UTR 10

100K 10.9K 910
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Selamat membaca!

**

   "Assalamu'alaikum," salam Ryan ketika memasuki rumah.

   "Wa'alaikumsalam," balas Geladis yang langsung menghampiri Ryan dan menyalimi tangannya.

   Ryan menangkup wajah Geladis dan menjatuhkan kecupan di pipi kanan-kiri dan terakhir dahi lama.

   "Bagaimana? Apa yang kamu buat?" tanya Ryan sembari memasukkan satu tangan ke saku, sedangkan tangan lain merangkul bahu Geladis, mengikuti langkah Geladis ke arah ruang makan.

   Di meja panjang itu, tersaji sepiring makanan yang sangat mencolok dengan aromanya yang menggugah selera. Senyum bahagia tersungging di sudut bibir Ryan yang lalu menoleh pada Geladis di bawah lengannya. Ditatap selekat itu dengan kedua iris cokelat gelap suaminya membuat Geladis tersipu.

   "Aku membuatkan Mas Ryan makanan kesukaan Mas," cerita Geladis mengandung keantusiasan.

   Sorot kagum di sepasang mata itu sangat berharga bagi Geladis. Segera kecupan lama mendarat di pipi kanannya dari Ryan yang melakukannya dengan sayang.

   "Bagaimana Dek Adis tahu?" Ryan semangat sekali duduk di depan piring itu. Geladis tidak berani tertawa senang walaupun ia ingin, hanya tersenyum dengan malu-malu seperti biasanya.

   "Aku bertanya pada Pak Koki," beritahu Geladis yang lalu membalikkan piring kosong untuk Ryan.

   "Aromanya enak, pasti rasanya luar biasa," puji Ryan bagi Geladis berlebihan.

   "Kamu berlebihan padahal belum mencoba," gerutu Geladis lucu.

   Geladis memasukkan beberapa sendok köfte itu ke dalam piring Ryan. Dari penampilannya, itu harus memiliki cita rasa yang lezat. Geladis belum mencobanya, tidak sebelum Ryan makan, Geladis tidak akan makan. Sebagaimana seharusnya seorang istri, tidak sopan mendahului suaminya, seperti makmum yang tidak boleh mendahului imam.

   "Maaf kalau tidak enak." Geladis merasa rendah, takut-takut rasanya tidak sesuai penampilan dan aromanya yang terbilang menggiurkan.

   Ryan tersenyum tanpa melihat wajah Geladis karena terlalu tergoda dengan masakan istrinya yang sekaligus masakan pertama yang pernah dibuatnya untuknya. "Rasanya pasti enak," komentar Ryan.

   Geladis duduk di sisi Ryan, memperhatikan lamat-lamat profil wajah Ryan yang sempurna. Geladis tidak mau melewatkan satu detik pun ekspresi Ryan sampai berkedip pun ia lakukan dengan cepat. Ryan mengambil satu sendok dan membaca basmalah sebelum memasukkannya ke dalam mulut.

   "Uhm!" Ryan membuka lebar kedua mata dan mengangkat kedua alisnya, terkagum.

   "Enak?" tanya Geladis takut-takut.

   Ryan mengangguk lalu mengambil lebih banyak sendokan, mengunyahnya, dan menelannya. Seperti itu terus sampai tinggal sedikit di piringnya.

   "Masya Allah, ini enak sekali, Dek," puji Ryan membuat Geladis tersipu malu.

   "Köfte terlezat yang pernah saya makan." Ryan menambahi, menoleh pada Geladis dengan mulut sudah kosong. "Koki harus takut saya berhenti mempekerjakannya karena masakan kamu lebih enak dari buatannya."

   Geladis merasa bibir Ryan itu dipenuhi madu, manis sekali kata-katanya. Sampai heran Geladis apa yang telah dimakannya di masa lalu sampai memiliki kalimat-kalimat yang membuat hati siapa saja yang mendengarnya melembut dan meleleh tidak berdaya. Hanya bisa menerima dengan perasaan kelewat bahagia.

Untuk Tuan RyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang