"Terus kenapa pada heboh?" Tanya Zuhra lagi

"Ya jelaslah, baru aja pulang dari Mesir. Katanya si sekolah disana, kayaknya bakal lanjut kuliah disana juga deh" balas Ara

"Ganteng?" Tanya Zuhra penasaran

"Banget lebih ganteng dari pacar lu si ex--excel pertamax eh.. excel siapa si.." kesal Ara lantaran lupa degan nama pacar sahabatnya itu.

"Kumat.. kumat dah penyakitnya, kumat!"

**

Saat ini Zuhra, Ara, Kara, dan Kanaya sudah berada di masjid. Sebentar lagi akan dilaksanakan shalat dzuhur berjamaah disini. Tak seperti biasanya, masjid kini sedang ramai oleh bisik-bisik tetangga kompleks. Zuhra yang penasaran pun akhirnya memilih menguping pembicaraan orang-orang.

"Masya Allah Gus Xavier!"

"Ya Allah"

Hanya itu yang Zuhra tau artinya, sedangkan yang lain mana mungkin. Zuhra berpikir ia seperti diruqyah, mungkin ini azab bagi Zuhra yang menguping pembicaraan mereka. Namun yang pasti, ia malas mendengar ocehan mereka, pasti tentang Xavier atau siapalah itu!

Tak lama adzan pun berkumandang, membuat semua orang yang tadi sedang berbicara seketika terdiam. Suara yang merdu, amat merdu.. membuat siapapun yang mendengarnya merasa sangat tenang. Tak terkecuali Zuhra. Suaranya tak seperti biasanya, apa yang adzan bukan Salman? Teman se-angkatannya_ Seperti biasanya, suara yang membuat Kanaya melayang. Ya.. Kanaya mengagumi Salman sedari kelas satu SMP. Tepat disaat Kanaya menginjakkan kaki ke Pesantren ini.

Allahuakbar Allahuakbar

"Siapa yang adzan? Merdu banget! Biasanya di kompleks kita yang adzan mah Pak Farhan, bapaknya si Arya, yang suaranya bagus untuk dipendam" Tanya Zuhra kepada orang disampingnya, Ara.

Untuk Alana HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang