21. Kepercayaan

80 9 4
                                    

"aku hanya seorang manusia biasa yang akan melakukan salah suatu saat nanti.."
-Afgan-
.
.
.

Selesai belajar bersama. Olivia pamit pulang terlebih dahulu. Sedangkan Afgan masih berada dirumah Rossa.

"Assalamualaikum." Salam seorang perempuan dari luar. Membuat Rossa yang sedang membereskan meja yang berantakan juga Afgan yang ikut membantu, keduanya menengok.

"Mama." Ujar Rossa. Ia mencium tangan sang mama. Begitupun Afgan. "Tante." Ujar Afgan.

"Eh Afgan masih disini. Tante kira udah pulang. Soalnya tadi Tante ketemu Olivia di jalan." Ujar mama Rossa. Afgan tersenyum kecil.

"Agan bantuin ocha beres beres dulu tan. Ga enak udah numpang, ga bantu beres-beres." Ujar Afgan. Mama Rossa terkekeh.

"Pacar yang baik." Celetuk mama Rossa. Membuat Rossa menatap mama nya terkejut.

"Mama apaan sih." Ujar Rossa.

"Udah ah mama mau ke belakang, masak." Ujar mama Rossa.

"Oh iya, nanti Afgan jangan pulang dulu ya, kita makan sama sama, ocha, Tante, dan om." Ujar mama Rossa.

"Eh ga Tante, agan ga enak, agan langsung pulang aja." Ujar Afgan. Mama Rossa menggeleng.

"Ga ada penolakan. Mama kebelakang dulu ya cha, gan. Inget ya Afgan jangan pulang dulu." Ujar mama Rossa lalu pergi berlalu.

"Aku seperti nya udah diterima dengan baik jadi menantu mama kamu." Ujar Afgan. Membuat Rossa yang sedang mengelap meja mengangkat kepalanya.

"Ish apaan sih, pacaran aja belum lama, udah mikirin ke sana." Ujar Rossa. Ia kembali melanjutkan bersih-bersih nya.

Afgan terkekeh. "Kata orang, pacaran lama-lama belum tentu sah, malah katanya lebih bagus pacaran sebentar tapi sah, dan bersama selamanya, daripada pacaran lama bertahun-tahun tapi akhirnya selesai dengan cara menyakitkan." Ujar Afgan. Rossa mencubit pinggang Afgan.

"Ish, kita masih SMA agaannn... Udah ah cepetan bersihin nya, aku mau makan laper, kita belum makan dari siang." Keluh Rossa. Afgan terkekeh.

"Aku sih udah kenyang, kenyang sama cinta kamu." Ujar Afgan. Rossa kembali mencubit pinggang Afgan.

"Nyebelin kamu mah." Ujar Rossa, ia melangkah pergi.

"Mau kemana?" Tanya Afgan.

"Ke belakang, naruh piring." Jawab Rossa lalu pergi. Sesungguhnya pipi nya sudah memerah dan dia juga seperti terbang di angkasa sekarang. Afgan tersenyum.

Afgan duduk di sofa dan memainkan handphone nya. Tidak lama terdengar salam dari luar rumah. Membuat Afgan menengok. Ternyata papa Rossa.

Afgan berdiri dan mencium tangan papa Rossa. Papa Rossa hanya tersenyum.

"Eh papa udah pulang. Langsung ke meja makan aja pah udah ditungguin mama, makan malam nya udah siap." Ujar Rossa ia mencium tangan sang papa.

"Oh gitu. Karena Afgan pas disini jadi sekalian aja ikut makan malam." Ujar papa Rossa. Membuat Rossa mengangkat alisnya. Kenapa kedua orang tua nya sangat terbuka pada Afgan.

Bukan hanya mengajak Afgan makan, bahkan waktu itu mereka juga menginginkan Afgan dan kakak Afgan makan bersama dengan mereka. Kedua orang tua nya sangat menerima Afgan sebagai kekasih nya saat ini.

"Tadi mama udah bilang gitu pa. Malahan mama bilang pas agan nolak "ga ada penolakan!" Gitu, jadi agan ga pulang-pulang, nungguin papa pulang." Ujar Rossa. Membuat papanya tertawa.

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang