Prolog

318 12 6
                                    

"Di dunia ini semua terjadi tiba-tiba. Tiba-tiba hadir, tiba-tiba menjadi yang terbaik, dan tiba-tiba hilang."

.
.
.


Brukk!

Bunyi benda jatuh. Buku. Ya buku milik gadis mungil dengan rambut yang di kuncir kuda. Gadis itu menghela nafasnya. Ia membereskan buku nya yang jatuh berantakan.

Gadis itu berdiri dan menatap lelaki tegap dengan jaket biru di hadapannya. Gadis itu melihatnya dengan penuh kebingungan. "Tumben cowo kalau nabrak cewe ga marah marah. Lu ga sakit kan?." Tanya gadis itu pada lelaki tegap dengan wajah datar di hadapan nya.

Lelaki itu diam tidak menjawab. Gadis itu menepuk jidatnya sendiri. "Oh iya gw lupa. Seorang Afgan Gevanio Bagasditya tidak akan membuang buang suaranya untuk sesuatu hal yang tidak penting." Gadis itu berkata tanpa rasa takut. Seakan di depannya hanya seorang laki laki biasa yang malas berbicara.

Gadis itu menghela nafas nya. "Udah ah, gw cape ngomong sama patung. Bermanfaat engga. Yang ada kayak orang gila gw." Ujar gadis itu. Saat ia hendak melangkah pergi. Tangan nya di cekal dan ditarik oleh laki laki bernama Afgan. Membuat nya kembali berhadapan dengan laki laki yang dia sebut sebagai patung.

Afgan menatap gadis dihadapannya dengan tatapan tajam miliknya. Namun tatapan itu tidak berarti mengerikan bagi gadis yang diketahui bernama Rossa. "Ga usah natap gw setajem itu. Gw ga takut." Ujar Rossa. Membuat Afgan mencengkeram tangan Rossa dengan keras.

"Aw. Sakit." Rintih Rossa. Rossa berusaha melepaskan tangannya dari Afgan. Namun tidak berhasil. Cengkeraman Afgan begitu kuat. Membuat Rossa menghembuskan nafasnya pasrah.

"Jangan samain gw sama cowo cowo yang lain. Karena gw ga sama dengan mereka semua! Dan satu lagi. Gw bukan patung. Gw manusia!." Tegas Afgan. Dengan suara berat miliknya. Ia melepaskan cengkeramannya dari tangan Rossa. Dan pergi berlalu.

Rossa menghela nafasnya. Meniupi tangan nya yang terasa perih. "Dasar cowo aneh." Runtuk Rossa. Ia berjalan menuju kelasnya sambil mengibas ngibaskan tangannya. Supaya sakitnya sedikit menghilang.

Rossa duduk di kursinya. Ia masih meniupi tangannya yang memerah. "Cowo ga punya perasaan kayak dia banyak disukain? Cewe sekolah ini udah di guna guna kali ya." Gumam nya.

Di ruang kelas lain. Afgan baru saja memasuki ruang kelasnya. Seluruh perempuan di kelas itu tersenyum. Melihat Afgan yang berjalan ke arah kursinya. Pandangan mereka tak beralih menatap seorang Afgan.

Afgan duduk di kursinya. Ia di hampiri oleh beberapa temannya. "Gan. Tadi gw denger denger lu tabrakan sama cewe IPA 1 ya." Ujar salah satu teman Afgan. Bernama Bryan. Afgan diam tidak menjawab. Membuat teman temannya menghela nafas mereka. "Diam lu menandakan iya." Bryan menyimpulkan.

"Dia beda dari yang lain." Ujar Afgan tiba tiba. Membuat para teman temannya menatapnya bingung. "Maksud lu?." Tanya teman Afgan bernama Jeri. Suara salam dari seorang pria membuat mereka duduk di tempat masing masing.











Hallo...

Selamat datang, dan selamat datang kembali...

Sebelumnya aku mau mengucapkan selamat merayakan hari raya Idul Fitri.. mohon maaf lahir dan batin..🙏🏻
.
.

Prolog nya gimana gais??

Lanjut apa gausah??

Jangan lupa vote dan komen ya gais..

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang