Jiniel dan Appa🧔‍♂️

103 10 8
                                    

Like father like son

Sebuah istilah yang mungkin tidak asing lagi, sering banget bersliweran. Kalau menurut author cari di aplikasi translate karena jujur saya tidak bisa bahasa inggris artinya seperti ayah seperti anak. Jadi istilah itu di artikan sebagai kesamaan antara ayah dan anak laki-lakinya.

Koreksi yah kalau salah, wkwkwk

Jiniel memandang benda persegi kaca di depanya, tanganya terlipat di depan, kakinya berjinjit karena tinggi benda itu lebih dari ukuran tubuh Jiniel. Walaupun bisa di bilang Jiniel ini tinggi juga, kalau dibanding sama bapaknya yang tingginya 182 Jiniel ini se pahanya bahkan udah sampai pinggulnya. Bisa di bayangkan anaknya lumayan bongsor buat 4 tahunan.

"Lagi lihat apa Nak?" Tiba-tiba dapat Jiniel rasakan ada seseorang yang memeluknya dari arah belakang.

"Lihat burung Eomma" jawab Jiniel sambil tanganya menunjuk dua burung bermesraan di pohon.

"Burungnya ada dua" Jihyo menganggukan kepalanya mengiyakan.

"Eomma, kenapa kita tidak memelihara burung?".

"Heh?" Sempat beberapa kali Jihyo mengerjapkan matanya, bukanya dia tidak mau cuman dia nggak tahu cara merawatnya.

"Karena burung perlu terbang bebas di langit, kasihan apabila kita kurung nanti burungnya sedih melihat temanya terbang tinggi" untungnya Jihyo bisa langsung ngeles.

"Oohhh" dan Jiniel cuman mangut-mangut aja padahal aslinya dia tahu kalau Eommanya itu tidak mau memelihara burung, dan tujuan Jiniel tanya begitu cuman iseng-isengnya dia aja.

"Jiniel nggak mandi?".

"Lah mau kemana Eomma?" Jujur Jiniel sebenarnya malas mandi, sangat sekali males mandi hari ini, apalagi kalau libur sekolah Jiniel mandi paling kalau akan pergi doang, Walaupun Jihyo harus ngomel-ngomel nyuruh dia mandi.

"Emangnya mandi kalau harus pergi kemana?".

"Ya untuk apa kita mandi jika hanya berada dirumah Eomma? Tidak ada yang akan melihat kita dirumah kan?".

"Udah pinter ngeles ya Jiniel sekarang" sedangkan anaknya cuman ketawa malu.

"Mandi itu biar bersih, biar badanya seger juga terus kalau mau melakukan sesuatu jadi semangat. Mandi itu 2 kali sehari, walaupun kita hanya dirumah saja. Mandi sana nanti keburu Appa jemput".

"Heh Apppa?" Seketika Jiniel langsung menoleh ke arah Eommanya kaget, Appa? Tunggu kenapa ayahnya akan menjemputnya hari ini?.

"Iya, hari ini Jiniel main sama Appa dulu ya. Eomma ada latihan sama ada acara radio, jadi Jiniel sama Appa dulu ya? Tidak apa-apa kan Nak?".

"Tidak apa-apa Eomma" tentu Jiniel tidak keberatan, wajahnya langsung senyum sumringah dan jangan lupa dia langsung semangat niat nawaitu buat mandi.

"Tumben Eomma nitipin Jiniel ke Appa, biasanya Ke Paman Seungyoun".

"Karena Eomma ingin Jiniel bermain bersama Appa, toh hari ini Paman Seungyoun dan Yena Nuna enggak ada dirumah. Mereka pergi ke rumah orangtuanya di luar negri selama beberapa minggu".

"Eh iya Jiniel lupa," padahal kemarin Jiniel di pamiti sama Seungyounya sendiri.

"Nah sekarang Jiniel mandi sana nanti keburu Appa jemput Jiniel".

"Okey tapi sebentar. Dadah..dadah" tiba-tiba saja Jiniel melambaikan tangan ke arah pohon mangga depan rumah. Jihyo mengerutkan keningnya bingung, Jiniel dadah-dadah ke siapa?.

"Jiniel menyapa siapa Nak?" Jihyo mencoba bertanya, dia juga sedikit takut karena kalau menurut arah tangan Jiniel disana nggak ada siapa-siapa.

"Itu ada Nuna-Nuna di pohon Eomma, dia dadah ke Jiniel" seketika tubuh Jihyo langsung merinding, tidak-tidak mungkin Jiniel mana punya kemampuan melihat makhluk tak kasat mata, maksudnya kalaupun memang punya itu dari siapa? Jihyo tidak indigo, Daniel juga tidak indigo. Bapak ibunya Jihyo juga nggak bisa "melihat".

Dunia Park JinielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang