25. Tentang Daniel

78 8 13
                                    

"Tentang janji pada seorang ibu. Tentang dendam atas kepergian seseorang. Dan tentang cinta yang hadir tanpa tahu ternyata berada diantara janji dan dendam."
.
.
.


Malam yang sangat indah. Bulan bersinar dengan begitu terang. Bintang-bintang ada menghiasi langit. Angin malam yang begitu sejuk.

Afgan kini menghadap Rossa. Dengan wajah serius. Saat ini seperti nya cocok untuk berbicara apa yang dari tadi ada di benak Afgan. "Cha, aku mau nanya." Ujar Afgan. Rossa menengok melihat Afgan.

"Pas dirumah kamu, kan kamu bilang kamar yang kita masukin itu kamar kakak kamu." Ujar Afgan. Rossa mengangguk.

"Iyah kenapa?" Tanga Rossa. Afgan menghela nafasnya.

"Kok kamu ga pernah ngomong ke aku, kalau kamu punya kakak?" Tanya Afgan. Rossa tersenyum.

"Kamu ga nanya." Jawab Rossa simple. Afgan menghela nafasnya kesal.

"Ya kan, harusnya kamu ngasih tau gitu." Ujar Afgan.

"Buat apa agaan.." ujar Rossa.

"Ya kan gini cha. Aku ini kan pacar kamu yah." Ujar Afgan.

Rossa mengangguk. "Iyah terus.." Rossa menatap Afgan.

"Ya aku kan harus deket sama semua keluarga kamuu.. biar semua keluarga kamu tuh ngerestuin hubungan kita.. trus kalau kamu ngasih tau aku, kalau kamu punya kakak, siapa tau aku bisa deket banget sama kakak kamu, bisa jadi best friend mungkin." Ujar Afgan. Membuat Rossa tertawa.

Afgan susah ditebak. Kadang sok dingin, kadang kayak anak kecil seperti ini.

"Gan. Kakak aku di Australia. Percuma juga kan aku kenalin ke kamu, kamu juga deketinnya gimana? Makanya aku tuh dari awal kita jalin hubungan aku mau kenalin kakak aku setelah dia balik ke Indonesia." Ujar Rossa memberikan sedikit penjelasan. Afgan hanya mengangguk anggukan kepalanya.

"Oh di Australia." Ujar Afgan. Afgan teringat satu hal. Australia. Dan Daniel.

"Cha." Panggil Afgan.

"Apa?" Tanya Rossa.

"Nama kakak kamu, Daniel..?" Tanya Afgan.

Rossa mengangguk. "Iyah. Namanya kak Daniel. Daniel Angkasa Sagara." Ujar Rossa menyebutkan nama panjang kakaknya itu.

Nama yang sangat tidak asing bagi Afgan. Afgan mengalihkan pandangannya.

.
.

#flashback on

Beberapa tahun yang lalu...

Di siang hari yang begitu panas. Afgan sedang berjalan di sekitar taman kota. Di perjalanan. Afgan melihat sedang ada yang di keroyok.

"Eh itu ada yang di keroyok. Kita tolongin." Ujar Afgan.

"Ayo ayo." Teriak Kelvin. Memukul punggung Bryan.

Afgan, Kelvin dan Bryan, berlari menolong laki-laki yang di keroyok itu.

Semua tumbang di tangan Afgan, Kelvin, dan Bryan. Ketiganya menghampiri laki-laki yang sudah tersungkur tidak berdaya.

"Mas, mas ga papa? Perlu kita bawa ke rumah sakit mas?" Tanya Afgan.

"Ga, saya gapapa. Terimakasih banyak sudah bantu saya." Ujar laki-laki itu. Afgan mengangguk. Membantu laki-laki itu berdiri.

Laki-laki itu mengulurkan tangannya. "Saya Daniel. Daniel Angkasa Sagara." Ujar laki-laki bernama Daniel.

Afgan menerima uluran tangan Daniel. "Saya Afgan Gevanio Bagasditya. Panggil aja aja Afgan." Ujar Afgan. Daniel mengangguk anggukkan kepalanya.

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang