Masih ada yang baca UTR?
Beribu maaf karena Keje lama nggak update, tapi percayalah Keje punya alasan yang nggak akan Keje share ke kalian. Cukup tahu aja kalau Keje ada halangan yang bikin Keje lama nggak update. Terima kasih pengertiannya🙏
———
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
**
Gelisah. Saking rancunya sampai sulit dijelaskan satu per satu rasanya ketika dirinya sudah terduduk agak tak berdaya di depan meja salah satu dokter yang menangani Ryan. Geladis diam-diam memainkan jari jemarinya yang telah sedingin bekuan es sembari sesekali melirik lingkungan yang melingkupinya. Tak ayal itu saja usahanya mengalihkan pikiran-pikiran tidak baik di dalam benaknya terlepas dirinya yang sama sekali tidak fokus dengan apa yang dokter berpakaian rapi di belakang meja.
"Ada yang perlu saya bicarakan." Dokter itu mulai bicara, sontak menarik atensi Geladis dari bingkai persegi panjang yang terpajang di dinding.
Ketika manik itu sepenuhnya fokus pada lelaki di hadapannya, dokter itu pun mengambil sebuah map dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya. Setelah diamati betul-betul, Geladis menemukan lembaran itu ternyata adalah hasil ronsen. Kemudian, tangan dokter itu menunjuk sebuah bagian pada gambar sebelum menaikkan pandangannya pada Geladis kembali.
"Kami telah melakukan serangkaian pemeriksaan termasuk CT scan pada Tuan Ryan. Seperti dugaan kami, penyebab Tuan Ryan belum juga sadar hingga detik ini adalah karena retakan kecil pada tulang tengkorak kepalanya." Dokter itu menarik napas seraya menarik jarinya menjauh.
"Namun, jangan risau. Retakan ini tidak memerlukan tindakan operasi dan akan sembuh dengan sendirinya," lanjut sang dokter membuat Geladis mengembuskan napas lega.
Baru saja merasakan hawa kebebasan, kembali Geladis dibuat bingung dengan tindakan dokter yang kemudian mengeluarkan hasil CT scan yang memaparkan gambar bagian tubuh lain. Dan lagi-lagi, jari telunjuk dokter mengarah pada satu titik di sana.
Geladis melebarkan mata demi mengamati lamat-lamat apa yang ditunjuk oleh dokter. Tidak ada yang ia pahami sampai dokter kembali bicara dan dunianya seakan-akan berhenti berputar seketika.
"Dari hasil foto ini, kami menemukan bahwa Tuan Ryan hanya memiliki satu ginjal yang mana ginjal ini sedang tidak dalam keadaan baik," terang dokter.
Melihat keterkejutan di kedua mata Geladis, dokter segera meletakkan hasil foto rontgen itu ke meja kemudian menautkan kedua tangannya di atasnya, menghalangi pandangan Geladis yang masih melekat pada lembaran biru hitam itu.
"Apakah anda sudah tahu hal ini sebelumnya?" tanya dokter serius.
"A-aku tidak tahu, Dok." Kepanikan terlukis di wajah pucat Geladis, menahan dokter untuk tidak meneruskan pertanyaannya.
Selama hampir menyentuh angka 20 menit berada di dalam ruangan bersama dokter yang membuat bulu kuduk berdiri dan punggung berkeringat dingin setiap detiknya, Geladis akhirnya bisa menghirup aroma lorong yang khas kembali. Bukan udara kebebasan, namun jauh lebih baik daripada berduaan saja dengan dokter yang setiap saat membuatnya ketakutan mendengar kata-katanya.
Geladis menekan dadanya, berharap gemuruh itu mereda sebelum mengambil langkah pergi ke depan ruang rawat Ryan yang letaknya dua tingkat dari lantai dipijaknya saat ini. Berada di tempat di mana orang-orang tidak dikenalnya seliweran di hadapannya cukup memberi kekuatan untuknya tidak menitikkan air mata. Namun, seketika kekuatan itu tersedot habis ketika dirinya dipastikan benar-benar hanya sendiri di dalam lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Tuan Ryan
RomansaGeladis diambil kesuciannya oleh seorang lelaki tidak dikenalnya 4 bulan yang lalu dan kini tengah mengandung anak lelaki itu. Usut punya usut, lelaki asing itu ternyata seorang direktur utama sebuah perusahaan besar. ** Geladis Amaira sudah kehilan...