Geladis diambil kesuciannya oleh seorang lelaki tidak dikenalnya 4 bulan yang lalu dan kini tengah mengandung anak lelaki itu. Usut punya usut, lelaki asing itu ternyata seorang direktur utama sebuah perusahaan besar.
**
Geladis Amaira sudah kehilan...
Di dalam ruangannya, ruang kerja dengan ukuran paling luas di antara ruangan milik para bawahannya yang lain, tatapan Ryan terpaku pada layar komputernya. Yang sedang dilakukannya adalah meninjau kembali daftar investor setelah pembaharuan menjadi lebih berstruktur dengan tujuan nantinya memudahkannya untuk menghubungi mereka ketika perusahaannya membutuhkan modal.
Jika sudah larut dalam tugasnya, fokus Ryan dipastikan sepenuhnya pada pekerjaan. Meskipun demikian, seluruh panca indranya tetap berjalan dengan baik. Bahkan bibirnya langsung menyahut ketika rungunya menangkap suara ketukan di pintu tanpa menggeser tatapannya dari layar. Otak kanan dan kiri Ryan harus bekerja kedua-duanya dengan seluruh kemampuan yang dimilikinya.
"Masuk," titah Ryan memberi ijin pada si pengetuk pintu untuk menemuinya.
Sosok Dinda muncul membawa sebuah papan dada berisi laporan yang perlu diperiksa dan ditandatangani Ryan. Dinda meletakkan papan itu di dekat gelas kopi Ryan yang isinya sudah hampir habis.
"Tolong sambungkan telepon ke investor Syam Albarick dan buat jadwal pertemuan kami siang nanti," perintah Ryan selepas memberi bukti autentifikasi darinya pada lembar laporan itu.
"Baik, Tuan." Dinda mengambil papan dada itu dari meja Ryan, sekaligus bertanya, "Saya ambilkan kopi lagi, Tuan?"
Ryan menggeleng. "Tidak perlu."
Dinda memberikan anggukan tanda hormat sebelum melenggang keluar dari ruangan Ryan. Tempat itu sunyi lagi, bahkan jika ada jarum jatuh pun bisa terdengar di udara. Ryan tidak bisa berkonsentrasi jika di sekitarnya ada suara lain, bunyi detik jam semisal. Oleh sebab itu, hanya ada jam digital di mejanya.
Meneguk kopi terakhirnya, Ryan menyandarkan punggung ke kursi berbantal empuk, beristirahat sejenak setelah menyelesaikan tinjauannya. Sebenarnya tidak ada waktu luang sama sekali. Semenjak menikah, rasanya tugasnya semakin menumpuk saja. Di samping itu, kualitas tidurnya menjadi lebih baik karena ia tidak lagi lembur dan tidur hanya 2 jam sehari.
Ryan berinisiatif menanyai keadaan istrinya di rumah. Geladis itu tidak akan menghubunginya terlebih dahulu jika tidak sedang terdesak keadaan, alasannya takut menganggunya walaupun berulang kali dikatakannya bahwa ia tidak pernah merasa terganggu akan istrinya yang menggemaskan itu.
Meraih ponsel di samping keyboard, Ryan segera mengirimkan pesan singkat pada Geladis.
[Me] Sedang apa, Dek? Kamu tidak sedang di dapur lagi, kan?
[Dek Adis❤️️] Aku baru selesai muraja'ah, Mas Mas Ryan tidak sibuk?
[Me] Saya sedang istirahat
[Dek Adis❤️] Ohh Eh, Mas
[Me] Ada apa, Dek? Perutmu tidak nyaman? Kamu pusing?
[Dek Adis❤️] Demi Allah, dedeknya gerak, Mas!!
(send a picture)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.