Pagi ini, rutinitas seperti biasa Jihyo adalah memasak, bukan pagi deng entahlah kebetulan hari ini Jihyo bangun kesiangan, dia biasanya jam enam pagi sudah ada didapur namun sekarang jam sembilan Jihyo baru bangun, untungnya masih ada sisa makanan kemarin sehingga mereka tidak terlalu telat sarapan, tapi pekerjaan rumah tangga tidak akan pernah habisnya, walaupun mereka sudah makan tapi Jihyo masih ada tugas memasak sambil menunggu cucianya beres.
Ada Jiniel di dapur, sibuk mainan sama Lino sambil nungguin ibunya selesai masak, sambil bercerita apa saja dan Jihyo juga berusaha menanggapi sebisa dia. Tapi kali ini Jihyo terdiam, dia berencana akan membuat ikan goreng siang ini hanya saja ikanya habis permirsa mana bumbunya udah jadi.
"Aduh ikanya habis lagi." Terpaksa Jihyo harus membelinya, Jiniel yang menyadari gerak-gerik Eommanya akan pergi otomatis bertanya.
"Eomma mau kemana?"
"Eomma mau ke warung Bu Salim, ikanya habis mau Eomma masak."
"Jiniel aja!" Ucap Jiniel dengan semangat sambil turun dari kursi lalu berlari menghampiri Jihyo sambil lompat-lompat.
"Boleh, Jiniel ikut yok."
"Bukan, Jiniel bukan ikut."
"Terus?"
"Eomma dirumah aja biar Jiniel yang kesana membeli ikanya." Sempat Jihyo terdiam sejenak mencpba memahami apa maksud dari perkataan Jiniel.
"Jiniel mau membeli ikan sendiri?"
"Iya."Merasa Jihyo mengerti membuat Jiniel tersenyum lebar tapi tidak bagi Jihyo, maksudnya Jiniel bahkan belum pernah sekalipun belanja sendiri, anak itu juga belum mengerti namanya uang apalagi Jiniel masih tiga tahun, apa baik-baik aja kalau Jihyo biarkan Jiniel belanja sendiri, ya walaupun cuman tetangga tapikan tetep aja.
"Tapi Jiniel belum bisa beli sendiri, sama Eomma aja ya?"
"Nggak mau! Jiniel mau belanja sendiri, Jiniel sudah besar!" Sontak Jihyo tersenyum, dia berjongkok agar bisa menyamai tingginya dengan tinggi Jiniel sekarang, sebenarnya Jihyo berat mengatakan ini namun tidak ada salahnya sekaligus agar Jiniel belajar hal baru.
"Baiklah kalau Jiniel mau beli ikan sendiri, gini ya nanti Jiniel sampai sana Jiniel cari lemari es yang isinya ikan atau kalau Jiniel tidak menemukan Jiniel minta tolong ke Bu Salim nanti pasti Bu Salim akan membantu mencarikan, lalu kalau sudah Jiniel kasih uang biru ini ke Bu Salim, nanti kalau ada kembalian Jiniel boleh deh beli jajan apa yang Jiniel suka, bisa?" Jelas Jihyo dengan hati-hati sebisa mungkin mencari kata agar Jiniel mengerti.
"Bisa Eomma." Jiniel mengangguk mantap, dia menerima uang biru itu lalu berlari mengeluarkan sepeda.
"Dadah Eomma." Sempat Jiniel berpamitan membuat Jihyo yang tadi sudah yakin menjadi ragu, jujur seorang ibu mana yang tidak khawatir anaknya belanja sendiri untuk pertama kalinya.
"Duh, aku salah ga ya ngebiarin Jiniel belanja sendiri?"
.....
"Rooney Hyung." Sapa Jiniel sambil tersenyum ketika dia menemukan Rooney sedang bermain sendiri didekat sepedanya, merasa Jiniel akan pergi segera Rooney mendekat kearahnya sambil mengeong.
"Hyung, ayo ikut Jiniel ke warung Bu Salim buat beli ikan." Dengan sigap Jiniel menggendong Rooney lalu dia letakkan pada keranjang, fyi sepedanya Jiniel sepeda anak cowok cuman Jiniel minta buat tambahin keranjang katanya biar bisa sepedaan sama Rooney. Sepeda roda dua itu berjalan dengan pelan, sambil bersenandung senang Jiniel begitu menikmati perjalana hari ini.
Ada Rooney bersamanya, kucing itu kucing pintar dia tidak turun dari keranjang dan kabur walaupun Jiniel membawanya naik sepeda, jarak antara rumahnya dengan warung Bu Salim cukup dekat, hanya perlu lima menit mereka sudah sampai ke warung serba apa saja ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Park Jiniel
AléatoireIni adalah dunia Park Jiniel, anak laki-laki dari pasangan idol terkenal. Jiniel lahir memegang sendok emas. Tiap kehadirannya membawa senyum. Namun, di bahunya tersimpan beban. Perceraian orang tuanya membuat Jiniel enggan melihat dunia lebih luas...