"Zuhra!" Lelaki dengan sepeda hitam itu terus mengayuh agar bisa tepat berada di samping gadis yang tengah mengayuh cepat sepeda miliknya, saat ini mereka seakan sedang bermain kejar-kejaran dengan membawa sepeda.
Bruk!
Ah, sial menimpa gadis bernama Zuhra itu. Sepedanya terjatuh, ia memang belum terlalu pandai menaiki sepedanya. Dengan cekatan, lelaki itu lantas membantu Zuhra.
"Aduh.." Zuhra meringis kesakitan
"Yang mana yang sakit?" Alih-alih memarahi sahabatnya itu, lelaki dengan baju kaos hitam itu justru bertanya untuk memastikan keadaan.
"Apasi!" Zuhra beranjak berdiri, sial! Kakinya sangat sakit saat ini, ah lihat! Ada goresan luka di kaki sebelah kanannya.
"Naik" lelaki itu menaiki sepeda hitam miliknya, dan tangan kirinya ia gunakan untuk memegang sepeda milik Zuhra.
Zuhra tak bergeming, ia terlalu gengsi untuk pulang bersama sahabatnya itu. Persoalan sederhana, saat sahabatnya itu berkata bahwa ia akan pergi ke Mesir untuk waktu yang cukup lama. Zuhra kesal!
"Yaudah, aku tinggal" yang benar saja, mana mungkin.
Hal tak di duga, lelaki itu justru benar-benar meninggalkan Zuhra sendiri. Dengan rasa kesal dan gengsi yang bercampur, Zuhra memanggil sahabatnya itu.
"AVIER!" Teriaknya, namun sahabatnya itu justru semakin menjauh tak peduli. Zuhra yang kesal lantas memanggil sahabatnya itu dengan nada yang ia naikkan, beserta umpatan didalamnya.
"AVIER CUCU NAMRUD!!" Teriakan Zuhra berhasil membuat sahabatnya itu berputar balik, namun kali ini raut wajahnya membuat Zuhra sedikit cemas.
"Bilang apa tadi?" Tanya Avier, nama aslinya bukan itu. Entahlah, Zuhra senang mengejeknya dengan nama itu.
"Gak tau" Zuhra mencoba menahan tawanya, Avier benar-benar murung saat ini.
"Pegangan di sepeda kamu aja" Avier menyuruh Zuhra, dan Zuhra pun sigap membantu.
Di perjalanan tak ada yang membuka suara, hanya ada angin yang menemani dan rantai sepeda yang berbunyi.
"Av, lu beneran mau ke Mesir?" Tanya Zuhra hati-hati
"Iya, gak usah khawatir. Kita pasti bakal ketemu lagi" Avier meyakini, seakan ia bisa melihat masa depan yang sangat penuh misteri itu.
Zuhra berdecak sebal, tetap saja ia tak suka dengan keputusan itu. Hampir enam tahun ia mengenal lelaki ini, hampir enam tahun pula ia belum pernah mengajaknya keliling perumahannya. Atau ketempat yang sangat Zuhra senangi, dan berkenalan dengan sahabatnya yang lain. Pasukan In the Sky.
Tapi, perpisahan sudah langsung menyapanya. Seakan kisah ini hanya terdapat dua bab saja, prolog dan epilog.
"Stop!" Zuhra menyuruh Avier memberhentikan laju sepedanya
"Kenapa?" Tanya Avier bingung
"Maju dikit sepedanya" Zuhra menyuruh lagi, dan tanpa basa-basi Avier melaksanakan perintah itu.
Dengan susah payah, Zuhra mengambil sebuah kertas yang tak sengaja terlindas sepeda miliknya. Itu poster, dan.. sepeda baru?
"Avier! Gua pengen banget hadiah sepedanya!!" Dengan antusias, Zuhra memberikan poster itu pada sahabatnya.
"Lomba kaligrafi? Hadiahnya satu buah sepada, alat tulis, uang.." Avier bergumam, ini sih hal yang mudah baginya.
"Kamu mau ikut?" Tanya Avier, dan Zuhra membalasnya dengan gelengan.
"Gua gak bisa nulis kayak gitu, jelek hehe" Zuhra menyengir, ah.. dasar!
"Trus? Kalau gak ikut kenapa mau hadiahnya? Kenapa gak langsung beli aja?" Tanya Avier, ia lantas melanjutkan perjalanan dengan mengayuh sepeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Alana HIATUS
Teen FictionNew version :) ** Terlepas dari kecelakaan maut dua tahun silam, pasukan In the Sky masih hidup dengan bayang-bayang pertanyaan siapa pelakunya? Kasusnya memang sudah ditutup, tapi meninggalkan berbagai penyesalan yang tak pernah usai. Zuhra, gadis...