Lagi-lagi afwan lama update. Satu dua hal pribadi di dunia nyata bikin Keje hampir kewalahan.
Baik, selamat membaca. Ingat untuk ibadah karena yang kalian temui lebih dulu belum tentu jodoh, tapi Malaikat Izrail.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
**
Ryan mengakui, begitu sulit membujuk Geladis agar mau menuruti permintaannya. Perempuan itu, istri tersayangnya begitu keras kepala ingin melahirkan secara normal. Meskipun demikian, Ryan tak lelahnya terus memohon padanya. Bayangkan, seorang Tuan Ryan yang statusnya begitu tinggi, terkenal tegas dan keras, memohon pada istrinya sampai berlutut di samping brankar dengan lelehan air mata di pipinya.
Dan nyatanya, usahanya itu membuahkan hasil. Dengan sangat berat hati, Geladis akhirnya setuju untuk melakukan operasi sesar.
"Kamu tetap seorang ibu, bagaimanapun metode melahirkannya. Semua tetap mempertaruhkan nyawa." Ryan memberi kecupan di seluruh wajah Geladis yang memerah dan juga basah oleh air mata dan keringat.
Karena sang ibu sudah setuju, pihak dokter segera mengambil tindakan untuk operasi sesar yang dijadwalkan akan dilaksanakan pukul 11 malam. Oleh sebab itu, segalanya lekas dipersiapkan karena waktu telah menunjukkan pukul 10 lebih 35 menit. Termasuk Ryan yang akan ikut menemani Geladis menjalani operasi malam ini.
Tepat pukul 11, operasi dilakukan. Ketika pertama kali obat anestesi dimasukkan ke dalam tubuh kemudian bereaksi, Geladis merasakan gemetaran tak terkendali dari tubuhnya. Rasanya tidak jauh seperti sedang demam di mana ia menggigil kedinginan.
Panjatan doa dan zikir tak hentinya mengalir dari bibir Ryan tatkala dokter mulai membedah perut bagian bawah Geladis dengan peralatan sterilnya. Sembari itu, tangannya membelai-belai lembut kepala Geladis walaupun tak bisa dipungkiri telapak tangannya sudah sangat dingin saat ini. Bukan perihal ruangan operasi yang bersuhu rendah, melainkan Ryan memang sedang sangat gugup.
Bagaimana tidak jika ini bukan hanya kali pertamanya ia akan menjadi seorang ayah, ini juga pertama kalinya dirinya menemani seseorang menjalani operasi yang mana orang itu adalah istrinya sendiri. Jangankan dibuka perutnya oleh dokter sedalam itu sampai rahim, melihat Geladis tangannya tergores ranting ketika berada di taman saja Ryan sudah panik. Berlebihan memang calon ayah satu ini.
"Sakit, Dek?" tanya Ryan pelan dan menatap perhatian Geladis yang kelopak matanya terus berkedip.
"Tidak. Hanya aneh." Bahkan Geladis sendiri sulit menjelaskan sensasinya.
Ryan seharusnya tahu itu tidak akan sakit karena setengah bagian tubuh Geladis telah dibius yang mana besar kemungkinan tidak akan dapat merasakan apapun alias mati rasa. Namun, lagi-lagi calon ayah ini terlalu gugup dan khawatir Geladis memendam sendiri rasa sakitnya seperti ketika perempuan itu mengalami kontraksi sampai pingsan.
"Jika ada yang tidak beres, katakan saja." Sekali lagi Ryan mengecup kening Geladis kemudian melanjutkan zikirnya.
Beberapa menit berselang, perasaan baru dan asing muncul lagi. Geladis sampai terkejut akan kehadirannya. Meskipun tidak seterasa itu, sensasinya yang berbeda dari sebelumnya tak ayal membuat Geladis merasa was-was kalau-kalau sesuatu terjadi.
"Dokter, ini ada apa?" tanya perempuan itu dengan suara serak tak bertenaga.
"Kami sedang mengeluarkan bayinya, Bu. Mohon bersabar sebentar lagi," sahut sang dokter di balik maskernya.
Hampir saja Geladis melotot tatkala sepersekian detik kemudian terdengar suara tangisan bayi yang berhasil mengguncang dadanya.
"Alhamdulillah!" seru dokter dan para perawat bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Tuan Ryan
RomanceGeladis diambil kesuciannya oleh seorang lelaki tidak dikenalnya 4 bulan yang lalu dan kini tengah mengandung anak lelaki itu. Usut punya usut, lelaki asing itu ternyata seorang direktur utama sebuah perusahaan besar. ** Geladis Amaira sudah kehilan...