Live Alone

49 3 0
                                    

Dalam rangka debut solonya, Jihyo ditawari acara salah satu stasiun TV soal kehidupanya dalam rumah sendiri, awalnya Jihyo bimbang, dia sendiri sebenarnya tidak masalah namun dia juga memikirkan Jiniel, apakah anaknya mau apabila rumahnya ada kamera, atau apakah Jiniel mau apabila kehidupanya di ekspos, kalaupun tidak juga Jihyo tidak akan memaksa.

Dia bisa saja menitipkan Jiniel pada Hanna atau membatalkan acaranya, namun reaksi Jiniel jauh berbeda dari apa yang Jihyo duga.

"Tidak apa-apa Eomma, Jiniel mau aja kok kalau misal rumah ini masuk TV, Jiniel janji akan jadi anak baik dan tidak nakal." Jawab Jiniel ketika Jihyo menyoba "deeptalk" ketika mereka hendak tidur.

"Jiniel, tanpa perlu syuting pun Jiniel sudah jadi anak baik untuk Eomma, Eomma membolehkan Jiniel syuting apabila Jiniel senang dengan acara itu, apabila Jiniel bisa jadi diri Jiniel sendiri bukan Jiniel yang lain." Jawab Jihyo sambil mengelus rambut Jiniel dengan lembut.

"Ada yang Jiniel takutkan Eomma."

"Apa itu?"

"Apa orang-orang tidak masalah kalau Eomma punya anak?" Sontak Jihyo terkejut dengan perkataan Jiniel, entahlah anak itu baru berumur 6 tahun aja belum genap tapi kata-katanya melebihi anak seusianya.

"Nak, sejak awal Eomma mengandung Jiniel sampai Jiniel sebesar sekarang, para Once menerima Jiniel dengan baik kan? Bahkan kemarin ketika Jiniel ikut syuting Time To Twice, banyak orang memuji Jiniel? Iya kan? " Sebenarnya Jihyo sendiri jarang mempublish soal Jiniel, tapi dia sesekali membagikan momentnya bersama Jiniel pada media sosial.

"Iya sih. Baiklah Jiniel mau kok."

Setelah menerima tawaran itu akhirnya dilaksanakan syuting pada hari Sabtu dimana itu libur sekolahnya Jiniel, tapi Jihyo meminta agar kamera jangan ditunjukkan terang-terangan agar Jiniel tidak terlalu tertekan dan menjadi anak itu yang biasanya.

.......

      Pukul lima lagi, Jihyo terbangun dari tidurnya, kepagian sebenarnya untuk jam korea yang standar paginya jam 8. Sejenak Jihyo merenung dahulu, mengumpulkan nyawa baru dia bangun dari tidurnya untuk melipat selimut. Baru setelah itu Jihyo keluar dan dia membuka kamar Jiniel untuk memeriksa apakah Jiniel tidur dengan baik.

Iya bener baik, saking baiknya anaknya udah ada di karpet bukan di kamar tidurnya dengan posisi tengkurap, sontak Jihyo tertawa kecil dia berjalan mendekat kearah Jiniel lalu menggendongnya secara perlahan agar anaknya tidak terbangun, meletakkan kembali tubuh Jiniel diatas kasur lalu membenarkan selimutnya.

"Mimpi apa sih kamu Nak?" Sebelum pergi Jihyo sempatkan mengelus kepala Jiniel pelan lalu memberinya ciuman, tenang aja Jiniel nggak apa-apa, kasurnya sama karpetnya enggak tinggu dan Jihyo sengaja beli karpet yang empuk karena dia tahu Jiniel kalau tidur nurun Jihoon yang nggak bisa diem.

Setelah memastikan Jiniel baik-baik saja, Jihyo berjalan menuju sofa, duduk disana sambil ditemani boneka Teddy Bear putih kesayanganya, TVnya menyala dengan menampilkan film tayangan ulang. Moment ini adalah moment paling Jihyo nikmati dalam harinya, sebagai seorang Ibu tunggal dia jarang bisa mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, kalaupun punya itupun tidak lama.

Seperti sekarang, baru satu jam Jihyo sudah harus mencuci baju, lalu setelah bajunya beres dicuci dia masak sarapan, habis itu nanti bersih-bersih rumah, nyiram tanamanya pakai serbet, dan balik lagi masak sarapan. Tidak terasa dia memasak sampai dua jam bersamaan dengan itu Jiniel membuka pintu kamarnya sambil mengucek mata.

Fyi Jiniel belum tahu kalau dia syuting.

"Eomma..."Panggil Jiniel setengah tertidur, melihat itu tanpa sadar Jihyo tersenyum, dia mematikan kompornya lalu mendekat kearah Jiniel yang masih matanya belum kebuka sempurna.

Dunia Park JinielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang