35. Keyakinan itu

68 8 2
                                    

"aku disini untuk kamu dan selamanya bersama kamu.."
-unknown-
.
.
.

Di sebuah tempat. Bulan bersinar dengan terang. Membuat malam yang seharusnya gelap menjadi terang. Bintang ikut membantu bulan. Menghiasi langit hitam.

Suara deru motor dan mobil terdengar sangat jelas. Lampu lampu mengeliling menyinari taman itu. Banyak terdengar tawa. Banyak pasangan yang saling menggenggam.

Kini di salah satu bangku taman. Seorang pria dengan jaket hitam dan topi. Duduk bersandar dengan mata tertutup. Mengarahkan kepalanya ke langit.

Angin malam yang berhembus membuat pria itu membuka matanya. Ia menatap sekeliling. Banyak pertanyaan muncul di kepalanya.

"Kenapa sulit menjadi seperti mereka?"

Pria itu menghela nafas nya. Matanya kini terfokus pada satu hal. Dua orang. Sepasang. Laki-laki dan perempuan. Sedang menatap danau.

Dimana sang perempuan duduk di kursi roda. Dan sang laki-laki setia berada di sampingnya. Senyum, tawa. Terlihat dari kedua wajah itu.

Begitu kuat kah mereka menjalani semua yang mereka alami. Tidak ada kesedihan disana. Bukan.. bukan tidak ada tapi tidak mereka perlihatkan.

Pria yang duduk di bangku akhirnya berdiri. Ia menghampiri dua orang itu dengan banyak pertanyaan.

"Permisi mas, mba.." ujarnya.

Kedua orang yang sedang bercanda menengok. "Iya mas ada apa?" Tanya laki laki dengan kaos putih.

"Boleh saya bertanya sedikit?" Tanya laki-laki dengan jaket hitam dan topi.

"Dengan senang hati. Silahkan mas.." ujar laki laki berkaos putih.

"Putri.. boleh minta tolong temenin Tyas sebentar ga?" Tanya laki-laki berkaos putih pada temannya. Temannya mengangguk.

Kedua laki-laki itu kini berada sedikit menjauh dari perempuan yang berada di kursi roda.

"Apa yang membuat mas memilih untuk tetap bertahan di sisi mba nya. Dengan kondisi mba nya yang seperti itu?" Tanya laki laki bertopi.

Laki laki berkaos putih menghela nafasnya tersenyum. Menatap perempuan yang berada di kursi roda.

"Saya bertahan karena cinta saya tulus untuk dia. Beberapa waktu yang lalu dokter memvonis dia terkena leukemia stadium 4. Awalnya saya yang mendengarnya frustasi. Saya takut kehilangan dia. Dia yang membuat hari saya begitu berwarna. Saya sangat tidak sanggup. Tetapi saya yakin, bahwa dia bisa untuk sembuh. Dia bisa kembali sehat. Kami bisa kembali mengukir cinta kami bersama sama. Saya mencintai nya karna hatinya, bukan karena fisiknya. Maka dari itu saya tetap akan selalu bersama dia sampai kapanpun itu." Ucap laki laki berkaos putih.

Laki-laki bertopi menghela nafasnya menatap lepas ke danau.

"Tidak ada kah terbesit di fikiran mas untuk menyelesaikan hubungan kalian?" Tanya laki-laki bertopi.

"Tidak. Sama sekali tidak. Jika cinta tulus, tidak akan pernah terbesit untuk pergi meninggalkan." Jawab laki-laki berkaos.

"Tidak ada perempuan yang membuat mas tertarik lagi?" Tanya laki-laki bertopi.

"Tidak. Hanya dia. Dia, bidadari yang tuhan kirimkan dari surga untuk ku. Tidak mungkin aku mencintai perempuan lain. Dan tidak mungkin aku bisa menyia nyiakan pemberian Tuhan yang begitu istimewa." Jawab laki-laki berkaos putih.

"Bagi mas dia bidadari yang tuhan kirimkan untuk mas, dan baginya mas adalah malaikat yang tuhan kirimkan untuknya. Cinta mas padanya begitu besar. Terimakasih telah mengajarkan ku tentang ketulusan cinta." Ujar laki-laki bertopi.

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang