34 : Deja vu?

45 8 2
                                    

Hari ini ialah hari yang paling Zuhra tunggu, ya.. hari ini ialah hari pertama Zuhra kuliah. Selain itu, Zuhra bertambah senang lantaran Rayhan dan Yana menyempatkan waktu untuk mengantar Zuhra ke kampus.

"Nanti pas Dosen nerangin, kamu harus dengerin ya Ra! Udah gitu nanti kalau praktikum jangan sungkan nanya, nanti kalau praktikum juga harus teliti!" Yana terus saja memberi nasihat dengan rumus balok, dan sedari tadi juga Zuhra mengiyakan tanpa lelah.

"Udah Buk Dokter, kasian tuh anaknya!" Rayhan terkekeh sambil melihat Zuhra dari kaca depan

"Ya karena kasihan Bunda kasih wejangan!" Yana masih bersikukuh

"Lagian ini baru hari pertama Bun" balas Zuhra sambil membuka seat belt

"Nah makanya masih lama Bunda nasihatin sekarang, supaya kejadian Bunda dulu-dulu bisa kamu cerna dengan baik!" Ucap Yana sambil berbalik ke belakang, menyerahkan tangan kanannya agar Zuhra bisa bersalaman.

"Keburu lupa Bunda!" Tutur Zuhra sambil beranjak menyalami tangan Rayhan

"Ih, gimana sih kamu Ra! Kamu itu calon Dokter, masa gitu aja lupa" lagi, Yana terus mengoceh tanpa henti

"Lupa itu kan wajar Bun, manusiawi" Zuhra lantas beranjak membuka pintu mobil

"Tapi--" belum sempat Yana meneruskan ucapannya, Zuhra sudah terlebih dahulu mengucapkan salam lantas berlari menuju para pasukan In the Sky yang sudah melambaikan tangan padanya.

"Tu anak dinasehatin juga!" Ucap Yana sedikit kesal

"Kalau kamu lanjutin ceramahnya, keburu telat dia! Yang ada hari pertamanya justru kena ceramahan dari Dosennya" Rayhan terkekeh membuat Yana kesal dengannya

"Tapi kan ini demi kebaikan dia!" Yana memukul pundak Rayhan pelan

Sementara itu, di lobi kampus, para pasukan In the Sky tak henti-hentinya berbincang dengan sangat antusias. Apalagi, Arya!

"First day gua jadi anak kuliahan coy! Pake baju ginian serasa ganteng banget gua, gimana nanti pake almamater yak?" Ucap Arya sambil membenarkan bajunya, sedari tadi lelaki itu terus berceloteh riang.

"Tambah buruk pastinya!" Celetuk Shana sambil terkekeh, diikuti yang lainnya.

"Kurang ajar lu mot!" Umpat Arya dalam hati

"Pantesan baru kemarin Arya dimarahin Pak Agung, eh kita udah kuliah aja ya di next part"

**

"APA VISI MISI KALIAN KULIAH DISINI? SUPAYA KELIATAN KEREN KARENA MASUK UNIV TERNAMA? BISA GAYA-GAYAAN?! KALAU ITU VISI MISINYA MENDING PULANG! UNIV AKSARA BUKAN TEMPAT SEPERTI ITU!" Seorang lelaki dengan almamater yang ia kenakan berbicara dengan lantang dan tegas di depan khalayak ramai, tak sedikit pun terlihat gurat bermain-main disana.

"Nyeremin banget, jangan-jangan anaknya si sekarat" Rana berbisik pada Zuhra

"Kan emang anaknya Ran!" Zuhra membalas tanpa menoleh

Lelaki itu terus saja berbicara dengan nada tinggi, seakan suaranya tak pernah habis. Tak ada seorang pun yang berani bicara, apalagi sekedar menepuk nyamuk yang hinggap di wajah.

"Lama banget, pegel nih kaki gua!" Arya, lelaki itu terus saja menggerutu di dalam hatinya.

"Andaikan Chintya masih ada, pasti dia seneng banget bisa masuk sini. Kalau dia masih ada, mungkin kita bakal masuk fakultas yang sama.." Andi, ia masih saja mengingat Kanash-nya seorang.

"Humairah udah kuliah Ma, sekarang Humairah udah besar! Humairah bakal ikutin jejak Mama sebagai Dosen bahasa Arab, semoga bisa ya Ma!" Ara, ia jadi teringat dengan sang ibu yang menjadi Dosen di kampus ini.

Untuk Alana HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang