Malam kali ini, sangat berbeda dari malam sebelumnya. Sepi, itulah suasananya. Zuhra, gadis itu baru saja menyeduh secangkir susu hangat untuknya.
"Liat bintang sabi kali ya.." ucapnya sambil beranjak menuju balkon.
Sesampainya disana, terpaan angin seakan langsung menyapanya. Bintang dan bulan seakan tengah tersenyum padanya, senyum yang amat indah.
Zuhra membalas senyuman itu, bahkan Snow ikut bergabung saat ini.
"Udaranya enak banget!" Tuturnya sambil mengambil buku yang baru saja ia beli tadi sore.
Jika dipikir-pikir, buku inilah yang membuatnya bertemu dengan lelaki itu.
"Makanya tumbuh tuh ke atas Ra!" Seorang lelaki beranjak, membantu Zuhra mengambil salah satu buku yang tersusun rapi disana.
Zuhra menoleh, menatap orang itu. Dan ya, dia adalah.. Zavier.
"Idih, gua bisa kali! Cuman keburu lu bantuin aja!" Zuhra membela dirinya, membuat Zavier terkekeh. Apa yang lucu?
"Thanks" tutur Zuhra, bagaimanapun juga Zavier telah membantunya. Walau ia tak memintanya.
"Lu tumben ke sini" Zavier membuka suara, saat beberapa detik mereka saling terdiam.
"Kepo!" Zuhra beranjak menjauh menuju meja kasir. Ia sedikit tak nyaman saat ini, pasalnya hanya ada mereka di lorong ini.
Tanpa sadar, sudut bibir Zavier terangkat membuat lengkungan. Walau tipis, tapi itu sangat indah.
Zuhra keluar dari toko buku, agenda selanjutnya ia akan pergi ke cafe untuk bertemu dengan teman lamanya. Moodnya agak sedikit tak baik setelah melihat Zavier tadi, lelaki itu selalu saja usil padanya.
Saat tengah menunggu dengan mulut yang tak berhenti mengoceh untuk mencemooh lelaki itu, tanpa sadar rintik sudah mulai datang. Perlahan tapi pasti, hujan akan semakin deras.
"Eh! Allahumma shayyiban nafia" Zuhra bergumam dengan membuang nafas besar, ah.. ia pasti akan telat.
Tiba-tiba sebuah mobil datang membuat Zuhra mengernyit bingung, nampaknya ia kenal dengan mobil itu.
"Nebeng gak?" Seorang lelaki membuka kaca mobil, dan benar saja.. itu Zavier.
"Najis!" Zuhra mencemooh dengan nada amat kecil, namun dari gerak bibirnya Zavier sudah tau itu.
"Yaudah.." tutur Zavier dengan nada seperti mengejek, bahkan ia saja tak melanjutkan perjalanannya.
"Trus lu ngapain masih disini?" Zuhra bertanya dengan nada ketus, lelaki ini amat menganggunya.
"Mau liat lu kebasahan" lagi, Zavier meledek Zuhra. Namun, Zuhra tak menghiraukan. Sampai hujan deras datang dan hampir mengguyur badannya, spontan saja ia membuka pintu mobil yang berada tepat dihadapannya.
Ah, sungguh malu ia saat ini. Belum lagi ia mendudukkan dirinya dikursi depan, tepat disamping Zavier mengemudi.
Zavier terkekeh, membuat Zuhra bertambah malu.
"Gak ada halte" gumam Zuhra mencari pembelaan, namun percuma saja.
Mobil pun beranjak menjauh dari toko buku. Hujan yang semakin deras nampaknya menjadi backsound dengan volume yang sangat kecil saat ini, sedari tadi Zavier terus menanyakan berbagai hal pada Zuhra. Dari mulai tentang kuliahnya, bahkan hal lainnya.
"Banyak banget nanya lu, kayak reporter!" Tuturnya tak suka, dan lagi.. Zavier hanya terkekeh mendengarnya.
Zuhra merasa sangat aneh dengan anak ini, mengapa ia senantiasa terkekeh saat Zuhra sedang marah atau kesal padanya? Dan hal aneh lainnya dari Zavier menurut Zuhra adalah, ketika dimarahi, Zavier malah bertingkah biasa saja. Seperti saat ini, bukannya terdiam, Zavier justru semakin menanyakan banyak hal pada Zuhra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Alana HIATUS
Teen FictionNew version :) ** Terlepas dari kecelakaan maut dua tahun silam, pasukan In the Sky masih hidup dengan bayang-bayang pertanyaan siapa pelakunya? Kasusnya memang sudah ditutup, tapi meninggalkan berbagai penyesalan yang tak pernah usai. Zuhra, gadis...