Jiniel dan Masuk SD

21 4 0
                                    

Ini sebenarnya cerita tahun lalu, tapi author baru sempet nulis sekarang. Maklum namanya pelajar tingkat akhir itu memang hetic.

Pagi ini, Jiniel memandang dirinya sendiri yang menggunakan seragam sekolah dasar berbeda dari seragamnya TK. Seragam merah pendek dengan celana coklat karena tahun ajaran baru dimulai ketika musim panas tiba.

Bagaimana perasaan Jiniel sekarang? Campur aduk, senang tapi takut menjadi satu. Tapi Jiniel segera turun menuju ruang makan dengan tas yang sudah siap, seperti biasa Jiniel anak  mandiri dan tertib dengan barang bawaan ke sekolah walaupun Jihyo tetap akan memeriksa tas Jiniel sebelum berangkat.

"Jiniel udah siap sayang, pinter anak Eomma." Jihyo menyambut Jiniel dengan senyum pada wajahnya, mengajak Jiniel untuk bergabung bersama di meja makan.

"Wah, apa ini bekal Jiniel hari ini Eomma? Lucu banget temanya airplane, Jiniel suka."

"Eomma seneng kalau Jiniel suka, gimana perasaan Jiniel hari ini. Udah besar anak Eomma, udah jadi anak SD. Jiniel happy nggak?"

"Enggak, Jiniel takut." Seperti biasa Jiniel ini anaknya jujur amat. Jihyo mengangguk, dia sebenarnya tahu tanpa harus bertanya tapi Jihyo ingin agar Jiniel terbuka dan bercerita apa saja.

"Kenapa Jiniel kok takut? Jiniel udah sekolah berapa kali coba? TK aja Jiniel 3 tahun loh."

"Ini beda, Jiniel akan bertemu dengan lingkungan yang baru, teman-teman baru, sekolah baru, guru baru. Kalau TK kemarin kan Jiniel sekolahnya sama bahkan guru Jiniel aja Bu Areum, Eomma. Kalau nanti Jiniel dapat guru galak ginana?"

"Jiniel, tidak kenal maka tidak sayang. Waktu dulu Jiniel masuk sekolah setelah para hyung sudah lulus, Jiniel juga takut kan kalau nanti teman-temannya Jiniel bagaimana, terus gurunya galak apa enggak? Buktinya, semua itu tidak terjadi dan hanya ada dalam pikiran Jiniel kan?"

"Iya."

"Nah, semua itu sama saja Jiniel. Asalkaan Jiniel baik sama orang, Jiniel nggak nakal, Jiniel ramah, Jiniel sopan, semua akan baik-baik saja. Jiniel nggak perlu takut ok?"

"Tapi Eomma, Jiniel belum bisa membaca. Kalau temen-temen nanti bakal mengejek Jiniel bagaimana?" Seketika Jihyo tersenyum, dia mengelus puncak kepala Jiniel pelan.

"Jiniel, sekolah itu tempat untuk belajar. Dari yang nggak tahu Jiniel jadi tahu, kalau Jiniel saat ini belum bisa membaca, itu sangat wajar sayang. Bahkan nanti, temen-temenya Jiniel juga masih sedikit yang bisa membaca, nggak apa-apa. Nanti Jiniel sekolah pelan-pelan bisa membaca kok." Ada sedikit nada tidak tega dari Jihyo untuk mengatakan ini bahwa Jiniel akan masuk kelas disleksia sama seperti kondisinya.

"Benarkah Eomma?"

"Iya, jadi Jiniel nggak usah takut. Nanti Eomma temenin Jiniel kok. Apa mau ditinggal?"

"Eomma kan mau latihan, nanti Twice Nuna gimana kalau Eomma menunggu Jiniel sampai selesai. Nggak usah Eomma, Jiniel bisa kok."

.......

Suasana Sekolah dasar benar-benar ramai, banyak orangtua sibuk mengantarkan para anak-anak yang akan mulai masuk dunia sekolah. Jihyo menggandeng taangan kecil Jiniel menuju sebuah kelas dengan gedung terpisah.

Sekolah tempat Jiniel sekarang adalah sebuah sekolah swasta, dimana mereka menerima anak-anak berkebutuhan khusus juga seperti Jiniel yang memang disleksia maka Jiniel akan masuk kelas khusus anak disleksia. Tentunya dengan harga yang tidak murah, tapi untuk Jiniel, Jihyo sama sekali tidak keberatan mengeluarkan banyak uang karena memang itu tanggung jawabnya.

Jihyo juga merasa tidak ada pilihan lain, pada kota mereka hanya ini sekolah yang bisa menerima kondisi Jiniel, seorang anak prematur  yang harus menerima banyak kekurangan membuat sampai sekarang Jihyo tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.

Dunia Park JinielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang