37. Tentang Takdir itu

86 7 8
                                    

"bertahanlah.. bukankah kita sama-sama berjanji akan selalu bersama dan bahagia? Maka penuhilah janjimu.. jangan tinggalkan aku.."
-afgan-
.
.
.

Afgan hanya diam sejak Rossa membelakangi dirinya. Afgan tahu yang Rossa rasakan.

Tidak lama Rossa kini menatap Afgan. Dengan mata yang sudah basah.

"Iya kamu ga ngerasa sakit. Tapi aku sedih gan. Rasanya sakit banget. Kamu ada masalah tapi kamu malah ngelukain diri kamu sendiri. Kenapa ga cerita sama akuu?? Kenapa harus dengan cara ini?? Kamu ga kasian sama aku? Mana ada seorang pacar yang biasa aja ngeliat pacarnya ngelukain diri sendiri.. engga ada gan." Ujar Rossa. Afgan terdiam. Dia akan membiarkan Rossa berbicara terlebih dahulu.

"Jangan ulangi lagi yah. Aku mohon.." ujar Rossa. Afgan tersenyum. Mengelus kepala Rossa.

"Iya, aku janji. Aku ga akan ulangin lagi. Kamu jangan nangis lagi.." ujar Afgan. Ia menghapus air mata Rossa.

Rossa langsung memeluk Afgan. Afgan membalas pelukan itu. Membelai kepala Rossa lembut.

Daniel yang melihatnya menatap Shania. Kekasihnya. Bahkan dengan Shania pun Daniel jarang melakukan itu. Kini dia tahu bahwa Afgan adalah laki-laki terbaik yang tuhan kirimkan untuk adiknya itu.

Rasa cinta dan sayang yang dimiliki Afgan ternyata tidak main-main. Semua terlihat jelas dari perlakuan Afgan pada Rossa. Afgan bisa menempatkan diri nya. Bagaimana dia bersama Rossa dan bagaimana dia bersama yang lainnya.

"Dia bisa jaga adik kamu nil.. lihatlah. Selembut itu perlakuan nya pada adikmu. Berbeda sekali dengan perlakuannya kepada orang lain. Baginya adikmu berharga nil. Maka dari itu dia memperlakukan adikmu berbeda dengan dia memperlakukan orang lain." Ujar Shania yang menatap Afgan dan Rossa. Senyum terukir di wajah Daniel yang menatap Shania.

Daniel melingkar kan tangannya di bahu Shania. "Iya aku percaya sama Afgan." Balas Daniel. Shania melihat Daniel sekilas dan tersenyum.

Afgan menyuapi Rossa. Afgan sesekali melayangkan candaan yang membuat Rossa tertawa. Suasananya terlihat begitu bahagia.

"Kamu pilih pagi, senja, atau malam?" Tanya Rossa.

"Senja." Jawab Afgan.

"Kenapa senja?" Tanya Rossa.

"Kamu tahu kita pertama kali ketemu?" Tanya Afgan. Rossa mengangguk.

"Kita ketemu di taman. Waktu itu tepat di waktu matahari tenggelam. Semburat merah terlihat jelas di langit. Senja yang menjadi saksi pertemuan laki-laki yang mengendarai motor dan hampir menabrak gadis mungil yang menyeberang tanpa lihat kanan kiri." Ujar Afgan. Rossa membulatkan matanya. Gadis mungil itu dia.

Rossa memukul lengan Afgan. "Ish nyebelin kamu.." ujar Rossa. Afgan terkekeh.

"Aku suka senja, karena senja lah saksi aku bertemu dengan perempuan yang selama ini aku cari. Perempuan dengan hati baik, paras cantik, lugu, rasa sayangnya tulus. Dan karena senja juga yang mengajarkan aku bahwa yang indah tidak akan bertahan selamanya. Walaupun sebentar tapi kesan indah itu berbekas." Ujar Afgan. Rossa tersenyum.

Sejujurnya dia ingin menangis. .."Dan karena senja juga yang mengajarkan aku bahwa yang indah tidak akan bertahan selamanya. Walaupun sebentar tapi kesan indah itu berbekas.".. kata-kata Afgan itu sangat menggambarkan semua keadaan saat ini.

"Iya gan.. cerita kita indah.. dan kamu benar.. cerita kita itu ga akan bertahan selamanya.. mungkin aku lah yang akan mengakhiri nya.. tapi kenangan itu akan membekas di hati aku gan.. terimakasih banyak.. aku sayang banget sama kamu.." batin Rossa.

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang