Tak terasa Zuhra sudah memasuki semester empat untuk kuliahnya, dan untungnya selama ia berkuliah tak ada masalah selain tugas baginya. Kecuali Arya, lelaki itu sayangnya satu jurusan dengan Axcel.
Jangan tanya bagaimana perasaannya, Arya senantiasa membicarakan tentang Axcel yang terkadang membuat Zuhra jengah. Namun berbeda dengan para pasukan In the Sky yang lain, mereka justru semakin menggali lebih dalam tentang pria itu.
Bersyukurnya Zuhra karena setelah kejadian waktu itu, ia tak pernah sekalipun berpapasan dengan lelaki menyebalkan itu. Hanya sesekali ia melihat sekilas, dan ternyata lelaki itu salah satu most wanted di kampus ini. Zuhra tak peduli, tetap saja lelaki itu sangat menyebalkan baginya.
Dan saat ini, ketika Dosen sudah selesai mengajar dan waktu makan siang tiba, Zuhra masih sibuk dengan tugas yang sedari tadi mengganggunya.
"Makan Ra!" Ajak Faras, teman Zuhra yang duduk tak jauh darinya.
"Duluan aja" balas Zuhra tanpa menoleh, Faras mengangguk dan pergi meninggalkan Zuhra.
"Makan siang dulu Ra, ntar lu sakit! Lagian itu tugas baru dikasih tadi" Kara memperingati sambil mengambil kursi untuknya
"Supaya gua gak pusing nantinya Kar, bentar lagi gua makan. Lu duluan aja, nanti gua nyusul" lagi, Zuhra membalas tanpa menoleh.
Kara mendengus kesal, ia sudah tau dengan sifat Zuhra ini.
"Kesel banget gua sama Faras, bisa-bisanya flashdisk lupa bawa! Untung lu buat cadangannya" tutur Kara, hampir saja kelompok mereka tak jadi presentasi.
"Jadi pelajaran buat kira Kar" lagi, Zuhra membalas tanpa menoleh.
"Yaudah, gua duluan ya! See you!" Kara melambaikan tangan, Zuhra terkekeh dengan itu.
Nampaknya waktu telah membuat suasana menjadi baik, Zuhra mana mungkin terus berseteru dengan masa lalunya itu. Lagi pula masa lalunya yang telah mengajarkan dia banyak hal, jadi mau bagaimanapun dia harus berdamai dengan masa lalu.
Mungkin susah, tapi waktu membantunya. Hal buruk yang terjadi di hidup bukan seharusnya dirutuki, tapi ia menjadi guru untuk masa kini maupun selanjutnya di hidup ini. Dan itulah pelajaran yang Zuhra ambil, toh ia tak ada perasaan apapun lagi dengan Axcel. Jadi, untuk apa dia kesal dengan pria itu?
Zuhra menghela nafas lega, setidaknya tak ada lagi yang akan mengganggunya kecuali praktikum yang akan datang nantinya.
Ia lantas berjalan menuju kantin, perutnya sudah minta di isi. Dan mungkin saja para sahabatnya itu telah menunggunya sejak tadi, semoga tak ada yang membuat ia kesal hari ini selain kejadian presentasinya yang hampir saja gagal tadi. Mengingat ini adalah hari pertamanya datang bulan, ia jadi lebih sensitif.
"Zuhra!" Rana memanggil dengan jus jeruk dihadapannya, ternyata bukan hanya dia yang belum datang. Batang hidung Arya belum terlihat, tumben sekali anak itu!
Zuhra mengambil tempat duduk tepat disamping Ara, melihat sang sahabat meminum boba, tanpa basa-basi Zuhra lantas meminum boba milik sang sahabat. Ara sudah memaklumi sifat sahabatnya ini, setidaknya ia mendapat pahala.
"Arya mana?" Tanya Zuhra sambil menyandarkan tubuhnya di punggung kursi
"Gak tau, Shana juga baru dateng" balas Shana sambil membuka laptop dengan stiker aktor di kdrama
"Padahal dia sendiri yang nyuruh buat ngumpul" tutur Rana sambil memainkan ponsel
"Namanya juga Arya" balas Andi jengah, netranya masih fokus pada laptop abu-abu miliknya. Jangan lupakan jari-jamarinya yang kian lincah, ia sangat sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Alana HIATUS
Teen FictionNew version :) ** Terlepas dari kecelakaan maut dua tahun silam, pasukan In the Sky masih hidup dengan bayang-bayang pertanyaan siapa pelakunya? Kasusnya memang sudah ditutup, tapi meninggalkan berbagai penyesalan yang tak pernah usai. Zuhra, gadis...