UTR 29

37.8K 5.2K 308
                                    

Assalamualaikum, masih ada yang baca Untuk Tuan Ryan nggak ya haha

Banyak-banyak maaf Keje ucapin buat para readers karna udah Keje gantung selama berhari-hari semoga Keje termaafkan kalian ya☺️

Hal-hal pribadi di real life yang nggak bisa Keje sebutin jadi alasan Keje menghilang selama ini. Intinya Keje sibuuuk banget bulan bulan kemaren. Tapi Keje sekarang kembali bawa update-an Untuk Tuan Ryan buat readers yang masih bertahan di sini. Terima kasih banyak udah selalu nungguin dan nyariin Keje selama ini dan maaf atas keenggak nyamanannya💗

Buat yang udah lupa ceritanya bisa baca ulang beberapa chapter sebelumnya. Selamat membaca! Kasih komentar kalian juga yaa karna Keje kangen banget sama kalian!🤧

**

   Atas dedikasi tinggi dan kesabaran Geladis mendampingi serta membantu Ryan dalam proses pemulihannya, ingatan Ryan sepenuhnya kembali seperti sediakala. Betapa baik kabar itu yang membuat Agung dan Hanifah terus-menerus mengucapkan terima kasih kepada sang menantu. Geladis hanya memerah di wajah, tidak ingin terlalu tersanjung yang mana bisa membuatnya besar kepala.

   "Kesembuhan Mas Ryan terutama doa dari Mama dan Papa juga. Geladis hanya membantu sedikit di sini. Dan atas ijin Allah, Mas Ryan mendapat ingatannya kembali," ucap Geladis dengan suara pelan dan sopan didengar. Tidak merendahkan juga terlalu menyanjung. Kedua orang tua Ryan amat-amat bersyukur mendapat menantu sesempurna Geladis.

   Hanifah meraih tangan Geladis dan menggenggamnya erat—tidak kencang dan tidak sampai menyakiti. Senyuman seorang ibu adalah hal terindah di mata anak, tak terkecuali Geladis yang telah kehilangan sosok Ibu dan telah sangat merindukannya. Semenjak menikah dengan Ryan, Hanifah sudah dianggapnya sebagai ibunya sendiri sehingga ketika Hanifah sedih, Geladis ikut terluka hatinya, dan ketika Hanifah tersenyum seperti saat ini, rasa bahagia bercampur lega seakan-akan meledak di dada Geladis.

   "Terima kasih, Nak. Aku tidak tahu lagi harus membalas segala kebaikan yang kamu bawa untuk keluarga kami dengan apa. Tidak hanya menjadi menantu yang baik, kamu juga membawa kebahagiaan pada Ryan, dan bahkan memberinya malaikat kecil yang menjadi alasan Ryan untuk terus semangat bekerja untuk kalian. Terima kasih banyak." Hanifah berujar dengan sungguh-sungguh sampai air mata tak terasa jatuh dari pelupuk matanya. Geladis terkejut dan gegas menghapus air mata ibu mertuanya itu.

   "Jangan menangis, Ma. Justru Geladis yang harus berterima kasih kepada kalian semua. Tanpa kalian, Geladis hanya akan menjadi seorang anak sebatang kara tidak berkeluarga. Dan kalian sudah memberi arti keluarga itu untuk Geladis. Ini semua yang Geladis butuhkan." Geladis kemudian memeluk Hanifah sebagaimana ketika dirinya memeluk sang Ibu dulu ketika beliau masih ada.

   "Nta!" Suasana mengharukan itu tiba-tiba dipecah oleh suara seruan anak kecil yang arah datangnya dari belakang. Bram datang dengan Ghafi di lengannya yang seketika melompat-lompat kecil penuh semangat ketika melihat sang Ibu.

   Geladis tersenyum lebar seraya mengambil Ghafi dari Bram kemudian mencium pipi kenyal berbau susu putranya itu.

   "Kamu sudah kembali? Di mana Ryan?" tanya Hanifah kepada asisten pribadi Ryan itu.

   "Tuan Ryan masih belum kembali. Ada hal yang perlu beliau urus," kata Bram seraya menatap ke lantai. Hanifah tak menemukannya aneh, tapi Geladis merasakannya. Meskipun lidahnya gatal ingin bertanya, Geladis tetap bungkam sampai Agung dan Hanifah berpamitan pulang.

   "Yah! Yah!" seru Ghafi seraya mengepak-kepakkan tangannya selayaknya burung yang sedang terbang.

   Geladis cukup kewalahan dengan sang putra yang sangat aktif akhir-akhir ini. Namun demikian, ia tidak menyewa jasa babysitter atau menambah pembantu rumah tangga karena baginya Nisah sudah sangat membantu baik mengurus rumah dan Ghafi yang beranjak satu tahun. Pun Ghafi membutuhkan betul-betul keberadaan sosok Ibu dan Ayah untuk merawatnya dan menemaninya berkembang. Geladis pula tak ingin kehilangan momen berharga bersama Ghafi barang sehari pun sehingga ia akan senantiasa meluangkan waktu untuk menjaganya.

Untuk Tuan RyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang