03. Makan Malam Bersama

119 12 6
                                    

"Memahami seseorang memang sulit. Jadi lebih baik tidak usah. Biarkan waktu yang akan menunjukkan siapa sebenarnya orang tersebut."
.
.
.


Malam ini. Seluruh siswa berkumpul di ruang makan. Mereka dipersilahkan untuk menyantap makan malam yang sudah disediakan pihak hotel.

Namun kejadian tidak terduga dialami Rossa dan Afgan.

Pyarrr...

Gelas digenggaman Rossa jatuh setelah dirinya bertabrakan dengan Afgan. Si manusia yang ia sebut sebagai patung berjalan. "Astaghfirullah." Ujar Rossa. Ia menatap Afgan. "Kalau jalan tuh liat liat. Udah buru buru, ga liat liat. Jatoh kan tuh pecah." Rossa memarahi Afgan dengan suara khasnya.

Afgan diam di tempat. Ia tidak menanggapi perkataan Rossa. Rossa kesal. "Arrgh percuma gw ngomong sama patung berjalan. Ga akan di denger juga." Kesal Rossa. Ia berjongkok dan berniat membersihkan pecahan gelas.

Afgan menatap Rossa yang membantu staff membersihkan pecahan gelas itu. Ia memperhatikan gerakan Rossa. Hingga. "Aw." Rintih Rossa. Ia memegangi tangan kirinya yang berdarah. Salah satu jari nya terkena pecahan gelas itu. Darah mengalir deras di salah satu jemarinya.

Afgan terkejut. Dia langsung menghampiri Rossa dan meraih tangan Rossa. Membuat Rossa sangat terkejut. Afgan menatap jari Rossa yang masih mengeluarkan darah.

"Lu ngapain sih pake ikutan beresin pecahan gelas. Ada staff lu ga perlu kayak gini. Berdarah kan." Ujar Afgan. Ia merogoh saku nya dan mengambil sapu tangan miliknya. Ia mengelap darah di jari Rossa dengan sapu tangan miliknya.

Rossa melihat perbuatan Afgan dengan tatapan tak percaya. Dan wajah terkejut nya. Benar benar seperti mimpi di siang bolong. Rossa di perhatikan seperti itu oleh si patung berjalan.

"Mba ada plester ga?." Tanya Afgan pada salah satu staff. "Ada mas, tunggu saya ambilkan dulu ya mas." Jawab staff tersebut. Ia bergegas mengambil plester permintaan Afgan. Tak lama staff itu kembali dengan plester. Dan langsung memberikan nya kepada Afgan.

Afgan membalut luka di jemari Rossa dengan plester itu. Rossa hanya terdiam melihatnya. "Udah. Jangan lupa plesternya di ganti kalau udah ga layak pakai." Ujar Afgan. Rossa diam. Menatap Afgan yang sedari tadi berjongkok di hadapannya.

"Lu beneran kerasukan nih kayaknya. Bisa jadi perhatian gini. Wah ga bener nih. Lu harus diruqyah sebelum setan nya nyaman di tubuh lu." Ujar Rossa. Afgan menengok Rossa.

"Dibantuin tuh terimakasih. Bukan malah nuduh orang." Ujar Afgan. Dia berdiri. Rossa ikut berdiri. Afgan berlalu pergi meninggalkan Rossa dan teman teman nya yang terkejut dengan sikap dirinya di ruang makan.

Rossa mengejar Afgan. "Afgan tunggu." Teriak Rossa. Membuat Afgan menghentikan langkahnya. Rossa kini berada di samping Afgan. "Apa?." Tanya Afgan. Rossa menghela nafasnya. "Gw cuman mau bilang thanks udah ngobatin luka gw." Ujar Rossa memperlihatkan tangannya yang luka.

"hm." Balas Afgan. Ia kembali melangkah kan kaki nya. "gw tetep nyaranin lu buat ruqyah ya supaya bersih tubuh lu dari setan setan." Teriak Rossa pada Afgan. Afgan tidak menghiraukan nya. Ia pergi begitu saja.

Rossa menghela nafasnya. "Aneh banget tuh orang. Kayak nya emang kerasukan deh. Tiba tiba perhatian gitu dari kemarin." Gumam Rossa. Ia menggeleng gelengkan kepalanya. Dan pergi kembali ke kamarnya.

Namun belum sampai ke kamarnya Rossa berpapasan dengan teman Afgan. Kelvin. Si tiang listrik. Itu sebutan Rossa untuk Kelvin. Karena tinggi Kelvin yang membuat Rossa harus mendangak setiap berbicara dengannya.

"Rossa. Gw cuman mau nanya satu hal. Apa yang lu lakuin sampai Afgan bisa seperhatian itu sama lu?." Tanya Kelvin pada Rossa. Yang sukses membuat Rossa terkejut. "Gw ga lakuin apa apa vin. Gw aja kaget dia bisa perhatian sama gw. Aneh. Kerasukan kayak nya dia." Ujar Rossa.

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang