UTR 3

120K 13.6K 972
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Keje update lagi! Selamat membaca, semua!

**

   Sebelum benar-benar tiba di tempat praktik pribadi dokter spesialis kandungan untuk melakukan konsultasi dengan dokter kandungan yang kata Ryan akan menjadi dokter pribadi mereka, Ryan terlebih dahulu menghentikan kendaraan di depan sebuah restoran. Geladis hampir lupa jika dirinya belum makan siang jika tidak melihat tempat makan yang jadi pemberhentian mereka itu.

   "Tuan Ryan tidak apa-apa ke tempat ini ... denganku?" tanya Geladis ragu-ragu.

   Ryan paham maksud Geladis yang tidak ingin mengundang asumsi publik ketika mendapati Ryan makan berdua dengan seorang perempuan tidak dikenal. Ryan sudah siap kalau-kalau Geladis menanyakannya dan telah memikirkan hal ini matang-matang sebelumnya.

   Sudut-sudut bibir Ryan terangkat membentuk sebuah senyuman menenangkan. Sesak dan risau di dada Geladis setengahnya menguap menangkap pemandangan menyejukkan itu. Masya Allah memang ciptaan Tuhan yang satu ini, Geladis tidak sanggup menatapnya lama-lama sehingga pandangannya segera turun ke ujung sepatu biru yang dikenakannya.

   "Mari masuk." Alih-alih menjawab pertanyaan Geladis, Ryan malah langsung mengajak Geladis memasuki restoran itu. Jika Geladis bisa menangkap maknanya, jawaban tersirat Ryan adalah tidak apa-apa.

  Ryan memesan menu sayuran ditumis, sup kaldu ayam, dan olahan ikan untuk Geladis, sedangkan dirinya sendiri kurang lebih memesan masakan yang sama. Geladis sudah terbiasa hidup serba kurang selama 24 tahun masa hidupnya. Melihat jumlah masakan yang dipesan oleh Ryan, Geladis merasa ini terlalu banyak. Porsi makan siang ini saja, Geladis selumrahnya mengonsumsinya untuk tiga kali makan dalam sehari. Terlalu mewah bagi Geladis sampai-sampai sayang untuk menyantapnya.

   Mendapati Geladis hanya memandangi makanannya, Ryan menghela napas dan membuangnya panjang.

  "Kenapa tidak dimakan? Makanlah," bujuk Ryan yang gatal ingin menawarkan diri untuk menyuapi Geladis, namun segera ingat harus menahan diri.

   "Ini terlalu banyak, Tuan." Geladis menatap sendu kuah sup yang harum, ingin sekali menyantapnya, akan tetapi takut mubazir jika ia tidak bisa menghabiskannya.

   "Tidak perlu takut tidak habis, saya bisa habiskan sisa makananmu," tutur Ryan tersenyum lembut pada Geladis.

   Geladis terhenyak, tersedak napasnya sendiri. Seorang Ryan Malik Nagara yang orang-orang saja tidak berani menyebut namanya tanpa embel-embel Tuan, dihormati walaupun usianya masih terbilang muda, mau memakan sisa? Sisa dari seorang perempuan biasa sepertinya? Bahkan Geladis tidak rida jikalaupun Ryan mau bersukarela melakukannya.

   "Ayo, makanlah. Dokter Iffa sudah menunggu." Tidak ada cara lain bagi Ryan untuk menggerakkan Geladis selain membuat Geladis merasa terdesak akan kata 'menunggu'. Siapapun pasti akan bergegas jika tahu dirinya sedang ditunggu, apalagi ditunggu orang penting.

   "Ikan baik untuk ibu hamil," ujar Ryan seraya memasukkan sepotong daging ikan tanpa duri yang dimasak matang sempurna. Tak luput ucapan terima kasih Geladis mengalir atas kebaikan Ryan padanya.

   Geladis mengambil satu suapan kecil, sontak takjub akan cita rasa daging ikan dan bumbunya yang merasuk sempurna.

   "Ini ikan apa, Tuan? Rasanya sangat enak," tanya Geladis penasaran.

   "Itu ikan salmon," sahut Ryan langsung, kebetulan tidak sedang mengunyah.

   Seketika Geladis terpegun. Geladis tahu ikan salmon memiliki tekstur daging lembut yang sangat lezat seperti yang saat ini membekas di lidahnya, oleh sebab itu harganya sangat mahal. Sebelum ini, Geladis tidak berani membayangkan bisa menyicipi barang sesuap saja karena uang hasil kerjanya lebih baik untuk membeli beras. Namun sekarang, Geladis merasa hal-hal yang bahkan tidak berani ia angan-angankan terlalu lebih seolah-olah mudah didapatnya selama bersama Ryan.

Untuk Tuan RyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang