27. Pilihan

61 5 11
                                    

"kadang pilihan yang kita anggap terbaik justru adalah pilihan yang terburuk."
.
.
.


Afgan berjalan ke dekat Rossa.

"Neng ocha ini bakso nya." Ujar ibu kantin. Rossa tersenyum.

"Terimakasih buu.." balas Rossa ramah.. saat hendak mengambil bakso. Tiba tiba ada tangan yang mengambil mangkuk bakso yang ada di meja. Membuat Rossa menengok.

"Agan." Sebutnya.

"Aku yang bawa." Ujar Afgan. Rossa tersenyum menunduk malu.

"Cieee.. duh kapan gw punya pacar." Ujar Grace.

"Sama aku aja mah ga grace?" Tanya Jeri mendekati Grace.

"Hih. Ga makasih." Balas Grace. Membuat seluruh teman-teman Jeri tertawa.

"Mampus.. makanya jangan caperr tikus got." Ujar Kelvin. Jeri hanya berdecak kesal.

Saat bakso Afgan juga sudah jadi Afgan mengambil nya. "Ayo." Ujar Afgan pada Rossa. Rossa mengangguk.

Mereka berjalan mencari tempat kosong. Diikuti teman-teman mereka.

Mereka menghabiskan waktu istirahat mereka dengan memakan makanan mereka sambil bercanda ria.

Afgan kini menatap Rossa yang sedang bercanda dengan wajah datar nya. Terlihat datar namun sebenarnya Afgan sendiri sedang bersedih.

"Cha. Tuhan ga adil yah. Disaat aku nemuin kamu sebagai perempuan yang selalu buat aku bahagia dengan segala sifat kamu, yang buat aku nyaman dengan semua perlakuan kamu, dan yang menyayangi aku dengan ketulusan hati, kenapa tuhan menghadirkan cobaan seberat ini cha. Cobaan yang membuat aku harus memilih melupakan luka itu dan bahagia bersama kamu, atau aku harus melepaskan kamu cha. Sayangnya pilihan pertama saat ini masih terlalu sulit cha. Luka yang kakak kamu buat terlalu dalam untuk kehidupan aku. Kehilangan seorang ibu adalah sebuah duka terbesar buat seorang anak. Dan lebih sakitnya lagi dia tidak mengakui perbuatannya saat itu." Ujar Afgan dalam hatinya.

Tanpa sadar Afgan sudah melamun cukup lama. Rossa menepuk bahu Afgan.

"Agan." Sebut Rossa. Membuat Afgan tersadar.

"Kamu kenapa?" Tanya Rossa.

Afgan menggeleng. "Engga, aku gapapa." Ujar Afgan. Rossa menghela nafasnya.

"Serius, tadi kamu melamun, liatin aku ada masalah? Berkaitan dengan aku?" Tanya Rossa. Membuat Afgan terkejut.

Afgan langsung menggeleng cepat. "Ga, ga berkaitan sama kamu, dan ga lagi ada masalah juga sekarang. I'm okay." Ujar Afgan. Rossa mengangguk anggukkan kepalanya.

Alfarez yang mengetahui keadaan nya hanya menunduk. Ia tahu harus apa. Tutup mulut dan merahasiakan semuanya, tanpa dicurigai oleh siapapun.

Alfarez sedikit melirik Afgan yang ada di hadapannya. Bertepatan dengan Afgan yang melihatnya.

Alfarez kembali menurunkan pandangan menatap minuman di hadapan nya.

"Cha. Aku ke toilet sebentar yah." Ujar Afgan pada Rossa. Yang di balas dengan anggukan dan senyuman.

Afgan pergi ke toilet dengan semua kebimbangan di hatinya. Tentang hubungannya dengan Rossa, Tentang kebencian nya pada Daniel, Tentang kepercayaan kedua orang tua Rossa, dan Tentang cintanya pada mama nya.

Afgan bingung harus apa. Jika dia salah mengambil keputusan maka penyesalan itu pasti ada. Tidak saat ini keputusan apapun yang Afgan ambil pasti ada penyesalan nya.

Entah hatinya yang akan sakit, atau justru raga nya yang akan ia sakiti sendiri.

Tidak lama Afgan dari toilet tepat di hadapan nya saat ini adalah Alfarez.

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang