Cerita ini terjadi ketika pertama kalinya Jiniel ke gedung JYP Entertaiment.
"Jiniel, ayok mam sini." Pagi hari ini suasana rumah Jihyo sudah sangat sibuk, lebih tepatnya yabg sibuk Jihyo doang sedangkan Jihoon masih molor.
Jiniel berumur 16 bulan sekarang, hampir berumur dua tahun anak itu sudah sangat pesat perkembanganya, dari mulai lari, teriak-teriak, mengucapkan beberapa kata, bahkan Jiniel sudah bisa berantakin barang, kalau ini dari dulu malah.
Walaupun masih bayi, Jiniel ini anak rajin. Dia sudah bangun bahkan sebelum omnya sendiri bangun. Dari tadi Jiniel hanya gulang-guling di karpet masih pakai baju tidur gambar pesawat.
"Jiniel, mamam yok."
"Mam." Ada satu hal yang unik dari Jiniel, dia terkadang menirukan apa yang Jiniel dengar. Seketika Jiniel langsung duduk.
"Iya mam, satu, dua, tiga." Dengan sigap Jihyo menggendong tubuh Jiniel untuk dia bawa ke meja makan khusus untuknya, sudah ada menu disana berupa bebapa potong brokoli, nasi tim ayam, telur goreng dan ada juga tambahan nugget yang Jihyo buat sendiri.
Di umur 16 bulan ini Jiniel sudah makan apa saja, walaupun gigi Jiniel yang belum sepenuhnya lengkap dan agak lambat pertumbuhanya karena kelahiran prematur, tapi anaknya bisa makan dengan baik. Ada satu hal membuat Jihyo sedih dengan perkataan Sejeong kemarin.
"Gigi gerahamnya Jiniel nggak akan tumbuh Hyo, tapi gigi-gigi lainnya akan tumbuh walaupun sedikit lambat tapi untuk gigi geraham mungkin besok ketika Jiniel sudah besar akan kami ganti dengan gigi palsu."
Dan atas rekomendasi Sejeong, Jihyo juga mendatangi dokter mata.
"Mata Jiniel yang kanan minus satu dan yang kiri juga minus 1,5. Untuk sementara kita tunggu dulu sampai anaknya bisa pakai kacamata."
Dan semua itu penyebanya hanya satu
"Karena Jiniel lahir sebelum waktunya."Bahkan teman Jihyo SMA yang jadi psikolog anak juga sempat mengatakan pada Jihyo bahwa kemungkinan Jiniel akan terkena disleksia atau ADHD. Tentu semua itu jelas membuat hati Jihyo sangat terluka.
Tapi apapun itu Jihyo tetap sangat bersyukur Jiniel bisa hidup dan tumbuh dengan baik sama seperti anak normal pada umumnya, Jiniel juga jarang sakit dan masuk angin. Walaupun banyak sekali kekurangan pada tubuhnya bagi Jihyo, Jiniel adalah anak yang sangat istimewa baginya.
Tapi tetap saja, terkadang luka itu kembali terbuka apalagi ketika dia menatap kedua mata Jiniel, sama seperti sekarang ketika menyuapi Jiniel makan, Jihyo mulai teringat perkataan para dokter tadi membuat matanya menunjukkan tatapan sedih.
"Eomma." Panggil Jiniel yang menyadari ibunya sedih, seakan mengerti tangan Jiniel memegang tangan kiri Jihyo yang diletakkan dekat mejanya.
"Puk-puk." Satu hal yang jadi kelebihan Jiniel, anak itu bisa peka dengan keadaan orang disekitarnya seperti saat ini, dia berusaha menggapai lengan Jihyo untuk dia tenangkan dengan kata puk-puk seperti yang Jihyo ajarkan selama ini.
"Eomma tidak apa-apa sayang, terimakasih sudah menghibur Eomma. Yok isi bensin lagi yok, aaaaa." Entah kenapa mulut Jihyo ikut terbuka ketika menyuapi Jiniel.
"Mbak." Bersamaan dengan itu Jihoon datang masih dengan ekspeksi bangun tidur, bahkan rambutnya acak-acakan.
"Apa?"
"Aku nggak bisa nemenin Jiniel hari ini, aku ada jadwal dadakan." Sontak Jihyo terdiam, bahkan sampai berhenti suapin Jiniel.
"Tapi Mbak juga ada jadwal latihan buat comeback Hoon, plis sebentar aja ngga sampai dua jam Mbak pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Park Jiniel
RandomIni adalah dunia Park Jiniel, anak laki-laki dari pasangan idol terkenal. Jiniel lahir memegang sendok emas. Tiap kehadirannya membawa senyum. Namun, di bahunya tersimpan beban. Perceraian orang tuanya membuat Jiniel enggan melihat dunia lebih luas...