Jihyo menatap cermin didepanya, memastikan di wajahnya tidak ada apapaun yang menganggu. Dia baru saja selesai mandi dan niatnya habis ini hendak nyapu rumah atau nyuci dulu entahlah, bener kata orang kalau kerjaan rumah itu nggak ada habisnya.
Tapi begitu Jihyo akan mengambil kucir rambut, dia baru sadar kalau kucir rambutnya udah nggak ada.
"Loh? Perasaan dari dulu ada disini nggak pernah kupindah, kok bisa ilang si." Kalau saja yang hilang hanya satu atau dua mungkin Jihyo tidak masalah, tapi ini dari sepuluh karet yang dia punya satupun nggak ada di tempat.
Jihyo terdiam sebentar, mereka dari kemarin hanya tinggal berdua, Jihoon lagi nggak ada dirumah karena comeback, kalau Jihyo tidak menghilangkan karetnya berarti pelakunya hanya satu orang.
Segera Jihyo turun kebawah, dia nggak niat mau marah atau nuduh dulu cuman mau tanya aja.
"Nak, Jiniel lihat karet rambut Eomma yang ada di..." Belum sempat Jihyo menyelesaikan kata-katanya, dia sudah disajikan pemandangan dimana sepuluh kuciranya lagi dipakai Jiniel buat mainan.
"Hehe." Jiniel hanya nyengir tidak berdosa menatap Eommanya. Jihyo tidak ada reaksi apapun lagi selain menggelengkan kepalanya, dia ikut duduk diatas karpet dekat dengan Jiniel.
"Jiniel, kalau Jiniel mau meminjam barang yang bukan punya Jiniel sendiri, Jiniel harus minta izin dan menunggu sampai orang lain memperbolehkan Jiniel untuk meminjam barangnya. Karena barang itu bukan haknya Jiniel, kalau misal Jiniel meminjam barang orang lain tanpa izin itu namanya mencuri, Nak." Nasehat Jihyo dengan sangat lembut, mencoba setenang mungkin agar Jiniel bisa mengerti.
"Benarkah Eomma?"
"Iya, kalau ada orang lain ambil barangnya Jiniel tanpa bilang ke Jiniel dulu, Jiniel marah nggak?"
"Marah."
"Nah, itulah mengapa kita harus bilang dulu kalau mau meminjam ya? Eomma bolehkan kok kalau Jiniel mau meminjam barangnya Eomma asalkan Jiniel minta izin. Eomma, Jiniel pinjam karet rambutnya Eomma boleh tidak, Eomma Jiniel mau pinjam karetnya Eomma sebentar, dengan begitu kita tidak menggunakan barang yang bukan milik kita tanpa seizinya."
"Maaf Eomma, Jiniel tadi tidak minta izin sama Eomma dulu."
"Iya gapapa, lain kali Jiniel kalau mau pinjam barang entah itu milik Eomma atai milik siapapun, kalau itu bukan punya Jiniel, minta izin dulu ya?"
"Iya."
"Pinter anak Eomma, sini Eomma minta satu karetnya." Jiniel memberikan satu karet rambut gambar permen pada Jihyo, dan segera Jihyo memakainya, mengikat rambut panjang hitamnya dengan telaten.
"Eomma, Jiniel juga mau pakai karet rambut seperti Eomma." Melihat itu Jiniel langsung tertarik, dia sampai mengambil satu karet lagi.
"Jiniel, Jiniel itu anak laki-laki tidak memakai jepit rambut. Tapi kalau Jiniel mau mencobanya sekali tidak apa-apa, sini." Sebenarnya Jihyo ragu mengatakan ini tapi toh sesekali tidak apa-apa asalkn jangan lagi. Jniel langsung sumringah, dia berjalan menuju kearah pangkuan Eommanya.
"Rambutnya Jiniel udah panjang loh." Secara perlahan Jihyo mengikat rambut Jiniel bagian poni agar diletakkan kebelakang, ini bukan tanpa tujuan. Masalahnya poninya Jiniel ini udah sampai ke mata.
"Benarkah Eomma?"
"Iya, nih poninya Jiniel sampai menutup mata. Hari ini kita potong rambut ya?"
"Dimana?"
"Eomma ikut Jiniel maunya dimana, mau di tempatnya JYP atau mau ketempat Paman Jinyoung?"
"Apa hari ini Eomma juga akan ke salon JYP?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Park Jiniel
РазноеIni adalah dunia Park Jiniel, anak laki-laki dari pasangan idol terkenal. Jiniel lahir memegang sendok emas. Tiap kehadirannya membawa senyum. Namun, di bahunya tersimpan beban. Perceraian orang tuanya membuat Jiniel enggan melihat dunia lebih luas...