Bintang tak terlihat, bahkan bulanpun enggan untuk menyapa malam. Saat ini awan hitam sedang berjalan menyusuri langit malam, sepertinya rintik akan menemani hari ini.
Rana, ia masih menatap lekat langit malam. Tak ada yang bisa ia lihat selain kegelapan, namun, kegelapan kali ini seakan menemaninya dengan pikirannya saat ini.
"Rasanya, gua cuman pengen tuli dan buta untuk gak tau fakta yang sebenarnya. Gua nyesel udah tau kebenarannya, tapi mungkin... gua lebih nyesel kalau gak tau. Apa yang menurut gua baik, belum tentu menurut Tuhan baik kan?"
"Can i hug you my father? I miss you.." gumamnya pelan.
Sedangkan saat ini, gadis dengan piyama merah muda dengan boneka sapi yang ia peluk erat itu masih memikirkan sosok yang baru saja mengaku sebagi ibu kandungnya.
"Shana kangen mama, Shana pengen peluk mamah seerat Shana peluk Momo kayak gini. Dan baru aja, Shana rasain mama udah pergi lagi buat urus surat cerai. Tapi Shana seneng, karena Shana udah tau siapa mama kandung Shana. Allah baik ya Mo.." ucapnya pada boneka sapi itu, seakan boneka itu mengerti setiap curahan hati Shana.
Dan diluar kamar, Dian tersenyum sendu mendengar penuturan Shana.
**
"WOHOOOO!" Teriak Arya ketika membuka sunroof dan melihat pemandangan sekitarnya.
"NAGARAAAAAA I'M KHOOOO HOK!" Arya yang tengah berteriak itu, harus berhenti lantaran tersedak air liurnya sendiri.
"Mampus!" Ucap Rana sambil melihat kebelakang dan mendongak, sedangkan Andi yang sedari tadi menjauh dari Arya lantaran takut wajahnya basah dengan air liur Arya yang muncrat lantas mendekati Arya untuk menepuk pundak lelaki itu pelan, setelah Arya duduk dengan tenang pastinya.
"Nih, minum" ucap Arkan menawarkan, ya... dia ikut pergi bersama pasukan In the Sky kali ini.
Agenda hari ini, mereka akan pergi ke pasar malam bersama nantinya. Dan sebelum pulang, mereka akan berziarah sebentar menuju makam Chintya.
Jangan tanya bagaimana desaknya mobil saat ini, posisi mereka sangat berantakan. Rana berada di depan dengan Shana, Arya, Andi, dan Arkan berada di tengah, sedangkan Zuhra dan Ara berada di bagasi mobil. Ah.. sungguh kacau bukan?
Alasan Zuhra dan Ara berada di bagasi dan enggan membawa motor atau mobil cukup sederhana, saat sampai nantinya mereka langsung berjalan keluar tanpa beban. Dan itu semua sudah pasti ide dari Zuhra.
Benar saja, setelah sampai di Nagara Zuhra dan Ara langsung bergegas keluar dengan barang bawaan seadanya.
"Assalamualaikum!" Salam Pak Setya dan Bu Sulis dengan ramah, dan mereka langsung membalas dengan senyum mengembang.
Dan tanpa tunggu lama, mereka lantas bergegas masuk beristirahat atau sekedar membersihkan diri untuk acara malam nanti.
Dan saat ini tersisa empat lelaki yang masih berkutat di mobil. Arya, Andi, Arkan, dan Pak Setya yang ikut membantu.
Arya, lelaki itu masih asik memegang tengkuknya. Andi, sedang memarkirkan mobil berwarna hitam itu. Arkan dan Pak Setya lantas membawa beberapa barang bawaan untuk dibawa masuk ke dalam.
"Kerja!" Ucap Andi setelah menutup pintu mobil.
"Bingung kerja apa" balas Arya dengan suara seraknya
"Sana nanem pohon di gurun!" Kesal Andi, sedangkan Arya mengernyit bingung.
"Idih nanem pohon di gurun, otaknya dangkal!"
**
Malam ini, pasukan In the Sky dan Arkan sedang berada di pasar malam yang berjarak tak jauh dari Nagara. Gelap malam menjadi terang sekaligus ramai karena acara ini, suasana malam sangat indah kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Alana HIATUS
Teen FictionNew version :) ** Terlepas dari kecelakaan maut dua tahun silam, pasukan In the Sky masih hidup dengan bayang-bayang pertanyaan siapa pelakunya? Kasusnya memang sudah ditutup, tapi meninggalkan berbagai penyesalan yang tak pernah usai. Zuhra, gadis...