"Heum..apa yang dilakukan si kuning itu di dalam sini sebuah buku tua?"."Hah bukan apa-apa".
"Ada apa disini?".
Terdengar suara dari arah TV kotak bewarna hitam yang menampilkan film Spongbop episode buku harian. Dua orang laki-laki sibuk delesoran di atas sofa, yang satu merupakan orang dewasa dan yang satu lagi anak-anak berumur empat tahun, posisi mereka sama. Kaki ditaruh di atas, bantal ditaruh di depan dan tidak lupa keripik kentang yang berada di antara mereka berdua.
"Dek, tahu ga?" tiba-tiba Jihoon iseng bertanya.
"Apa?" tanya Jiniel, penasaran. Dia memandang Omnya dengan tatapan menunggu sebuah jawaban.
"Kalo tiga loli milkita setara dengan 120 kalori".
"Terserah Om" kembali Jiniel mengalihkan pandanganya ke tv, merasa menyesal telah menunggu jawaban Jihoon yang tidak berfaedah. Samar-samar terdengar Jihyo yang sibuk mendorong meja agar dia bisa membersihkan bagian bawahnya dengan lelusa, sejak tadi pagi dialah yang terlihat paling sibuk dari mulai cuci baju, masak, menjemur pakaian, nyetrika, bersihin rumah laba-laba, mengganti spray, cuci piring, ke pasar beli sayur, benakin kompor, bersihin kamar mandi dan sekarang menyapu yang sudah jelas setelah ini pasti Jihyo akan mengepel.
"Mau aku bantu Mbak?" melihat kakaknya yang sudah penuh keringat membuat Jihoon tidak tega, sudah terlihat jelas betapa lelahnya Jihyo saat ini.
"Ga usah Hoon gapapa, mumpung Mbak ada libur, jadi ada waktu buat bersih-bersih" tanpa menatap kembali ke arah Jihoon, Jihyo tetap sibuk menyapu. Dia mengambil karet gelang yang tidak sengaja dia temukan di almari tadi kemudian mengikat rambut panjangnya ke belakang.
"Kalau kalian berdua laper itu ya, Eomma udah masakin sayur sop sama ayam. Nasinya juga udah mateng".
"Eomma tidak makan?" tapi Jiniel malah balik bertanya, dia juga merasa tidak tega melihat ibunya yang sejak tadi pagi sampai sekarang tengah hari tidak berhenti bekerja.
"Eomma udah makan kok, kalian makan dulu aja sana" tangan Jihyo sibuk membersihkan debu menggunakan sulak.
"Udah, kemarin kan maksudnya Mbak?" tebak Jihoon padahal mereka berdua sudah tahu, sejak tadi pagi Jihyo sama sekali tidak membuka rice cooker.
"Iya, Mbak janji habis ngepel nanti Mbak makan" dan benar dugaan Jihoon, pasti setelah ini Mbaknya itu akan mengepel. Jihyo sudah berpindah tempat menuju ke lantai atas.
"Eh dek-dek" merasa Jihyo sudah jauh dari mereka berdua, Jihoon langsung bisik-bisik ala tetangga.
"Jiniel nggak mau ya kalau cuman dikasih tahu soal milkita" mendengar itu Jiniel langsung menolak, dia sudah bisa menebak bahwa Omnya akan memainkanya.
"Kali ini beneran serius suer, besok adalah tanggal 22 Desember".
"Tanggal 22? terus kenapa kalau tanggal 22? apa Om akan jadian dengan kak Yena?" namun Jiniel dengan kurang ajarnya tiba-tiba nyeblak.
"Sembarangan heh amit-amit jadian sama tuh siluman bebek, ga sudi" seketika Jihoon langsung memukul punggung Jiniel pelan, dan Jiniel hanya tertawa puas bisa membalas perlakuan Jihoon tadi.
"Besok adalah hari ibu" ungkap Jihoon pada akhirnya.
"BENARKAH? BESOK ADALAH HARI IBU OM?" refleks Jiniel berteriak membuat Jihoon langsung menutup mulutnya, Jihoon menolehkan kepalanya ke atas untuk memastikan Jihyo tidak mendengarnya.
"Hussttt pelanin suaranya kamutuh, kalau Eomma denger kan ga asyik".
"Jadi gini Dek, ngelihat Eomma bersih-bersih capek kayak tadi tiba-tiba Om punya ide. Kita buat kejutan untuk Eomma sekaligus mengucapkan selamat hari ibu".
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Park Jiniel
RandomIni adalah dunia Park Jiniel, anak laki-laki dari pasangan idol terkenal. Jiniel lahir memegang sendok emas. Tiap kehadirannya membawa senyum. Namun, di bahunya tersimpan beban. Perceraian orang tuanya membuat Jiniel enggan melihat dunia lebih luas...