28 : Maulid

86 11 0
                                    

Gema lantunan shalawat terdengar di setiap penjuru masjid, cahaya lampu dari setiap rumah menambah indah kegelapan malam ini. Apalagi, ditambah dengan secercah cahaya obor yang dibawa oleh anak-anak dengan baju putih yang tengah berbaris dihalaman masjid.

"Gercep cil, lu lurisin barisannya!" Perintah Arya dengan peci hitam yang terlihat miring itu.

"Nanti pas jalan jangan ada yang keluar barisan ya!" Perintah Shana dengan lembut, gadis itu bertambah cantik dengan balutan abaya putih miliknya yang elegan itu.

"Yuk, bismillah.. jalan!" Ajak Arkan, teman pasukan In the Sky_

Mereka jalan beriringan dengan lantunan shalawat yang seakan tak putus itu, sambil membawa obor berkeliling kompleks. Tak memandang dari kompleks mana maupun tinggal di kompleks perumahan mereka atau tidak. Yang jelas, malam ini jalanan tak sunyi sepi seperti hari-hari biasa.

"Ini sih yang gua kangenin kalau maulid, lomba jalan sambil bawa obor trus sambil shalawatan" ucap Rana pada orang disampingnya, Shana.

Lantas, kemana Ara dan Zuhra? Dua gadis itu sedang mengatur barisan didepan agar tak ada barisan yang tak lurus yang sangat dinilai oleh juri. Dan untuk urusan ini Zuhra sangat Perfectionist.

"Bimo geser dikit, okey. Rais kamu ditengah, sipp!" Perintah Zuhra yang langsung dijalankan oleh para anak kecil itu.

Jika Ara dan Zuhra ada dibarisan depan, dan Rana - Shana ada dibarisan belakang, Arya, Andi, Arkan, dan para lelaki lainnya ada dibarisan tengah. Mereka sangat bekerja sama!

Selain para anak kecil yang berkeliling, tak tinggal para orang tua juga sibuk untuk memperingati maulid ini. Ada yang ikut berkeliling bersama anak mereka, dan adapula yang berada di masjid untuk menggelar dzikir bersama atau menunggu penceramah datang.

"Kita keliling kompleks apa aja Ra?" Tanya Ara sambil melirik Zuhra sekilas

"Kompleks Carkawala, Kompleks Cakram, trus balik lagi ke masjid buat denger ceramah" balas Zuhra dengan antusias

"Berarti lewatin rumah Kara dong?" Tanya Ara yang langsung Zuhra angguki

"Kira-kira si Kara ikut gak ya? Ntar kan sampe sana kita ketemu ama rombongan kompleks Cakram yang udah duluan jalan" kini giliran Zuhra yang bertanya

"Gak tau, tapi yang jelas lu udah maafin dia kan?" Tanya Ara dan Zuhra menganggukinya tanpa bimbang

"Good job! Gua jadi inget surah Al-baqarah Ra.." ucap Ara membuat Zuhra mengernyit bingung, memang ada apa disurah Al-baqarah?

Ara yang mengetahui kebingungan sang sahabat pun akhirnya berkata; "pulang dari sini lu buka qur'an!" Perintah Ara yang langsung Zuhra angguki, tak ada salahnya ia menjadi penasaran tentang ini.

Tak lama mereka berjalan dengan membawa obor sembari menggemakan lantunan shalawat, akhirnya mereka telah sampai di Kompleks Cakram yang tak jauh dari Kompleks Cakrawala.

Suasana bertambah ramai tatkala rombongan lain bergabung, pemuda-pemudi maupun anak-anak Kompleks Cakram yang ikut lomba malam ini ternyata lumayan banyak. Dan setelah mereka mengatur barisan semula, rombongan Kompleks Cakrawala kembali melanjutkan perjalanan dengan rombongan Kompleks Cakram yang menjadi pemimpinnya.

"Sebanyak ini kita nyariin Kara gak akan ketemu Ra!" Ucap Ara sambil berjinjit melihat situasi didepannya

"Bener! Semoga kita menang!" Ucap Zuhra sambil mengusap kedua tangannya, berdoa. Dan Ara, mengaminkan.

