UTR 19

74.1K 8.7K 1.6K
                                    

Ibadah lebih penting daripada baca UTR. Selamat membaca, kawan.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

**

   Ryan baru saja keluar dari dalam ruang kerjanya membawa sebuah arsip dan fokus padanya tatkala muncul suara kasak-kusuk yang menggangu konsentrasinya. Dari halaman kertas, perhatian Ryan beralih ke sumber datangnya suara itu yang mana ternyata berasal dari Geladis dan penjaga keamanan di sofa tengah.

   Satu kali Ryan mengentakkan arsip di tangan kanannya itu sampai menutup kemudian berjalan ke arah sofa tengah ruangan yang masih dihuni Geladis dan penjaga keamanan itu.

   "Ada apa?" tanya Ryan, suaranya dalam.

   "Ada orang di luar, Tuan," jawab penjaga.

   Ryan menyusupkan tangannya ke belakang punggung Geladis sampai benar-benar merangkul perempuan itu dan merapat padanya seperti lem perekat. Bukan lagi pemandangan tabu tuan rumah mansion Nagara bermesra-mesraan dengan istrinya yang tengah mengandung. Namun bagi penjaga keamanan yang kerap bertugas di posnya, tentu pemandangan ini masihlah asing baginya. Terasa berdosa melihat tuannya yang acap tampil dingin tak tersentuh sekarang jadi menempel terus-menerus dengan istrinya.

   "Siapa?" Pertanyaan Ryan mengejutkan penjaga yang sempat dibuat hilang fokus.

   "Saya tidak mengenalnya, Tuan. Tapi ...."

   "Tapi?" ulang Ryan dengan satu alis terangkat.

   "Orang itu ingin bertemu dengan Nyonya," papar penjaga ragu-ragu, takut Ryan marah.

   Ryan melirik sekilas Geladis di dekatnya lalu kembali pada penjaga yang masih senantiasa berdiri di hadapannya dengan tatapan ke bawah.

   "Perempuan atau ... laki-laki?" tanya Ryan penasaran.

   "Laki-laki."

   Ryan mengangkat dagu pun ekspresinya mendingin. Sebagaimana semua tahu, Geladis tidak memiliki keluarga lagi, atau bahkan saudara jauh laki-laki. Tidak jelas di mana keberadaan saudara jauhnya dan mustahil mengetahui keberadaan Geladis saat ini ada di rumahnya.

   "Kamu mengenalnya?" Alih Geladis yang ditanyai Ryan.

   "Demi Allah, Mas. Aku tidak tahu siapa dia," sumpah Geladis bersungguh-sungguh.

   "Mau apa dia menemuiku?" tanya Geladis pada penjaga yang masih berada di sana.

   "Maaf, Nyonya. Saya juga tidak tahu. Dia hanya mengatakan ingin menemui Nyonya. Itu saja." Penjaga ingin lekas mendapat keputusan bulat dari Ryan dan segera pergi dari sana. Ia tidak suka situasi ini di mana air muka Ryan tidak lagi ramah.

   "Mas," panggil Geladis membuat Ryan menoleh padanya.

   "Mas saja yang temui dia di luar. Jangan bawa masuk." Geladis meletakkan tangannya di tulang rusuk Ryan ketika mengatakannya.

   Setuju dengan ucapan istrinya, Ryan pun melenggang keluar bersama penjaga yang mengekor di belakangnya. Toh, sejak awal tahu orang itu laki-laki, Ryan tidak bermaksud mengijinkannya masuk ke dalam rumahnya. Apa juga tujuannya menemui istrinya?

   Beberapa meter lagi Ryan tiba di pos penjaga, namun Ryan sudah dapat melihat sosok lelaki yang dimaksudkan. Mendengar langkah mendekat pun lelaki di balik gerbang itu membalik badannya, penuh harap bisa melihat orang yang ingin ditemuinya, bukannya seorang lelaki semampai berkaus hijau mint dan celana krem melangkah lebar-lebar ke arahnya. Apalagi dengan tampang galak itu, apa maksudnya?

Untuk Tuan RyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang