"hanya ini yang aku bisa.. menjagamu sembunyi-sembunyi.."
-afgan-
.
.
.Afgan yang sangat khawatir langsung meminta kepada dokter dan sekolah membawa Rossa ke rumah sakit.
Setelah ia menjelaskan keadaan Rossa kepada dokter sekolah. Dokter sekolah menyetujui nya. Karena kondisi Rossa terbilang bukan kondisi biasa.
Di dalam kelas. Olivia yang tidak ikut mengantar Rossa terduduk di kelas. Menatap meja dengan tatapan kosong. Setetes air mata jatuh dari kelopak matanya.
Tangis itu. Rasa sedih itu tidak bisa ia tahan saat ini. Terlalu menyedihkan mendengar keadaan Rossa yang sebenarnya dari Afgan.
#Flashback on..
"Andai Lo tau liv penyakit ocha ga sebiasa itu. Gw ga mungkin se khawatir ini kalau dia emang cuman kecapean." Ujar Afgan. Ia berkata dengan lemah.
Olivia menatap Afgan. "Maksudnya?" Meminta penjelasan.
Afgan menjelaskan apa yang ia ketahui. Ia menjelaskan tanpa kurang apapun.
"Ocha ga tau gw tau tentang ini. Jadi gw mohon rahasia in dari dia kalau kita tau tentang ini. Gw mau selalu jaga dia tanpa dia tahu, gw mengetahui penyakit nya." Ujar Afgan.
Olivia menutup mulutnya. Terduduk di kursi depan UKS. "Leukemia.." Olivia berkata dengan nada gemetar.
Olivia menangis. Temannya. Sahabat nya itu harus menerima semua itu. Seberat itukah ujiannya. Rasa sakit yang pastinya terasa amat menyakitkan baginya.
"Kenapa harus ocha?.." gumam Olivia. Afgan hanya diam.
#Flashback off..
Olivia diam seribu bahasa. Bahkan saat teman-teman nya mengajaknya ke kantin untuk makan siang saja dia tetap diam. Tidak menjawab.
Sedangkan di rumah sakit Afgan duduk di kursi. Dengan menggenggam kedua tangannya. Wajah khawatir, cemas, takut, sedih terlihat dari wajahnya saat ini.
Dokter keluar. Afgan langsung bangkit. "Dok, gimana keadaan ocha? Dia baik-baik aja kan dok?.." tanya Afgan. Bego sekali dia menanyakan hal yang memang sudah ia tahu jawabannya bahwa Rossa pasti tidak baik baik saja.
Dokter muda bernama Shania itu menghela nafas nya. "kamu tau kan ocha.." Shania belum menyelesaikan perkataannya. Afgan langsung memotong nya. "iya saya tau. Langsung to the point aja dok." Pinta Afgan.
Dokter Shania tersenyum getir. "Ocha gapapa. Cuman lebih di perhatiin aja kesehatan nya. Jangan cape cape. Jangan makan telat. Minum obatnya harus teratur. Sama pastiin dia selalu kemoterapi." Ujar dokter Shania menjelaskan kepada Afgan.
Afgan menghela nafasnya. "Terimakasih dok." Ujar Afgan. Dokter Shania mengangguk. Lalu pergi.
Afgan melangkah hendak masuk. Namun saat tangannya sudah menggenggam lengan pintu. Ia berhenti. Menatap ke dalam. Melihat gadisnya yang terbaring lemah di dalam sana.
Air mata menetes. Afgan masuk ke dalam. Ia menatap Rossa saat ini. Mengelus kepala Rossa lembut. "Chaa.. aku tau kamu kuat. Kamu berjuang yah. Biar kita bisa sama-sama terus. Aku akan selalu ada disisi kamu. Kita sama sama berjuang yah. Aku sayang banget sama kamu cha." Ujar Afgan. Ia sedikit menyunggingkan senyuman.
Afgan duduk dan menggengam tangan Rossa. Ia menciumi tangan Rossa.
Hingga Rossa membuka matanya perlahan.
"Agan.." ujar nya. Afgan mengangkat kepalanya.
Ia mengelus kepala Rossa. "Hey. Kamu udah bangun. Ada yang sakit hm?" Tanya Afgan. Rossa diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGASA
RomanceAfgan Gevanio Bagasditya siswa laki laki yang terkenal cerdas. Afgan dikenal dengan segala kemisteriusan nya juga terkenal dengan sifatnya yang sangat dingin dan keras kepala. Gelang hitam di pergelangan tangan kanan nya itu menjadi ciri khas nya. ...