Jika tadi cerita di barisan depan, berbeda lagi dengan kondisi ditengah yang berdominan para lelaki itu.

"Ilahisallimil ummah, minal afaa tiwaniqmah, wa min hammin wamin u'mmah biahlilbadriya Allah! Ilahi najjinaa waksyif" Arya, lelaki itu sedari tadi tak hentinya menggemakan shalawat dengan suara yang bisa dibilang seperti orang teriak itu.

"Serek gua!" Ucapnya sambil memegang tengkuk lehernya seraya berdehem

"Keliatan banget gak pernah shalawatan!" Sindir Andi tanpa menoleh

"Eh sembarangan lu! Gua sering shalawatan ye, itu kalo gua pulang malem-malem sendirian lewat depan Pos Kamling sering gua shalawatan" balas Arya tak mau kalah dengan suara seraknya

"Ya jelaslah lu shalawatan, Pos Kamling kan depannya taman maen yang kalo malem gelap trus sering ada penampakan temen lu lagi!" Kini giliran Arkan yang membuka suara, sedangkan Andi dkk malah terkekeh dan Arya hanya bisa mengusap dada.

"Haha! Masa takut ama temen sendiri sih Bang Arya!" Dan kini, giliran anak berumur sebelas tahun yang membuka suara. Arya yang saat ini tengah menjadi bahan gunjingan hanya bisa berharap wonder woman baik hati datang menyelamatkannya dari karma ini.

Dan saat ini, dibarisan belakang yang terdapat dua gadis primadona kita, Rana dan Shana hanya ada situasi aman dan damai sampai...

"Tunggu Ran! Tali sepatu aku lepas" ucap Shana sambil memegang lengan Rana, sontak Rana menoleh dengan malas.

"Lagian ngapain make sepatu sih Shan?!" Kesal Rana sambil melihat rombongan yang semakin menjauh

Tit tit!

Suara klakson motor membuat Rana menoleh, sedangkan Shana, gadis itu masih sibuk mengikat tali sepatunya yang lepas.

"Ran, Shan! Duluan!" Ucap Andra, siapa lagi kalau bukan Abang Andi.

"Yoi bang!" Balas Rana sambil melambaikan tangan kanannya

"Cepet Shan! Lelet bet sih lu, ketinggalan nanti!" Ucap Rana saat melihat Shana yang justru melepas kembali ikatan sepatunya

"Sabar Ran! Lu takut ya? Gak usah takut.. kita kan lagi didepan rumah abang tiri lu" ucap Shana membuat Rana menoleh menatap rumah dengan pagar bernuansa emas

"Eh.. gua baru ngeh" monolog Rana sambil berjinjit untuk melihat situasi di dalam

"Tadi itu Shana abis nganter kue pesenan Wilona, sekalian main ke rumah dia. Shana baru aja pulang, jadi masih pake sepatu yang tadi deh" jelas Shana sambil mengikat tali sepatu sebelah kiri yang sebenarnya tak bermasalah, mungkin ia akan mengikat mati tali sepatu sebelah kiri miliknya.

Rana, gadis itu tak menggubris pernyataan Shana. Ia masih asik melihat situasi dirumah abang tirinya itu, bagaimana situasi malam dirumah itu? Apa seindah situasi dirumahnya yang tanpa ada sosok lelaki.

Pintu utama terbuka, menandakan ada yang akan keluar. Dengan cepat, Rana langsung menoleh ke arah Shana yang mana gadis itu tengah beranjak berdiri.

"Tunggu Ran, Shana benerin jilbab dulu kayaknya rambutnya ada yang---"

"Shana?"

*****

27 April 2022

Jaga pikiranmu karena akan menjadi perkataan. Jagalah perkataanmu karena akan menjadi perbuatan. Jagalah perbuatanmu karena akan menjadi kebiasaan.

(Al-Habib Luthfi bin Yahya)

*****

Digantung dulu kayak hubungan kamu.

Untuk Alana HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang