34. Kenyataan Yang Harus Diterima

67 6 3
                                    

"kenapa harus aku?"
-rossa-
.
.
.

Beberapa waktu kemudian..

Kini Rossa dan sang mama berada di dalam ruang dokter. Duduk berhadapan dengan dokter. Dokter Shania. Dokter muda yang merupakan kekasih dari Daniel.

Rossa menunduk memainkan jarinya. Ia sangat takut mendengar apa yang terjadi pada nya.

"Gimana dok? Ocha baik-baik aja kan ya?" Tanya mama Rossa.

Dokter Shania menghela nafasnya. Memasang wajah kurang enak. "Tante.. ini hasilnya. Boleh dilihat.." ujar dokter Shania menyerahkan hasil pemeriksaan.

Mama Rossa mengambil dan membaca nya. Wajahnya seketika berubah saat melihat satu kata yang tertera di kertas itu.

"Leukemia stadium 3.." ujar mama rossa. Yang sukses membuat Rossa mengangkat kepalanya menghadap depan dan mematung. Tangannya gemetar. Tak sadar satu tetes air matanya nya jatuh. Seketika hatinya hancur.

Fikiran nya langsung berputar ke kenyataan buruk yang terjadi padanya ini. Dan apa yang akan terjadi di masa depan.

"Ini tidak salah orang dok? Ga mungkin, saya ga percaya dengan hasil ini." Ujar mama Rossa.

Dokter Shania hanya bisa menghela nafasnya. Ia pun ikut sedih. Sama seperti Rossa dan mama nya saat ini. Karena bagaimanapun Shania telah menganggap keluarga Daniel adalah keluarga nya sendiri.

"Hasil itu benar tan. Sebelum shania menyerahkan hasil ini ke tante dan ocha, Shania juga ga percaya. Shania cek berkali kali.. berharap hasilnya salah. Tapi hasilnya yang ada di hadapan tante itu benar tan." Ujar dokter Shania.

Mama Rossa menengok melihat Rossa yang benar benar diam. Tapi tak henti air matanya mengalir deras.

Mama Rossa memeluk anak kesayangan nya itu. Biar bagaimanapun walaupun pahit tapi inilah kenyataan nya. Dan harus diterima. Serta di situasi saat ini Rossa membutuhkan dukungan dari orang tersayang nya.

Rossa melepaskan pelukan sang mama dan berlari pergi. Mama Rossa hanya diam membiarkan anaknya menenangkan dirinya terlebih dahulu.

"Awalnya Shania hanya ingin memberi tahu tante.. tapi setelah Shania berfikir, ocha berhak tau apa yang di alaminya. Shania ikut sedih Tan.. tapi Shania janji, Shania akan terus berusaha untuk kesembuhan ocha. Shania yakin ocha bisa sembuh tan. Shania akan terus dampingi ocha." Ujar Shania. Mama Rossa tersenyum.

"Terimakasih ya sayang.. Daniel beruntung punya kamu.. Tante berterima kasih banyak.." ujar mama Rossa.

"Udah jadi kewajiban Shania tante.. ocha sudah seperti adik kandung Shania sendiri. Jadi Shania pasti akan lakukan yang terbaik buat ocha.." ujar Shania.

"Yasudah tante pamit yah.. assalamualaikum.." ujar mama Rossa. Shania tersenyum. Dan mencium tangan mama Rossa.

Mama Rossa pergi. Dan dokter Shania duduk di kursinya menghela nafasnya sambil menatapi kertas di depannya.

1 jam kemudian..

Shania yang sedang duduk melihat beberapa berkas pasien nya. Mengangkat kepalanya saat pintu ruangan nya terbuka.

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang